Jadi Musang!

Malam yang indah, rembulan terlihat bercahaya menyinari bumi. Siti dan Seli duduk di depan rumah Siti.

"Bagaimana hubungan kamu sama Alex?" tanya Siti.

Seli tidak menjawab, dia hanya menggeleng pelan. Sejujurnya Seli tidak memiliki perasaan pada Alex. Dia menerima pernyataan cinta Alex, hanya karena ibu nya menyukai Alex yang memiliki usaha.

"Bertengkar lagi?"tebak Siti.

"Hm.. Begitulah" sahut Seli.

Mereka mendadak diam, keheningan malam menguasai malam itu. Ada rasa kecanggungan di antara keduanya.

"Bagaimana dengan Andra" ujar Seli tiba-tiba.

"Huh?" Siti tergagap, dia menatap Seki dengan tatapan malu.

"Aku dengar tadi dia datang ke rumah kamu"

"Oh itu, iya. Ibu ku menyuruh dia dan Kamil membuat kandang untuk ayam ternak nya" jawab Siti salah tingkah.

Fyuu..

Seli menghela nafas lega, dia pikir Andra datang ke rumah Siti sendirian. Ternyata bersama Kamil.

"Kenapa? Kamu terlihat lega mendengar nya" tanya Siti penasaran.

Kini suasana gugup berbalik pada Seli, dia yang mendadak salah tingkah harus memberikan alasan apa pada Siti.

"Tidak ada apa apa, tadi aku hanya berpapasan dengan Andra, dan aku bertanya dia dari mana"jelas Seli.

Siti mengangguk mengerti, di dalam benak nya dia mulai menerka nerka apakah Seli menyukai Andra?

Jika iya, maka mereka akan mengalami ketidak nyamanan.

"Aku hanya memperingatkan kamu Seli. Kamu dan Alex sudah berpacaran lama, dan kalian serius menjalani hubungan" peringat Siti.

"Ya" jawab Seli singkat.

Cukup lama Seli bermain di rumah Siti, akhirnya dia pamit pulang. Alex sudah datang menjemputnya.

Teet..

"Iya iya bentar" sahut Seli. Dia berjalan masuk ke rumah Siti, berpamitan pada ibu Siti dan juga ayah Siti.

"Aku pulang yah Siti, besok kita maraton bersama"

"Oke siap" sahut Siti.

Alex tersenyum pada Siti, menghidupkan klakson beberapa kali sebagai tanda pamit.

"Hati hati" ucap Siti melambaikan tangan.

"Semoga kamu dan Alex semakin dekat dan terhindar dari perpisahan" gumam Siti masih menatap kepergian Seli dan Alex.

Setelah memastikan mereka telah menghilang, barulah Siti masuk ke dalam rumah.

Sementara itu, Andra dan teman teman nya tengah bermain gitar di depan rumah Andra.

Mereka ada 5 orang. Andra, Kamil, Budi , Aryo dan Cakra. Kamil tengah memetik gitar, sedangkan keempat teman nya bernyanyi bersama.

Lagu yang sedang mereka nyanyikan adalah lagu lawas, yang di nyanyikan oleh Nike Ardilla, bintang kehidupan.

Kruyuukkkk...

Aryo memegangi perutnya, saat itu baru jam 10 malam. Tapi perut Aryo sudah berbunyi seperti tidak makan dua hari.

Kamil menghentikan petikan gitar nya,dia menatap keempat teman nya yang sama sama terbengong.

"Bunyi apa itu?" Tanya nya.

Andra, Budi dan Cakra bergidik bahu, sedangkan Aryo hanya menunduk sambil memegangi perutnya.

Melihat tingkah Aryo, Kamil tahu bahwa bunyi itu berasal dari perut Aryo.

"Kamu lapar Aryo?" tanya Kamil.

"Hehehe....Aku hanya makan sedikit di rumah tadi, eh tau nya sudah lapar jam segini" jawab Aryo.

Andra dan kedua teman nya menggeleng pelan, sudah biasa hal ini terjadi ketika mereka berkumpul seperti ini.

"Tau lambung besar, malah makan sedikit"cibir Budi.

"Terus gimana dong?" Cicit Aryo dengan wajah memelas.

"Bentar, aku lihat dapur dulu yah. Siapa tahu ada sisa rebusan ubi tadi" ucap Andra seraya berlalu masuk ke dalam rumah.

Andra kembali keluar, Aryo menatap nya penuh harap.

"Loh, mana ubi nya Ndra?"

"Maaf Yo, ternyata sudah habis. Ibu merebusnya hanya beberapa saja"sesal nya.

"Yah.... Gimana dong, aku lapar banget"Kelu Aryo.

Budi dan Cakra saling melirik, melempar tatapan bertanya apa yang harus merek lakukan.

Tek.kotek....

Swing....

Sebuah ide masuk ke dalam benak Cakra.

"Guys...Aku ada ide" seru Cakra memberi kode agar teman teman nya mendekat padanya.

"Gimana kalo kita goreng ayam saja?" Usul nya.

Keempat teman nya mengangguk setuju,lalu kemudian mereka mengerut bingung.

"Ayam siapa yang akan kita goreng?"tanya Budi.

Cakra menyeringai, dia menunjuk kearah pohon jambu samping rumah Andra.

"Gak...Gak...Aku gak mau dosa" tolak Budi menggelengkan kepalanya.

"Dosa Cakra" sahut Kamil.

Kruyuukkkk.......

Aryo dan Budi sama sama memegang perutnya terasa lapar.

