Episode.2

Mentari dan Kenzo sedang berpose mesra di depan kamera. Mereka melakukan pemotretan gaun pengantin dari salah satau desainer terkenal. Pose yang mereka lakukan sangat bagus dan terlihat serasi.

''Oke, kita istirahat dulu,'' ucap seorang fotographer sambil melihat hasil jepretannya.

Mentari dan Kenzo pergi ke tempat istirahat mereka.

Terlihat dua orang wartawan yang menghampiri mereka berdua.

''Selamat siang Tuan Kenzo, Nona Mentari, bolehkah kami sedikit mewawancarai kalian?'' tanya seorang wartawan sambil mengarahkan kameranya untuk merekam mereka.

''Silakan!'' ucap Kenzo. Lalu dia menggeser kursi yang sedang di duduki oleh istrinya sehingga dekat dengannya. Kini kursi mereka berdempetan. Kenzo langsung merengkuh pinggang Mentari sehingga mereka berdua terlihat sangat mesra.

''Wah sepertinya Tuan Kenzo dan Nona Mentari ini pasangan yang sangat hasrmonis. Boleh kasih tahu kami apa tips dari kemesraan kalian berdua? Kami lihat-lihat kalian itu terlihat romantis di manapun,'' ucap wartawan perempuan yang bertanya kepada mereka berdua.

''Tentu kami akan selalu terlihat romantis. Karena saya dan Mentari saling mencintai,'' Kenzo berucap sambil menatap Mentari yang duduk di sebelahnya. Dia juga menyunggingkan senyum manisnya.

Mentari ikut tersenyum menatap suaminya. Namun senyum manisnya itu hanyalah akting dan itu membuatnya sangat muak. Mentari merasa tidak bebas dengan pernikahannya yang penuh kebohongan.

Wartawan yang tadi kini beralih bertanya kepada Mentari.

''Nona Mentari, jika di lihat-lihat banyak di luar sana wanita yang menuja-muja Tuan Kenzo dan banyak pula yang ingin dekat dengannya. Apa Nona Mentari tidak merasa cemburu dengan para gadis di luar sana?''

''Tentu tidak. Untuk apa saya cemburu sama mereka yang bukan siapa-siapa. Saya ini istri sahnya dan tidak sepantasnya saya cemburu sama mereka. Lagian saya tahu jika suami saya ini sangat mencintai saya,'' Mentari berucap sembari menatap wajah tampan Kenzo.

Kenzo tersenyum puas mendengar perkataan Mentari yang terlihat sangat meyakinkan di depan wartawan.

''Wah sepertinya kalian ini pasangan yang tak terpisahkan,'' pujinya.

Kenzo mendekatkan wajahnya di kening Mentari lalu menciumnya sekilas. Tentu momen itu terekam kamera.

Hanya sebentar ke dua wartawan itu mewawancarai mereka. Kini keduanya pergi dari sana setelah mendapat berita terupdate dari pasangan Kenzo dan Mentari.

Kenzo kembali menarik kursinya agar menjauh dari Mentari. Sudah cukup dia dekat-dekat dengan Mentari. Lagian sekarang wartawan sudah pergi, jadi tidak ada alasan untuk mereka berdua duduk berdekatan.

''Jangan terlalu percaya diri! Yang tadi hanya akting,'' ucap Kenzo.

''Aku tahu,'' ucapnya sambil tersenyum kecut.

''Waktu istirahat kita kurang lima belas menit lagi. Saya mau keluar cari makan,'' ucap Kenzo sambil menatap jam yang melingkar di tangannya.

''Apa tidak sebaiknya kita makan bekal saja? Bekal yang aku bawa cukup banyak.''

''Kamu kira saya mau memakan makanan sampah itu. Sorry nggak level,'' Kenzo beranjak dari duduknya lalu pergi dari sana.

Mentari menatap kepergian Kenzo dengan senyum yang sulit di artikan.

'Sudah biasa,' batinnya.

Mentari mengambil bekal miliknya. Dia memang selalu membawa bekal dari rumah. Karena sebelumnya dia pernah sedang makan di luar bersama Kenzo namun terus di desak karena waktu mereka tak banyak, dan harus kembali pemotretan. Jadi dari kejadian itu Mentari memilih untuk selalu membawa bekal agar dia bisa makan di area pemotretan tanpa keluar mencari restoran.

.....

.....

Untuk yang kedua kalinya Mentari melihat suaminya membawa wanita yang sama seperti beberapa hari yang lalu. Mereka asyik mengobrol dan terlihat tampak dekat. Mentari tetap acuh dengan keberadaan mereka. Dia tetap melakukan pekerjaan rumah seperti biasanya.

