Hari berganti hari, minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Tak terasa sudah satu tahun pernikahan Mentari dan juga Kenzo. Namun pernikahan yang mereka jalani penuh sandiwara. Lama-lama Mentari merasa tak kuat lagi dengan pernikahannya itu. Apalagi dia yang selalu melihat suaminya mengajak Vania datang ke rumahnya. Bahkan keduanya terlihat seperti sepasang kekasih. Namun Mentari belum punya bukti apa pun dengan kecurigaannya itu. Karena suaminya sangat pintar menutupi semuanya darinya. Jangan di tanya lagi, namanya juga artis pasti pintar akting.
Mentari baru pulang shooting. Namun dia sendirian karena memang hari ini tidak ada jadwal shooting bareng suaminya.
Dengan langkah pelan Mentari melangkahkan kakinya memasuki rumah yang dia tinggali. Namun dia merasa sedikit aneh. Dia tidak melihat pembantu di rumah itu. Biasanya saat dia pulang pasti ada salah satu pembantunya yang sedang membersihkan rumah atau pun melakukan hal lain.
'Kenapa sepi sekali? Kemana semua orang?'' gumam Mentari.
Mentari mencoba memanggil salah satu pembantunya namun tidak ada sahutan. Dia memberanikan diri pergi ke belakang. Namun tampak sepi, sepertinya semua pembantu di rumah itu sedang tidak ada.
'Aneh sekali, kemana perginya semua orang,' batin Mentari yang bertanya-tanya dalam hatinya.
Mentari memutuskan untuk pergi ke kamarnya. Saat melewati kamar suaminya, dia memicingkan kedua matanya saat mendengar de*sahan yang begitu menggema dari dalam kamar. Dia melihat pintu kamar yang tidak tertutup rapat. Dengan tangannya yang sedikit gemetar, dia mencoba membuka pintu itu. Kedua matanya terbelalak saat melihat ke dua insan yang sedang asyik memadu kasih di atas ranjang. Ya, dia Kenzo dan Vania.
Mentari tak menyangka jika hubungan Kenzo dan Vania sudah sejauh ini.
''Apa yang kalian lakukan?'' tatapan Mentari sama sekali tak berpaling dari mereka berdua.
Kenzo dan Vania sama-sama terkejut melihat keberadaan Mentari. Yang Kenzo tahu jika jadwal shooting Mentari itu sampai nanti sore, namun siang-siang seperti ini sudah pulang.
''Ngapain kamu? Mengganggu saja,'' gumam Kenzo lalu beranjak dari atas tempat tidur.
Mentari memalingkan arah pandangnya saat melihat suaminya turun dari atas kasur dengan tak berbusana.
Kenzo menghampiri Mentari yang masih berdiri di depan pintu. Dia memegang satu tangannya lalu mendorongnya sehingga kepala mentari terbentur pintu.
''Aww .. '' pekik Mentari yang merasa kesakitan. lalu dia menatap Kenzo yang sedang menatapnya tajam. ''Jangan sentuh aku dengan tangan kotor yang menjijikkan itu,'' ucapnya penuh penekanan. Entah keberanian dari mana Mentari berani mengatakan itu kepada suaminya.
''Sekarang kamu mulai berani ya,'' Kenzo memegang rambut panjang Mentari lalu menariknya dengan keras. Tentu itu membuat Mentari menitikkan air matanya karena suaminya menarik rambutnya dengan begitu kuat.
Dengan sekuat tenaga Mentari mencoba untuk melepaskan diri dari suaminya.
Plak
Mentari menampar pipi suaminya. Dia menatap suaminya dengan tatapan yang sulit bisa di artikan.
''Sudah satu tahun lamanya aku bertahan dengan pernikahan yang penuh keterpura-puraan ini. Tapi detik ini aku memutuskan untuk mengakhirinya,'' setelah mengatakan itu Mentari berlalu pergi dari kamar suaminya.
Mendengar penuturan Mentari tentu membuat Kenzo terkejut. Dia tidak bisa membiarkan Mentari pergi begitu saja, karena akan berimbas dengan kariernya. Kenzo mengejar Mentari. Dia mencekal tangan Mentari yang hendak membuka pintu kamar sebelah.
''Jangan berani macam-macam! Atau aku akan menyiksamu lebih dari sebelumnya,'' Kenzo menatap Mentari dengan tatapan mematikan.
Mentari sedikit takut melihat tatapan devil suaminya. Badannya sedikit gemetar menahan rasa takut itu. Namun dia berusaha untuk tampak biasa saja. Jika dia terlihat takut, nanti suaminya malah terlihat senang.
Mentari melepaskan tangan Kenzo yang mencekalnya, lalu dengan cepat dia pergi ke kamarnya dan menguncinya.
