2. Malam Yang Menggairahkan

"Ah.."

"Hos.. Hos.."

Anin telah memasuki kandang singa. Dia harus merelakan kesuciannya terenggut oleh orang yang bahkan dia tidak kenal.

Karena kelelahan, sejoli tersebut tertidur dengan cukup nyenyak. Bangun-bangun, Anin merasakan tubuhnya sakit semua.

"Akh.. Badanku sakit semua." gumam Anin ketika membuka mata.

Saat menoleh ke samping. Dia melihat seorang lelaki muda, berkulit Tan, lumayan tampan, tertidur di sebelahnya. Anin mulai membulatkan matanya. Tambah kaget saat melihat dia tidak memakai pakaian apapun.

Anin mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam setelah dia berhasil melarikan diri. "Aish.. Keluar kandang buaya masuk kandang singa ini mah." gumamnya sembari segera mengambil pakaiannya.

Anin membersihkan dirinya. Lalu dia meninggalkan dua lembar uang kertas di meja. 'Ini bayaran kamu. Terima kasih, tapi punya kamu terlalu kecil🤪' tulisnya di secarik kertas.

Setelah itu, Anin segera meninggalkan tempat tersebut. Dia harus pergi ke kampus.

....

Hari semakin siang. Defan terbangun karena panggilan telepon dari Rafa. "Hmm.." gumamnya.

"Kamu dimana? Udah jam berapa?" tanya Rafa dari balik telepon.

Defan melihat ke arah jam dengan mata yang kriyik-kriyik. Dan betapa kagetnya saat tahu sudah jam 10 siang. Dia segera bangkit dari tempat tidur. Kemudian kembali terkejut saat mendapati dirinya tidak memakai busana apapun. Juga banyak bekas ci*man ditubuhnya.

Defan mengernyitkan kening. Mencoba mengingat apa yang terjadi. Tak lama diapun ingat apa yang terjadi semalam di kamar itu.

Defan sempat menghela nafasnya. Dia agaknya kesal karena itu adalah kali pertama dia melakukan hal tersebut. Namun, dia seolah tidak peduli. Defan segera mandi dan bersiap pergi ke kantor.

Akan tetapi, dia menemukan dua lembar uang kertas dan secarik kertas yang Anin tinggalkan. "Ck.." Defan berdecak sembari tersenyum tipis melihat apa yang Anin tinggalkan.

Sesampainya di kantor. Defan menerima banyak sekali ceramah dari Rafa. Dia merasa Defan sudah tidak bertanggung jawab atas perusahaan semenjak Ana menghilang.

"Kamu kenapa Def? Katanya kamu sudah merelakan Ana? Kenapa kamu seolah tidak peduli dengan perusahaan? Kamu lupa usaha kamu untuk mendapatkan semua ini?" tanya Rafa yang merasa iba dengan sahabat sekaligus bos-nya.

Semenjak Ana menghilang, Defan memang terlihat tidak fokus dan kurang semangat menjalankan perusahaan.

"Aku hanya.. Masih teringat Ana.." katanya pelan.

"Bro, sudah sebulan berlalu. Kamu juga harus menjalani hidup kamu!" nasehat Rafa untuk Defan.

Defan terdiam. Dia hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Tapi sesaat kemudian dia terperanjat dari kursi kerjanya.

"Raf, minta rekaman cctv di kamar hotel tempat biasa aku nginep!" perintahnya. Dia masih penasaran dengan wanita yang semalam bermain dengannya. Juga karena dia masih tidak terima dengan surat kecil dari Anin tersebut.

Punyamu terlalu kecil? Berani-beraninya dia..

"Buat?" Rafa menjadi penasaran karena tidak biasanya Defan memerintah seperti itu.

"Cari saja!" katanya yang tidak berani dilawan oleh Rafa.

"Oke.. Oke.." Rafa segera meninggalkan ruangan Defan. Meskipun dia merasa aneh, tapi dia belum berani bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

Karena koneksi dan kekuatan Defan begitu sangat berpengaruh. Rafa dengan mudah mendapatkan rekaman cctv hotel tersebut. Apalagi Defan salah satu pelanggan vvip di hotel tersebut.

Dengan segera Rafa masuk kembali ke dalam ruangan Defan. Saat itu Defan sedang memijat keningnya sembari bersandar di kursi kerjanya. "Gimana? Udah dapet?" tanya tanpa menoleh sedikitpun.

"Yupp.." Rafa segera memutar rekaman cctv tadi malam di laptopnya.

Mereka berdua dengan seksama memperhatikan setiap orang yang lewat. Jelas sekali di rekaman tersebut saat Anin berlari tergopoh-gopoh dan tanpa sengaja menabrak Defan.