Dengan sengaja Kenzo menumpahkan minuman miliknya ke lantai. Lalu dia memanggil Mentari yang sedang menyapu di ruang depan.

''Tari ... Tari ... cepat sini!'' panggilnya dengan sedikit mengeraskan suaranya agar terdengar oleh Mentari.

Mentari menghentikan pekerjaannya sejenak lalu dia menghampiri suaminya yang memanggilnya.

''Ada yang bisa saya bantu, Tuan Kenzo?'' tanya Mentari yang saat ini berdiri tak jauh dari mereka.

''Bersihkan lantai ini!'' Kenzo menunjuk lantai di sampingnya yang basah.

''Baiklah,'' ucapnya sambil menghela napas.

Mentari menyelesaikan menyapu di ruang depan karena nanggung, sebentar lagi mau selesai.

Mentari mulai mengepel lantai yang basah. Sesekali dia mendengar obrolan Kenzo dan Vania.

''Aku baru sadar kalau sekarang kamu semakin cantik saja, Van.'' ucap Kenzo.

''Kamu juga sangat tampan, Ken. Ah kenapa dulu kita putus ya?''

''Kamu menyesal sudah putus denganku?''

''Sedikit,'' ucapnya sambil melirik Mentari yang sedang mengepel.

Saat Mentari sudah pergi, dengan berani Vania memegang satu tangan Kenzo dan mengusapnya penuh sensual.

Kenzo melihat tingkah Vania kepadanya. Itu mengingatkannya dengan kisah asmara mereka di masa lalu.

Kenzo tercengang saat mendengar Vania berbisik di telinganya.

''Kamu serius?'' tanya Kenzo.

''Serius,'' jawabnya sambil mengedipkan sebelah matanya.

Kenzo menggenggam erat tangan Vania. Dia hendak mendekatkan wajahnya, namun Vania mencegahnya.

''Jangan disini! Nanti ada yang melihat,'' ucap Vania.

''Ayo kita ke kamarku,'' Kenzo menggandeng tangan Vania lalu keduanya pergi menuju ke kamar Kenzo.

Mentari muncul dari arah belakang. Saat melewati ruang keluarga dia tak melihat keberadaan Kenzo dan juga Vania. Namun anehnya tas milik Vania masih tergeletak di atas sofa.

''Kemana mereka?'' gumam Mentari sambil mengedarkan pandangannya menatap sekitar.

Mentari berusaha acuh. Dia pergi ke kamarnya yang ada di lantai atas. Tepatnya di sebelah kamar Kenzo.

Sayang sekali Mentari tidak bisa mendengar apa yang di lakukan oleh Kenzo dan Vania, karena kamar yang mereka tempati kedap suara.

Sesampainya di kamar, Mentari mendengar ponsel miliknya berdering. Dia mengambil ponsel miliknya yang ada di atas meja dan melihat siapa yang melakukan panggilan. Ternayata dia Rinda, temannya yang sudah los kontak dengannya sejak satu bulan yang lalu. Teman yang meninggalkannya di hotel dan membuatnya terjebak di kehidupan Kenzo.

''Akhirnya kamu menelepon juga setelah sekian lama. Awas saja kamu, Rin.'' Mentari meggeser tombol hijau di layar ponselnya. Dia mendekatkan ponselnya ke telinga.

📞''Hallo Tari sayangku, cintaku. Bagaimana nih rasanya jadi artis?'' tanya Rinda dari seberang sana.

📞''Hei, ini semua gara-gara kamu, Rin. Kamu malah menghilang tak bertanggung jawab. Telat sekali baru melepon sekarang. Dari satu bulan yang lalu aku butuh kamu untuk menjelaskan semuanya ke wartawan, tapi kenapa baru muncul sekarang? Kemana saja kamu?'' Mentari tampak kesal dengan sahabatnya itu.

📞''Sorry, malam itu tak sengaja lupa menutup pintu, habisnya terburu-buru sih. Tapi enak kan sekarang kamu jadi bisa menikah dengan selebritis?''

📞''Enak apanya, yang ada tersiksa hidup penuh keterpura-puraan seperti ini.''

📞''Masa sih? Di depan kamera kalian terlihat romantis sekali.''

📞''Ya itu jika di depan kamera. Beda lagi jika di rumah.''

📞''Lebih baik kita bertemu saja deh, aku sudah tidak sabar mendengar kisah pernikahan kalian.''

📞''Dengan senang hati Nona Rinda yang ceroboh. Temui aku nanti sore di cafe bintang, awas saja kalau tidak datang.''

Keduanya sudah selesai berteleponan. Mentari kembali menaruh ponsel miliknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!