"Selesai pulang kerja temui aku di parkiran basemen gedung. Kamu langsung masuk saja ke mobil ku nanti. Ada hal yang ingin aku bicarakan empat mata dengan mu." Tutur Prasetya pada Kinan.
"Baik Pak. Saya akan temui Bapak di sana." Jawab Kinanti menyetujui.
🌺🌺🌺🌺🌺
Dan sore itu, setelah jam kerja usai. Seperti janjiannya, Kinanti dan Prasetya bertemu di parkiran basemen gedung.
Begitu Kinanti melihat mobil milik sang bos. Kinanti segera berjalan menuju mobil Prasetya dan kemudian langsung masuk kedalam mobil. Karena Prasetya sendiri telah berada di dalam.
Setelah Kinanti masuk, Prasetya langsung mengemudikan mobilnya untuk keluar dari gedung parkiran. Dan ia langsung bergegas untuk menuju suatu tempat.
Prasetya mengendarai mobilnya menuju suatu tempat yang sepi dan jauh dari keramaian.
Di sebuah tepian danau, di tempat itulah Prasetya mengehentikan laju mobilnya.
Tempat itu menjadi pilihan Prasetya untuk bisa mengobrol dengan aman bersama Kinanti.
Prasetya kemudian mematikan mesin mobilnya. Lalu ia membuka sedikit jendela kaca mobil untuk membiarkan udara masuk.
Sejenak, baik Kinanti dan Prasetya saling diam membisu. Prasetya tau, apa yang ia lakukan ini tidaklah baik. Tapi ia harus segera membicarakan masalahnya dengan Kinanti.
"Pak Prasetya mengajakku kemari pasti ada sesuatu yang serius, yang Bapak ingin bicarakan sama saya." Guman Kinanti memulai pembicaraan.
"Seperti janjiku kemarin pagi, jika aku akan membicarakan ini dengan mu." Jawab Prasetya, yang akhirnya ia bersuara.
"Baiklah, saya akan dengarkan penjelasan Pak Prasetya." Tutur Kinanti, yang memang sudah sangat ingin mendengarkan penjelasan Prasetya soal masalah mereka.
Kinanti kemudian menoleh ke arah Prasetya. Ia menatap wajah tampan sang bos. Yang sejujur-jujurnya di dalam lubuk hati Kinanti yang paling dalam. Kinanti memang menaruh suka terhadap bosnya tersebut.
Tapi suka itu bukan untuk merebut sang bos yang sudah beristri. Tapi Kinanti hanya mengaguminya.
"Terlepas dari semua kejadian itu. Bagaimana dengan keputusan Bapak tentang anak yang saya kandung ini." Tegas Kinanti pada Prasetya.
Prasetya kemudian menoleh ke arah Kinanti yang saat itu duduk tepat di sebelahnya.
Tanpa ingin berlama-lama memandangi wanita yang menjadi sekretaris itu. Prasetya kembali menoleh ke depan.
"Karena aku sudah melakukan itu terharap mu. Sampai sampai membuat kamu hamil. Maka aku harus bertanggung jawab. Aku mengakui janin yang dikandung itu adalah anak ku. Aku mengakui dia yang sedang tubuh di dalam rahim itu adalah benihku. Aku akan bertanggung jawab Kinanti. Tapi cara bertanggung jawab ku terhadap anak itu tidak harus aku musti menikahi mu." Jelas Prasetya.
Dalam hati Kinanti pun sudah bisa menduganya. Jika Prasetya tidak akan menikahi dirinya sebagai bentuk pertanggungjawaban.
Mendengar itu, Kinanti tidak menjawab ataupun protes.
Ia masih ingin mendengarkan lebih lanjut tentang bagaimana cara Prasetya akan bertanggung jawab terhadap anak yang ia kandung saat ini.
"Aku akan bertanggung jawab terhadap anak itu dengan cara. Aku akan membiayai hidupnya dan menanggung semua kebutuhannya. Aku mengakui dia adalah anak ku dan aku adalah ayah biologis nya. Tapi aku tidak bisa menikahimu sebagai bentuk pertanggungjawaban. Karena kau tahu sendiri Kinanti. Aku telah beristri. Dan aku sangat mencintai istriku. Aku tidak ingin kehilangan keluargaku. Bisa saja aku menikahimu. Tapi itu hanya secara siri, tidak bisa secara hukum negara. Karena hal itu tidak mungkin aku lakukan. Dan, aku juga tidak ingin menikahi seseorang hanya karena sebuah alasan, meskipun itu pernikahan siri. Kembali lagi aku tegaskan Kinanti. Apa yang kita lakukan pada malam itu adalah sebuah kesalahan, kekhilafan yang sama-sama kita tidak sadari. Karena kamu sudah terlanjur hamil. Bagaimanapun aku harus bertanggung dan mengakui bahwa anak itu adalah anak ku. Aku akan membantu membesarkannya. Dan akan ikut memperhatikannya. Untuk masalah dokumen-dokumen penting menyangkut identitas anak itu. Nanti aku juga akan urus. Kita bisa bersama sama berkomunikasi memperhatikan anak itu. Hak asuhnya sepenuhnya aku berikan kepadamu. Karena kamu adalah ibunya. Soal pembiayaan hidup untuk anak yang masih ada dalam kandungan mu sampai dia dewasa nanti. Aku yang akan menanggungnya. Jadi jika ada apa-apa tentang anak yang kau kandung beritahu aku. Aku akan ada di sana untuk membantu."