"Itu... Itu kan kamu?" mata Rafa membulat. Dia penasaran siapa wanita yang berani mencium Defan tersebut.

"Oh,, jadi semalam kamu..?" Rafa akhirnya tahu situasinya.

"Cari tahu siapa dia!" kata Defan lagi.

Setelah dizoom beberapa kali. Defan seperti tidak asing dengan wanita tersebut. "Sekarang!" serunya.

Seketika Rafa langsung bergegas mencari informasi tentang wanita yang semalam bersama bos-nya tersebut.

Setelah Rafa pergi. Defan kembali melihat gadis di dalam rekaman cctv tersebut. Defan juga kembali melihat secarik kertas yang masih dia simpan tadi. "Ck.. Lihat aja! Kamu akan tahu konsekuensinya karena sudah berani menyinggungku.." gumamnya sembari meremas secarik kertas tersebut.

****

Di tempat lain.

Anin yang baru berjalan menuju ruang kelasnya harus kena omel Sandra, sahabatnya. Dikarenakan semalam Sandra tidak bisa menghubunginya. Dia merasa khawatir kepada sahabatnya tersebut.

"Kamu darimana aja? Semalam aku nggak kunci kamar, takutnya kamu pulang tiba-tiba. Tapi ternyata nggak pulang nj*r, kamu kemana aja? Kamu nginep dimana?" cerocos Sandra yang begitu mengkhawatirkan teman satu kos-nya tersebut.

"Aku dijebak Tessa.." lirih Anin.

"Ha? Kamu dijebak Tessa? Maksudnya gimana?" Sandra masih belum paham apa maksud dari perkataan Anin.

"Semalam dia datang dengan teman ke bar tempat aku kerja. Dia memaksa aku untuk minum, tapi ternyata minuman itu sudah dikasih obat. Dia mau jual aku ke temannya. Kan brengs*k banget dia." Anin sempat marah dengan apa yang Tessa lakukan.

"Brengs*k bener dia. Kita harus kasih pelajaran ke dia." Sandra menjadi kesal.

"Kita pasti akan balas. Tapi, tidak sekarang. Kita harus bermain cantik. Untung saja aku bisa melarikan diri." meskipun kesal, tapi Sandra merasa lega karena sahabatnya tidak kenapa-napa.

"Tapi..."

"Tapi apa?" tentu saja Sandra kembali penasaran.

"Aku tidur dengan lelaki yang tidak aku kenal."

"What??" Sandra kembali terkejuta.

"Kamu tidur dengan lelaki yang tidak kamu kenal?"

"Suttt.. Kecilin suara kamu!" Anin segera menutup mulut Sandra yang berkata dengan cukup keras.

"Itu sebabnya kamu nggak pulang?" Sandra mulai mengecilkan suaranya.

"Ya.." Anin nampak lemas. Sepertinya dia menyesal.

"Beg* banget sih kamu..." omel Sandra.

"Aku juga nggak tahu, aku udah terpengaruh obat. Tapi,, tapi, aku udah kasih uang ke dia sebagai ucapan bersalah." Anin tersenyum kecil.

Sandra menatap Anin dengan geli. "Gimana kabar Arya? Dia beneran sudah tidak pernah menghubungi kamu?" tanya Sandra.

Seketika senyuman Anin perlahan menghilang. Arya adalah pacarnya yang pergi ke luar negeri untuk melanjutkan study-nya. Namun, selama sebulan dia pergi. Anin sama sekali tidak mendapat kabar berita dari pacarnya tersebut.

Dengan lemas Anin menggelengkan kepalanya. Dia sedih karena lelaki yang sudah setahun ia pacari, menghilang tanpa jejak dan kabar berita.

Pernah Anin mencari tahu ke rumah orang tuanya. Tapi, dia juga tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Selama ini, orang tua Arya memang tidak pernah menyetujui hubungan mereka.

Mungkin itu juga alasan Arya dipindahkan keluar negeri dengan alasan study.

Melihat Anin yang sedih. Sandra pun segera memeluknya. "Jangan sedih lagi! Lupakan saja cowok nggak berguna itu. Kalau dia sayang kamu, dia tidak akan menghilang." kata Sandra sembari memeluk Anin.

"Aku harus tahu alasan dia, baru aku bisa lupain dia." kata Anin pelan.

Sandra memeluk Anin lebih erat. Dia tahu apa yang Anin rasakan sekarang. Sebagai sahabat, dia akan mendukung apapun yang bikin Anin bahagia.

"Tetap semangat! Masih ada aku yang sayang sama kamu." katanya.

Anin tersenyum. Dia merasa bersyukur dipertemukan dengan sahabat seperti Sandra. "Makasih ya." ucapnya.

Terpopuler

Comments

Mimi Ilham

Mimi Ilham

lumayanenarik jln ceritanya

2023-01-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!