keris pusaka

ustadz Haris sudah memegang keris yang akan menjadi pusaka yang mendatangkan ajal untuk Ki Bisono.

dia berhasil mengambil keris itu sesuai ajaran dari Cakra, dia melihat Rahayu yang sedang tidur terlelap karena kelelahan.

sore itu ustadz Haris langsung menemui Cakra yang sedang bermain dengan putranya Hamzah.

"wah lihat Hamzah, om mu sudah belah semangka," ejek Cakra melihat keris di tangan adiknya itu.

"sudah mas, nih ambil dan tolong simpan, saat aku butuh aku akan memintanya," kata ustadz Haris.

"tapi keris itu tak akan berguna di tangan mu, karena ada seseorang yang lebih bisa mengunakan Jetis itu, pemilik yang sesungguhnya," kata Cakra mengambil keris miliknya.

ustadz Haris mendengar suara Ilya yang sedang tertawa bersama Shafa dan umi Kalila.

"temui dia, jika memang ingin berbincang dengannya," kata Cakra yang kembali fokus bermain dengan putranya.

"tidak mas, aku harus mengajar," kata ustadz Haris.

"setidaknya makan dulu, aku tau ustadz belum makan dari siang, ustadz tak akan makan tanpa di ingatkan, karena ustadz selalu seperti ini," panggil Ilya yang merasakan kehadiran ustadz Haris.

"kenapa bukan dia," batin ustadz Haris.

"tidak usah, aku sudah makan, permisi, assalamualaikum..." kata pria itu langsung pergi.

"waalaikum salam..." jawab Ilya.

"ya semoga istrimu betah dengan tingkah mu itu Haris," kata Cakra Nyang bangkit dari duduknya.

Ilya pun menunduk saat melihat Cakra, "kamu juga makan, jangan sedih terus itu mata bisa kering kalau kamu nangis tanpa henti,"

"inggeh mas," jawab Ilya.

mereka semua makan bersama, termasuk ayah Arkan dan mami Tasya.

di kamar Rahayu bangun dan melihat dirinya yang tak mengenakan pakaian.

di pun ingat bagaimana dia harus melakukan hal itu dengan ustadz Haris yang harus saja sah menjadi suaminya.

wajahnya pun bersemu merah mengingat apa yang terjadi, "sekarang aku tak sendiri,"

malam hati semua orang berkumpul di rumah ustadz sepuh untuk membahas sesuatu.

Cakra membawa sebuah kotak berukuran cukup panjang, mami Tasya dan Shafa mengenali kota kayu itu.

"kenapa membawanya le, bukankah itu sudah rusak," tanya mami Tasya.

"rusak, tentu saja tidak mami, ini tak pernah pernah rusak, aku memang mematahkan busur ini saat muda, tapi berkat bantuan Ki Dwisa ini bisa di perbaiki, dan sempat di pakai oleh Shafa, dan seharusnya ini di berikan pada menantu dari keluarga kita bukan," tanya Cakra membuka kotak kayu itu.

"tapi aku tak bisa mengunakan busur itu," kata Rahayu.

"tidak perlu bisa, pertama angkat dulu busur ini, dan kita akan lihat sejauh apa ilmu yang kamu miliki," kata Cakra.

Rahayu bangkit dan mendekat, tapi anehnya busur itu tak mau terangkat dari kotaknya sedikitpun.

itu adalah hal aneh karena biasanya, tak akan sesulit itu, jika memang wanita itu gadis pilihan.

sedang Arkan bingung karena dulu ibunya saja mengangkat busur ini begitu mudah, begitupun Tasya yang belum pernah menguasai ilmu Kanuragan.

"apa kamu masih ada yang di sembunyikan, setahuku orang yang bisa mengangkat busur ini tidak boleh orang yang memiliki kebohongan dalam hidupnya?"

"tidak ayah mertua," kata Rahayu.

Cakra melihat ke arah Shafa, gadis itu pun memberikan contoh, "sepertinya tugas ustadz Haris masih sangat jauh,"

Shafa dengan mudah mengangkat busur itu dan mengikat talinya, bahkan dengan satu tarikan tapi busur dan melepaskannya membuat suara yang begitu nyaring.

