5. RASANYA SEKOLAH

Setelah Ririn berhenti menangis kini kami memutuskan untuk duduk di atas tanggul menatap indahnya pemandangan di ujung sana. Sore ini gunung yang terlihat indah dihiasi dengan hamparan sawah yang luas dan matahari nampak malu-malu untuk membenamkan dirinya di sana.

Kami duduk berjejer di atas tanggul menghadapkan wajah kami ke arah pemandangan yang indah. Aku memainkan kakiku dan mengayung-ayungkannya merasakan udara yang menghembus mengitari sela-sela jejari kakiku.

"Ami! kenapa kau tadi terlambat untuk bermain?" tanya aku pada Ami yang langsung menoleh.

"Hari ini adalah pendaftaran sekolah dasar aku akan sekolah."

"Sekolah?"

"Iya sekolah, kau tahu, kan kalau aku sekolah. Aku sudah kelas 3 SD," sahut Angga yang bangkit dari tanggul dan duduk di atas bebatuan besar.

"Aku juga bertemu dengan Ririn dan Cai. Hari ini kami mendaftar sekolah bersama-sama, iya, kan?"

"Hem betul," sahut Ririn dan Cai kompak.

Kini aku dibuat terdiam, teman-teman seumuranku telah mendaftar sekolah tahun ini.

"Ari kenapa kau tidak datang ke sekolah?" tanya Ami.

"Untuk apa datang ke sekolah?"

"Untuk mendaftar sekolah. Hari ini adalah hari pendaftaran dan besok adalah hari terakhir penerimaan siswa baru apakah kau tidak ingin sekolah?" tanya Ami.

Aku kini terdiam aku tak tahu harus mengatakan apa. aku menoleh menatap teman-temanku yang nampaknya sedang menanti sebuah jawaban dariku.

"Kau tidak ingin sekolah, ya?" tanya Angga penuh curiga.

"Aku mau sekolah seperti kalian juga tapi sebelum aku sekolah dan mendaftar aku ingin tanya bagaimana rasanya sekolah?"

"Kalau pertanyaan itu maka hanya Angga yang tahu karena anggahlah yang pertama sekolah di antara kita," jawab Ami yang langsung menunjuk ke arah Angga.

Angga seketika tersenyum bangga. Ia menepuk dadanya sambil tersenyum sombong membuat kami tertawa. Penampakan Angga begitu sangat lucu saat dia menyombongkan diri.

"Ehem, sekarang dengarkan aku agar kalian semua semakin semangat untuk mendaftar sekolah maka aku akan menceritakan bagaimana rasanya sekolah."

Angga mengelokkan posisi duduknya memberikan tanda bahwa dia bersiap untuk menceritakan.

"Sekolah itu bagus. Saat pertama kali aku mendaftar sekolah aku merasa sangat senang."

"Aku melihat ada gedung tinggi, banyak anak-anak yang sekolah di sana mereka berpakaian rapi dengan warna yang sama."

"Mereka menggunakan sepatu yang bagus, topi, dasi dan tas yang bagus. Mereka juga bisa bermain di sana, aku melihat ada banyak orang yang bermain bola di sebuah lapangan yang dibuat untuk kami."

"Oh jadi kita juga bisa bermain? Aku pikir kita ke sekolah hanya untuk datang."

"Bukan hanya sekedar datang tapi kita akan diberi sebuah pelajaran."

"Pelajaran? Pelajaran apa?"

"Kita akan belajar membaca, menulis dan menghitung," sebutnya sambil mengangkat jari tangannya satu persatu.

"Tapi sebelum lebih jauh kalian ingin mendengar sisi yang baik atau buruk saat bersekolah?"

"Hah? Memangnya ada sisi yang baik dan buruk saat sekolah?"

"Tentu saja ada. Mau mendengar sesuatu yang baiknya?" tawar Angga yang membuat kompak kami saling mengangguk.

"Sekarang dengarkan baik-baik!"

Aku mengelokkan posisi dudukku bersiap untuk mendengarkannya.

"Sisi yang baiknya kalian akan mendapat teman-teman baru. Aku juga seperti itu tapi awalnya aku tidak punya teman dan setiap hari ke sekolah membuat aku mendapat banyak teman."