"Saya sudah bisa menduganya, jika anda tidak akan menikahi saya. Saya bisa apa, saya hanya bisa terima."
"Menikah itu bukan untuk di permainkan Kinanti. Meskipun itu hanya sebuah pernikahan siri. Seumpamanya jika kamu memaksakan aku untuk menikahimu. Itu justru hanya akan menjadi beban untuk kita berdua. Karena kita sama sama tidak saling mencintai. Apalagi kita menikah hanya karena anak yang kau kandung. Mungkin secara pandang, hal itu bisa menyelamatkan mu dari rasa malu. Tapi bagaimana jika secara agama. Rasanya akan menjadi sebuah hal yang sia sia. Karena kita tidak dapat menjalankan fungsi niat dari pernikahan itu sendiri. Meksipun itu pernikahan siri."
"Ya, semua sudah jelas Pak, dan saya mengerti. Pada akhirnya sebagai seorang perempuan. Sayalah yang paling menanggung malu untuk semua ini." Ucap Kinanti. Dan sejurus kemudian, ia menundukkan kepalanya. Tetesan demi tetesan air mata jatuh dari kedua mata Kinanti.
Yang bisa Kinan rasakan saat ini hanyalah penyesalan.
Prasetya hanya bisa diam menyaksikan isak tangis sekertaris nya. Pras paham apa yang dirasakan Kinanti.
Sebagai seorang perempuan, jika hamil diluar nikah. Pastilah seorang perempuan yang lebih terkena imbasnya.
Tidak hanya rasa malu yang harus ia tagung dari perbuatannya. Tapi juga tekanan batin dan psikis nya.
Hal itu tidaklah mudah. Maka dari itu, Prasetya sangat paham dengan keadaan Kinanti.
"Maafkan aku Kinanti."
Setelah mengetahui jika Pras tidak akan bertanggung jawab untuk menikahi dirinya. Kinanti kemudian berencana untuk pulang kampung.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Kinanti hanya bisa terdiam dan tertunduk wajahnya tanpa berani untuk memandang wajah Bapak dan ibunya. Ketika ia saat ini sedang di sidang di ruang tamu oleh kedua orang tuanya.
Sejak kepulangan Kinanti tadi pagi ke Solo. Malam ini Kinanti disidang oleh kedua orang tuanya mengenai kehamilannya.
Setelah berbicara panjang lebar pada Kinanti. Tentang kehamilan yang saat ini sedang di alaminya. Yang tanpa adanya seorang Pria yang mau bertanggung jawab secara terbuka. Membuat Pak Hadi, ayah Kinanti menjadi cukup geram dengan sikap Pria yang tak gentle itu.
Dan pria yang di maksud Pak Hadi, tak lain ialah Prasetya.
"Bapak minta kamu segera angkat kaki dari perusahaan tempat kamu bekerja saat ini Kinanti." Ucap Pak Hadi, yang mulai menunjukan sikap tegasnya.
"Bapak tidak mau kamu bekerja lagi di tempat itu. Sudah cukup bagi Bapak untuk menilai bagaimana sikap dan tanggung jawab bos kamu itu. Bahkan saat dia sudah tahu kamu mengandung pun tidak ada etiket baik bos kamu itu untuk berkomunikasi dengan keluargamu, terutama Bapak. Dan oleh sebab itu Bapak sudah memutuskan. Tidak usah kamu meminta pertanggungjawaban kepada bos mu dalam bentuk apapun. Jika untuk nafkah, Bapak dan dirimu pasti bisa menafkahi anak itu nanti. Jika itu hanya berupa materi, kita masih sanggup. Jika dia tidak bisa menikahi mu sebagai bentuk pertanggungjawaban tidak masalah Nduk. Kamu tidak usah lagi merengek-rengek minta tangung jawab sama dia. Ini memang kesalahan mu dan dia. Maka dari itu, kita harus berani ambil resikonya. Mau di sesali kaya apa juga semua sudah terjadi. Mau salahkan siapa juga sudah percuma. Sekarang janin yang hidup di rahim mu itu anggap saja ia adalah anugerah dari Allah. Walaupun caranya salah. Lagi pula dia kan berat terhadap istri sahnya. Itu juga Bapak maklum. Biarlah Nduk, itu kehendak dia, itu kuasa dia. Justru di sisi lain, Bapak akan kasihan sama kamu. Jika kita menyuruh dia untuk bertanggung jawab dengan cara menikahimu. Tapi dia tidak mencintaimu, ke depannya kamu yang akan menderita batin. Jadi menurut Bapak, sudahlah kita hadapi sama sama ujian ini. Bapak sama ibu hadirkan untuk kamu Nduk." Tutur Pak Hadi pajang lebar.