"ini adalah kekuatan busur ini, jadi lain kali Rahayu harus bisa dan terus perkuat iman mu," pesan Shafa.

"baiklah, besok kalian berdua akan mulai masuk ke desa itu, karena tak ada yang bisa mencelakai Rahayu lagi,dan besok tugas kalian semua di mulai, mengerti," kata ayah Arkan.

"baik ustadz," jawab semua orang.

semua bersiap untuk berangkat besok pagi, Ilya menemui ustadz Haris.

dia memberikan sebuah tasbih yang dulu pernah di berikan oleh pria itu padanya.

"kenapa kamu mengendalikan tasbih ini, aku memberikannya untuk melindungi mu dari makhluk jahat,"

"tapi sekarang mas Cakra lebih membutuhkan di banding aku, jadi tolong terima ya mas," kata Ilya.

"tidak perlu Ilya, aku sudah di berikan tasbih milik kakek ku, dan tolong terus doakan keberhasilan usaha kaminya, untuk membawa satu desa ini kembali ke jalan yang benar,"

"pasti ustadz, aku akan terus berdoa agar ustadz bisa mendapatkan kemenangan di jalan Allah," kata gadis itu yang kemudian tersenyum dan memilih pergi.

melihat kedekatan Ilya dan ustadz Haris membuat Rahayu cemburu, bagaimana tidak, wanita itu begitu dekat dengan suaminya.

"aku tau mereka teman, tapi kenapa begitu dekat," gumamnya.

Rahayu pun memutuskan untuk pergi ke kamarnya untuk mempersiapkan semuanya.

tapi saat melewati kamar Dati beberapa santri, Rahayu tak sengaja mendengar percakapan yang membuat hatinya sakit.

"aku tak mengerti dengan semua orang tua di sini, kenapa ustadz Haris yang begitu pintar dalam agama, harus mengorbankan hidupnya hanya demi warga desa pedalaman itu, terlebih menikahi wanita yang tak pantas untuknya,"

"apa maksudmu tak pantas?" tanya santriwati yang lain

"itu si orang baru, kita semua di sini kan tau, jika orang yang di sukai ustadz Haris itu neng Shafa, setelah neng Shafa menikah ustadz Haris begitu dekat dengan neng Ilya yang selama ini membantu di pondok dan yayasan, itu lebih sempurna," kata gadis lain.

"hus... kalian ini ngomong apa, tak baik jika di dengar orang, kita sebagai murid hanya perlu mendoakan, jangan menganggu kehidupan guru kita, tak baik," tegur salah satu santri

Rahayu pun menyadari jika suaminya itu selalu di kelilingi wanita Sholehah.

sedang dirinya baru menegang agama yang di anut suaminya sebelum mereka menikah.

"apa aku seburuk itu, hingga semua merasa jika aku tak pantas untuk menjadi istri dari ustadz Haris,"

"tentu saja tidak, kamu itu bicara apa, apa sudah semuanya di masukkan kedalam tas?" kata ustadz Haris yang masuk kedalam kamarnya.

"tapi pernikahan kita bukankah memang untuk menyelamatkan warga desa, dan bukan karena cinta," kata Rahayu.

"kamu tentu tau itu benar, tapi karena itu aku ingin menjalani semuanya dari awal, meski kita menikah tanpa cinta, setidaknya bisakah kita hidup sebagai pasangan normal seperti yang lain," kata ustadz Haris.

"baik mas, aku akan mencoba menjalani bersama dengan mu," kata Rahayu.

setelah sholat subuh seperti biasanya, pagi ini ustadz sepuh memberikan tausiah tentang pernikahan.

semua mendengarkan ceramah dengan seksama, tak terkecuali ustadz Haris, ustadz Harun yang mendengar juga menghela nafas.

bagaimana dia bisa mengerti menikah saja belum pernah, dan itu sindiran untuknya.

"makanya nikah bro,"

"iya aku nikah kok, tapi tidak sekarang, nunggu gadis yang sempurna dalam agama, insyaallah..." kata ustadz Harun yang membuat ustadz Haris kesal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!