"Bukan hanya dari kelas aku saja tapi aku juga mendapat teman dari berbagai macam kelas dari kelas 1 sampai kelas 6."

"Di sana kami diajarkan membaca, menulis dan menghitung jadi sekarang aku sudah pintar membaca, menulis dan menghitung."

Aku menatap berbinar kepada sosok Angga ternyata dia luar biasa. Membaca, menghitung dan menulis sepertinya sangat sulit tapi Angga bisa melakukannya.

"Di sana bukan hanya kita disuruh untuk belajar tapi setelah jam istirahat maka kita akan bermain. Aku sering bermain, aku akan bermain bola bersama dengan teman-teman saat jam istirahat."

"Bukan hanya itu, setiap hari aku akan mendapat uang jajan untuk membeli makanan di sekolah."

"Wah, ternyata di sekolah juga ada penjual?" aku tak menyangka.

"Tentu saja, aku dengan uang 1.000 rupiah aku sudah bisa mendapatkan air minum dan kerupuk."

"Terlebih lagi kalau kita masuk ke ruangan perpustakaan, di sana ada banyak buku yang bisa kita baca dan kita juga bisa meminjamnya."

Lagi dan lagi aku dibuat terkagum oleh hal yang dinamakan sekolah itu hingga sedetik kemudian keningku mengernyit lalu berujar, "Terus sisi buruknya sekolah itu apa?"

"Nah, kalau sisi buruknya mungkin aku tidak akan menceritakannya."

"Hah? Kenapa?" sahut Ami yang jauh lebih penasaran.

"Nanti kalau aku menceritakan sisi buruknya kalian semua tidak ingin sekolah."

Ami, Ririn dan Cai dengan kompak menggeleng. "Kami tetap akan sekolah," sahut Ririn yang begitu bersemangat dan berusaha untuk meyakinkan.

"Yah baiklah maka dengarkan baik-baik!"

"Sisi buruk yang pertama adalah yang pertama kau akan bangun pagi setiap hari dan hanya memiliki satu hari yaitu hari minggu untuk tidur sepanjang hari."

"Disaat kau masih ingin tidur kau harus dibangunkan oleh kedua orang tuamu untuk pergi ke sekolah."

"Yang paling parah adalah ketika hari Senin di mana kita akan upacara."

"Upacara itu apa?" tanya aku penasaran

Sejujurnya aku tak pernah mendengar hal itu sebelumnya. Angga menarik nafas panjang, ia berpikir sejenak dan kemudian menjawab, "Aku tidak tahu tujuan upacara itu apa tapi yang aku rasakan adalah lelah."

"Lelah? Mengapa harus lelah?"

"Iya lelah karena di setiap pagi kita akan disuruh berbaris dan tidak dibiarkan untuk duduk. Kita juga akan memberi hormat selama 1 jam."

"Untuk apa memberi hormat?"

"Untuk bendera, bendera merah putih, bendera Indonesia. Aku pernah mendengar katanya upacara itu adalah untuk memperingati hari kemerdekaan."

"Oh ya?" tanyaku sedikit kebingungan.

Angga sedikit mengernyit bingung. Ia pun juga tidak mengerti dengan jawabannya sendiri. Apakah jawabannya ini benar atau tidak dia tidak peduli. Cukup malu jika dia mengatakan tidak tahu di hadapan teman-temannya.

"Lalu yang kedua kita akan mendapat banyak tugas kita harus mengerjakan banyak tugas bahkan kita tidak mendapatkan waktu untuk bermain karena diberikan tugas oleh guru."

"Dan yang selanjutnya adalah terlalu banyak memakan biaya contohnya kemarin kami harus disuruh membawa plastisin untuk membuat sebuah karya dan itu harganya mahal pokoknya sekolah itu sangat membingungkan tinggal kalian saja apakah kalian mau tetap sekolah atau tidak."

Ririn, Amu dan Cai terlihat mengangguk sementara aku nampak terdiam. Sepertinya sekolah tidak terlalu buruk dan mungkin saja aku bisa meminta emak dan bapak untuk mendaftarkan aku di tempat sekolah seperti apa yang dilakukan oleh teman-temanku itu.

...📗📗📗...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!