Kenzo kembali ke kamar dengan perasaan kesal.
Terlihat Vania menuruni ranjang. Dia mendekati Kenzo yang baru masuk ke kamar.
''Sayang, sudahlah jangan mengurusi istrimu itu. Lebih baik sekarang kita kembali bersenang-senang,'' Vania membelai dada bidang Kenzo.
''Aku sudah tak bernafsu,'' ucapnya. Kenzo pergi ke kamar mandi membiarkan Vania yang masih berdiri di tempatnya.
Vania tampak mengentak-entakkan kakinya. Dia menyalahkan Mentari atas gagalnya percintaannya di siang ini.
'Awas saja kamu, Mentari.' batin Vania.
Di kamar lain, yaitu di kamar yang Mentari tempati, dia tampak sedang mengeluarkan semua pakaian miliknya dari dalam lemari. Mentari akan berkemas. Tekadnya sudah bulat untuk meninggalkan rumah itu. Entah bagaimana konsekuensinya, dia tak peduli. Yang penting dia bisa hidup dengan bebas. Terserah jika karier yang nantinya jadi taruhan. Biarkan saja semua orang tahu jika selama ini pernikahannya dengan Kenzo penuh sandiwara.
Setelah selesai berkemas, dia keluar dari kamar. Mentari menatap sekeliling. Dia juga pergi ke lantai bawah untuk mengecek keadaan di bawah. Dia melihat suaminya yang sedang menonton acara televisi di ruang keluarga. Sepertinya tidak aman jika dia pergi sekarang.
''Lebih baik nanti saja aku perginya. Nunggu suasana rumah aman,'' gumam Mentari.
Mentari kembali ke kamar. Dia berniat untuk membersihkan tubuhnya karena tadi di sentuh oleh suaminya yang baru selesai memadu kasih dengan Vania. Mentari akan mencuci sampai bersih bekas tangan suaminya yang menempel di tubuhnya. Jijik rasanya jika mengingat tangan itu telah menyentuh wanita lain.
Beberapa menit kemudian, Mentari sudah selesai membersihkan diri. Baru juga selesai berganti pakaian, dia mendengar ada ketukan pintu dari luar kamar.
Cklek
Mentari melihat suaminya yang sedang berdiri di depan pintu dengan menaruh kedua tangannya di dada.
''Ada apa?'' tanya Mentari.
''Cepat buatkan minum!'' pintanya.
''Tinggal menyuruh Bibi saja,'' ucap Mentari.
''Semua pembantu di liburkan hari ini. Memangnya kamu tak melihat jika semua orang tidak ada?"
''Baiklah, sebentar.'' Mentari kembali menutup pintu kamarnya membiarkan Kenzo yang masih berdiri di depan kamarnya.
Terlihat Mentari yang sedang menuruni tangga. Dia pergi ke dapur karena akan membuatkan minum.
Kenzo menghampiri Mentari yang sudah berada di dapur.
''Bikin dua gelas,'' pinta Kenzo.
''Baik, Tuan Kenzo yang terhormat,'' ucapnya dengan sedikit kesal.
Mentari membuat dua gelas orange jus. Lalu dia menaruhnya ke atas meja dapur.
''Duh, kok tiba-tiba kebelet,'' gumam Mentari lalu pergi dari sana.
Kenzo membawa dua gelas minuman yang dia minta ke ruang keluarga.
Kenzo melihat Mentari yang hendak kembali ke kamar. Dengan sengaja dia menghentikan langkahnya.
''Tunggu! Kesini sebentar,'' ucap Kenzo.
Mentari menurut, dia menghampiri Kenzo yang sedang duduk.
''Ada apa, Tuan?''
''Cepat minum minuman itu,'' pintanya sambil menunjuk satu gelas orange jus yang masih utuh.
''Kebetulan nih sedang haus,'' Mentari mengambil gelas itu lalu langsung meneguk habis minuman yang ada di dalamnya. Setelah itu dia kembali melanjutkan langkahnya menuju ke kamarnya.
Sesampainya di kamar, Mentari merasakan aneh dengan tubuhnya. Tiba-tiba dia merasa sangat gerah.
''Duh perasaan AC sudah di nyalakan, tapi kenapa masih gerah saja?'' gumam Mentari.
Dari balik pintu yang tidak tertutup, terlihat Kenzo yang sedang menatap Mentari sambil tersenyum menyeringai.
''Akhirnya masuk ke perangkapku juga kamu. Setelah ini pasti kamu tidak akan berani pergi dari rumah,’' gumam Kenzo dengan perasaan senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Yeni Eka
semangat untuk mentari juga otor nya
2022-12-09
0