"Humm...Yang mau ikut siapa?"tanya Andra.

"Aku setuju" sahut Cakra.

Andra menatap Kamil, Budi, Aryo secara bergantian.

"Bagaimana?"

"Setuju deh" Kamil.

"Yaudah aku juga" Aryo.

"Ngikut deh" jawab Budi.

"Oke sip, karena semuanya setuju. Maka kita bakalan tanggung semua akibatnya" ujar Andra lagi.

Mereka mengangguk setuju, Cakra paling antusias di antara mereka semua.

"Yuhuuu makan ayam" sorak Cakra, dan diikuti oleh Budi, Kamil dan juga Aryo.

"Kamil, sama Aryo tangkap ayam nya. Aku dan Cakra siapkan bumbunya." Jelas Andra membagi tugas.

"Dan kamu Budi, bersihkan ayam setelah di sembelih"

"Oke siap!!" Balas mereka serempak.

Mereka pun bubar, Kamil meletakkan gitar nya di dalam rumah Andra. Kemudian mengikuti Aryo dan Budi ke pohon samping rumah Andra. Di atas pohon itu, terdapat banyak ayam yang menompang tidur.

"Kalian yakin gak sih?"tanya Kamil masih meragu.

"Ya yakin lah, lagian ayam lumayan banyak. Hilang satu, mereka gak bakalan tahu" jawab Budi.

"Benar juga" sahut Aryo.

Mereka pun berhasil menangkap satu ayam, karena sekarang malam jadi tidak terlalu susah menangkap satu ayam.

Tek...Kotek!!....

Hewan enak itu langsung riuh ketika melihat temannya di tangkap oleh musang berkaki 2.

"Yes.berhasil" sorak Budi.

"Ayo bawa ke belakang " ajak Kamil.

"Aryo, ambil pisau sama Andra" titah Budi.

"Oke" Aryo pun langsung bergegas pergi masuk ke dalam rumah Andra. Sedangkan Budi dan Kamil, mereka langsung pergi ke belakang rumah Andra.

Beruntung ayah dan ibu Andra sudah tidur, jadi mereka tidak perlu terlalu was was.

Setelah ayam nya di bersihkan, mereka masuk ke dalam rumah Andra. Dengan bersama sama, mereka memasak ayam goreng tanpa sambal di dapur rumah Andra.

"Kalo gak pake sambal gak enak, Ndra" gumam Kamil.

"Bener tuh, pasti enak kalo pake sambal, apalagi pedas" sambung Aryo.

Andra berpikir sejenak, di dalam kulkas rumah nya. Tidak ada apa apa, hanya ada jahe giling saja.

"Yaudah Aryo, kamu petik aja cabe di kebun belakang rumah Tante kamu" celetuk Cakra.

"Huh?" Kaget Aryo.

Di samping rumah Andra, adalah rumah tante Aryo. Dan, Tante Aryo suka menanam sayur dan juga cabe di belakang rumahnya.

"Kalau Tante aku tahu gimana?"cicit Aryo ngeri.

"Yah jangan sampai tahu lah, gimana sih" cibir Kamil.

"Udahlah Aryo, cepetan keburu busuk ni ayam!"desak Cakra mendorong Aryo agar segera pergi memetik cabe rawit tantenya.

"Lewat sini aja bego, biar cepat" Budi menarik tangan Aryo dan mendorong nya pelan lewat pintu belakang rumah Andra.

Mau tidak mau, Aryo terpaksa pergi ke kebun Tante nya. Dia dengan hati hati agar tidak menimbulkan suara.

Andra memimpin teman teman nya, dia mengaduk potongan ayam ke dalam bumbu yang dia racik sendiri. Diantara mereka berlima, hanya Andra yang paling pintar memasak.

"Wangi banget Ndra, aku semakin lapar"ujar Budi menghirup udara dalam dalam. Membiarkan aroma wangi masakan Andra masuk ke dalam tenggorokan nya.

"Yah jelas wangi lah, Andra gitu Lo" ujar Kamil.

"Kalau aku ada duit, aku mau buka rumah makan, dan Andra yang akan menjadi koki nya" ucap Cakra berkhayal.

"Sayangnya, kamu itu gak ada duit" celetuk Andra, membuyarkan khayalan Cakra.

"Namanya juga berkhayal Ndra" desa Cakra mengerucut bibir nya kesal.

Merekapun langsung tertawa bersama. Sungguh indah persahabatan mereka. Jika lagi ngumpul di bilang preman, jika lagi kerja di bilang anak berbakti. Jika lagi kawin????

Ups... Lupa, mereka kan jomblo.

Setelah Aryo kembali, Andra langsung membuat sambal mentah terasi. Lalu, setelah semua nya masak. Mereka semua langsung masuk ke kamar Andra dan pesta di sana.

Jika mereka makan di luar, orang orang akan mencium aroma sedap dan curiga dengan apa yang mereka makan.

"Enak banget!!!" Ungkap Aryo setelah memasukkan sepotong daging ayam yang sudah di colek nya ke dalam sambel.

"Bener banget, enak!" Sahut Budi.

Mereka makan dengan sangat lahap, ayam yang mereka masak sangat besar. Tidak salah Kamil dan Budi menangkapnya.

Andra tersenyum geli, melihat keempat teman nya menikmati makanan hasil curian mereka. Entah kapan moment ini akan mereka rasakan lagi.

Apalagi, setelah menikah nanti. Mungkin mereka akan berpencar, merantau ke seluk beluk daerah lain.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!