Sam

“Dasar gadis bodoh.” Umpat seorang pria di dalam mobil dari kejauhan.

Klakson mobil memecahkan lamunan Afa, namun air matanya masih saja mengalir. Kaca mobil perlahan turun dan terlihat seorang pria berkulit putih di dalamnya.

“Masuk!” suruh pria itu.

Afa semakin tidak bisa menahan air matanya yang semakin deras dan langsung berlari lalu masuk kedalam mobil itu.

Di dalam mobil Afa menangis sejadi-jadinya seolah dia nyaman untuk mengutarakan semua yang dia rasakan.

“Artha selingkuh sama Deby. Tadi waktu gue masuk ke kamarnya dia lagi berhubungan badan.” Kata Afa sambil menangis.

“Wah, bagus dong? Jadi bisa lihat adegan ikan paus yang kawin.” Ledek Pria itu.

Mendengar jawaban pria itu, bukannya tertawa tapi Afa malah menangis semakin kencang, tetapi Pria itu tetap mengajaknya bercanda sambil melanjutkan perjalanan pulang ke Bandung. Pria itu ada di Jakarta karena membuntunti Afa sejak dia di Kampus. Pria mengajaknya untuk makan tetapi Afa menolak makanya Pria itu ingin tahu ada urusan apa Afa sebenarnya. Tidak disangka ternyata Afa justru pergi ke luar kota untuk menemui kekasih LDRnya.

Pria itu bernama Sam yang berbeda 4 tahun usianya dengan Afa. Mereka sudah saling mengenal sejak Afa masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Sam adalah pria yang tengil dan senang becanda. Sam sudah lama menyukai Afa. Afa adalah cinta pertamanya. Sam pernah menyatakan perasaannya, akan tetapi ditolak dengan alasan dia tidak ingin persahabatannya hancur. Sam menganggapinya dengan sangat santai walaupun dia merasa kecewa. Sam menutupi rasa kecewanya dengan candaan tengilnya.

“Udah jangan nangis terus! Nanti jeleknya semakin bertambah.” Kata Sam menghibur Afa.

“Gue nggak habis pikir. Kenapa dia baru ngaku sekarang?” Tanya Afa sambil menangis.

“Ya karena baru ketahuannya kan sekarang. Jadi terpaksa ngaku deh.” Jawab Sam santai.

“Ya kenapa harus ketahuan dulu baru ngaku? Kenapa nggak dari awal pertunangan kita aja dia ngakunya? Jadi kan nggak perlu ada acara tunangan dan rencana nikah segala.” Tanya Afa yang tangisannya semakin menjadi.

“Kenapa sih dia tega banget sama gue? Dia bilang Deby selalu ada. Padahal kami udah komitmen untuk terima konsekuensinya kalau LDR memang jarang banget ketemu.” Tanya Afa lagi.

“Fa, gue mau bilang yang sabar ya. Tapi gue juga gue tau kalau sabar itu sulit. Intinya, apapun yang terjadi sama lo, gue akan selalu ada untuk lo.” Jawab Sam menenangkan.

Tiba-tiba telepon genggam Afa berdering. Terlihat nama kontak yang menelepon adalah “My Lovely”. Sontak Sam langsung merebut telepon genggam itu dari tangan Afa. Sam memberi kode kepada Afa untuk diam lalu dia menjawab panggilan di telepon genggam Afa.

“Hallo, Afa, Mas minta maaf udah kecewakan Afa. Afa tahu Mas sedang dibully sama teman-teman. Dibilang punya pacar tapi rasa jomblo karena kalau malam minggu bahkan kita nggak pernah malam mingguan. Deby datang waktu itu dan selalu ada untuk Mas. Mas, jatuh cinta dengan Deby. Maaf jika itu menyakitimu. Sekarang Mas bingung harus apa biar Afa bisa maafkan Mas?” Oceh Artha.

“Kenapa Lo nggak mati aja dan masuk ke neraka?” Jawab Sam.

“Ini siapa? Refan? Ini Lo?” tanya Artha sambil berfikir kenapa suara Refan berbeda dan kenapa Afa bisa bersama Refan padahal dia tidak akur dengan Refan.

