#part4

Pagi- pagi sekali Hazel dan Adel bersiap-siap, rencananya mereka akan sarapan di keluarga Adel, keluarga Azraf.

Adel menggunakan dress sexy yang memperlihatkan tubuhnya berwarna kuning dan sebuah pando berwarna kuning. Sedangkan Hazel menggunakan tuxedo warna navy, mereka berjalan bergandengan tangan.

"Sayang, sepulang kantor aku akan menjemput mu di rumah Mommy,"

"Ya, hari ini aku ada arisan dengan teman ku."

"Tunggu!"

Mikayla menoleh, Hazel menatap Mikayla dari bawah ke atas, menggunakan dress berwarna navy selutut dan motif bunga mawar putih memperlihatkan leher putihnya. Hazel langsung memalingkan wajahnya ke arah lain, melihat Mikayla yang sederhana dan terlihat cantik itu membuat jantungnya berdebar.

"I-iya," Mikayla meremas tas selempangnya, hari ini ia ada janji dengan temannya untuk berangkat pagi.

"Kau mau kemana?" tanya Adel sambil menatap tajam.

"Kuliah," jawab Mikayla dengan nada pelan.

"Apa kau sudah membersihkan seluruh Mansion ini?" tanya Adel.

Mikayla menunduk, dia belum mengerjakan apa pun. "Tapi hari ini ada janji,"

"Itu bukan urusan ku, Bibi Lin."

Seorang wanita berpakaian pelayan terburu-buru menghampiri majikannya. "Semua tugas Mansion ini kamu berikan pada Kayla,"

Bibi Lin menoleh, tugas Mansion ini terlalu banyak bahkan membutuhkan 20 maid untuk membersihkannya. "Tapi Nya ...."

"Aku tidak butuh penolakan mu."

Mikayla pun pasrah, akhirnya memang seperti ini. Dia pun melangkah pergi ke kamar sempitnya di belakang sejajar dengan kamar para maid.

Dia menutup pintunya dan menghapus air matanya. "Kayla sangat merindukan Mama."

"Tidak, harus kuat demi Mama dan Papa." Mikayla menyemangati dirinya. Dia pun menggulung asal rambutnya dan bergegas ke taman depan. Menyirami bunga mawar dan bunga lainnya. Tidak menyadari keberadaan seseorang yang berdiri di depan mobilnya dan mengobrol lewat ponselnya.

"Oke, hari kamu atur semuanya."

"Mikayla!"

Mikayla menoleh, tanpa sadar air yang berada di selang itu keluar dari pagar tanaman bunga dan menghujani seseorang.

"****! Siapa yang berani mengotori pakaian ku."

"Tuan, itu." Sang sopir menunjuk pada seorang wanita yang sedang menoleh pada seseorang yang memanggilnya.

"Mikayla kau," pelayan itu meringis saat melihat mata elang Hazel ingin mengulitinya. Segera ia memutar tubuh Mikayla.

Mikayla membeku, dia menjatuhkan selang itu ke tanah. Meneguk ludahnya susah payah, dia menyiram tubuh Hazel sampai basah kuyup.

"Kau!" gigi Hazel bergemelatuk. Dia begitu marah karena pakaiannya yang rapu harus basah dan ia harus membersihkan tubuhnya kembali. Padahal ia tidak mau membuat istrinya menunggu terlalu lama, lebih baik ia lah yang menunggu sang istri.

Seperti terkena magnet, kedua kaki Mikayla berjalan ke arah Hazel. "Ma-maaf," cicitnya. Bagaikan anak kelinci yang sangat takut pada ayah kelinci.

"Kau tau,"

"Saya tidak sengaja tuan." Mikayla mendongak, menatap kedua manik Hazel. "Sungguh." Ia mencoba membela dirinya.

"Heh, kau tau apa yang kau lakukan. Kau membuang-buang waktu ku, dasar wanita tak berguna." Caci Hazel.

"Ada apa sayang?" tanya Adel. Dia melihat rambut dann pakaian suaminya yang basah. "Siapa yang melakukannya?" Adel mengikuti ekor mata Hazel.

"Kau lagi, hah. Semenjak ada dirimu, mansion ini tidak pernah tentram. Sini kamu," Adel menyeret Mikayla, dia mengambil selang yang berada di tanah dan menyiram tubuh Mikayla dari atas sampai bawah.

"Dasar wanita buta, seharusnya kau pakai kedua mata mu itu untuk melihat."

"Sayang sudah, sebaiknya kamu pergi dulu. Aku akan membersihkan tubuh ku," ucap Hazel.

"Tidak sayang, dia harus bertanggung jawab." Adel membuang selang itu ke tanah. "Mikayla, cepat kamu siapkan air hangat suami ku. Awas, jangan sampai ada kesalahan lagi, kalau tidak aku akan mengurung mu."

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***