“Apa urusan Lo tau gua siapa? Sekarang mending Lo mati aja deh biar hidup Afa tenang. Dasar nggak tau diuntung. Udah gendut, hitam, jelek, tukang selingkuh pula. Nggak ada yang bisa dibanggain emang dari makhluk kayak Lo.” Kata Sam dengan nada penuh penghinaan.

“Eh kalau ngomong disaring ya!”

“Apa?! Apa?! Apa yang perlu gue saring untuk makhluk nggak berguna kayak Lo?” Kata Sam memotong perkataan Artha.

Artha pun langsung mematikan teleponnya.

“Hah, dasar pengecut.” Umpat Sam.

Tidak lama kemudian telepon genggam Afa kembali berbunyi tanda ada pemberitahuan pesan masuk dari Artha.

“Sayang, yang tadi itu siapa? Kamu nggak lagi selingkuh kan? Wah, jangan-jangan kamu selingkuh duluan dari aku ya makanya tadi di Rumah kamu nggak melakukan perlawanan apapun. Pintar ternyata kamu Afa, seolah aku yang bersalah padahal kamu justru selingkuh duluan.”

Melihat isi pesan seperti itu, amarah Afa memuncak tapi dia tidak tahu harus bagaimana. Afa hanya bisa mengabaikan pesan itu.

Perlahan rasa lelahnya berubah menjadi kantuk. Tanpa disadari Afa tertidur ketika masih dalam perjalanan.

“Dasar Wanita bodoh. Sejak awal kalian pacarana gue kan udah bilang kalau dia nggak cocok sama Lo. Lo itu terlalu sempurna untuk dia yang buruk rupa.” Oceh Sam sambil menyetir.

Afa pertama kali mengenal Artha dari salah satu media sosial. Awalnya keduanya sering berbalas pesan walaupun tidak tahu wajah satu sama lain. Dari mulai saling berbalas pesan di media sosial berlanjut ke saling bertukar kontak pribadi. Di WhatsApp lah Artha pertama kali mengirimkan fotonya.

“Wah tampan ya.” Balas Afa setelah melihat foto yang dikirimkan oleh Artha.

“Aku nggak percaya diri. Kamu putih, cantik. Sedangkan aku seperti ini.”

“Kenapa nggak percaya diri? Kamu tampan juga lucu. Aku suka.”

Air matapun kembali menetes dari matanya ketika dia tidur. Dalam mimpinya dia kembali bermimpi kali pertama dia bertemu dengan Artha. Kenangan indah yang mungkin akan sulit Afa lupakan.

“Mimpi apa sih Fa sampai nangis gitu?” Tanya Sam sambil mengusap air mata Afa dan masih menyetir mobil.

“Andai Lo terima gue, gue pasti akan jadi laki-laki paling beruntung di muka bumi ini. Andai Lo sama gue, gue pasti nggak akan melakukan hal bodoh seperti ikan paus terdampar itu. Andai sejak awal Lo sukanya sama gue, pasti gue nggak akan sia-siakan Lo dan nggak akan bikin Lo menangis kayak gini Fa. Kenapa sih sejak dulu pandangan Lo nggak pernah bisa fokus ke gue? Memang gue kurang tampan? Padahal gue rasa gue sudah cukup tampan dan mirip Idol K-Pop.” Gumam Sam dalam hati.

Tidak terasa 3 jam sudah mereka dalam perjalanan dan akhirnya mereka sampai ke Kota Bandung. Sam tidak langsung mengantar Afa ke Rumah Afa, akan tetapi Sam membawa Afa ke Rumahnya.

“Fa, Afa, bangun.” Kata Sam yang langsung membangunkan Afa.

Afa pun perlahan membuka matanya.

“Ko bukan di Rumah gue? Ini jam berapa?” Tanya Afa yang sadar bahwa dia tidak berada di Rumahnya.

“Jam 6 sore Fa. Tadi gue mau ngantar Lo ke rumah, tapi kesini saja deh, biar bisa menghibur Lo dulu.” Jawab Sam sedikit mengalihkan rasa sedih Afa.

“Masuk dulu yuk! Kita makan malam dulu disini. Dari siang juga kita kan belum makan sama sekali.” Ajak Sam yang kemudian langsung keluar dari mobil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!