Dan semua yang di katakan oleh Pak Hadi membuat Kinanti terisak-isak menitikan air matanya. Tidak hanya Kinanti yang menangis. Bu Lilis, ibunya Kinanti pun ikut menangis.
"Benar apa kata Bapak Nduk. Kehamilan mu yang tidak kau sengaja ini anggap saja sebagai ujian bagi dirimu dan juga bagi keluarga kita. Bapak dan Ibu sudah iklas menerima aib ini. Di balik ujian ini, Bapak dan ibu anggap janin yang kau kandung saat ini sebagai anugerah. Karena bagaimanapun, anak yang kamu kandung itu adalah seorang bayi yang tidak bersalah. Kita harus membesarkan dan juga menyayanginya tanpa memperdulikan bagaimana dia bisa hadir. Semua sudah kehendak Allah. Tapi, dalam musibah ini. Kamu harus banyak intropeksi diri Nduk." Imbuh Bu Lilis.
"Sebelum kamu pulang ke sini, Bapak dan Ibu sudah rembukan dan memikirkan ini baik baik." Imbuh Pak Hadi.
"Dengerin apa kata Bapak mu Nduk. Percuma nuntut bos mu untuk tanggung jawab. Jika bos mu saja hanya bisa bertanggung jawab memberikan tagung jawaban materi. Mending tidak usah kamu terima. Suatu saat dia akan mengungkit materi itu. Dan menjadikan itu sebuah senjata. Jika kelak ia ingin mengambil anak mu dengan alasan karena ia ayah kandungnya. Dan materi itu dia bisa menggunakan sebagai alasan. Ibu sudah memikirkan itu. Maka lebih baik, kita besarkan sendiri saja anak mu. Kami akan menyayanginya. Dan kamu juga bisa meneruskan kembali menjadi wanita karier. Untuk mencari uang demi membesarkan anak mu."
Kinanti sejak tadi mendengarkan dengan seksama semua nasehat yang sudah di berikan oleh kedua orang tuanya.
Dan kini, pikiran Kinanti pun semakin terbuka.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
🍁8 Bulan Kemudian 🍁
"Ibu, ibu," teriak Kinanti dari bilik nya. Ketika ia merasakan ce la na dalamnya basah oleh sesuatu.
Karena itu adalah pengalaman pertamanya hamil. Maka Kinan pun tidak paham dengan tanda-tanda akan melahirkan.
Mendengar teriakan Kinanti dari bilik nya. Bu Inah kemudian langsung berjalan bergegas menuju kamar Kinanti.
"Ada apa Nduk."
"Perut Kinan rasanya mules Bu. Dan sepertinya ****** ***** Kinan basah."
Bu Inah kemudian mengecek kondisi Kinanti.
Dan ternyata, yang membuat basah ce la na dalam Kinan adalah air ketuban. Tidak hanya air ketuban Kinan yang sudah pecah. Tapi juga ada noda darah di sana.
"Sepertinya kamu akan melahirkan Kinan. Tunggu, ibu bangunkan Bapak dulu." ucap Bu Inah dengan sedikit panik.
Bu Inah kemudian membangunkan suaminya.
Kepanikan pun kini menyelimuti Bu Inah dan suaminya. Karena Kinan nampaknya akan melahirkan.
Kebetulan pada saat itu Bagas sedang pulang ke Solo. Akhirnya, Bapak nya Kinanti minta tolong sama Bagas untuk membawa Kinanti ke rumah sakit.
Mendengar Kinanti hendak melahirkan. Dengan sigap, Bagas langsung membantu membawa Kinan ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit. Kinanti langsung ditempatkan pada ruang persalinan.
"Bu, ini air ketubannya sudah tidak mencukupi jika Bu Kinan akan melahirkan secara normal. Sepertinya Bu Kinanti harus melahirkan secara Cesar." Tutur sang dokter.
"Karena di rumah sakit ini tidak ada alat untuk melakukan tindakan operasi Cesar. Maka Bu Kinanti akan kami rujuk ke rumah sakit yang lain."
"Apa saja yang terbaik Bu dokter. Yang penting anak kami bisa melahirkan bayinya." tutur Bu Inah.
"Kami akan menyiapkan ambulans dan kami akan membuat surat rujukannya. Agar sesampainya di sana Bu Kinanti bisa langsung di tangani." Imbuh sang dokter.
Dan malam itu, Kinanti dibawa ke rumah sakit yang lebih besar untuk dilakukan tindakan operasi Cesar.
Tapi, belum sempat Kinanti sampai di lokasi rumah sakit yang akan mengoperasinya.
Kinanti sudah tidak tahan lagi menahan rasa sakit itu. Selamat dalam perjalanan, Kinan disiksa dengan rasa mulas yang begitu menyakitkan.
Dan, pada akhirnya. Kinanti yang sudah tidak tahan dan sudah tidak kuat itu mengejan dengan sangat kuat.
Sehingga membuat Kinanti pada akhirnya melahirkan anaknya di dalam ambulans.
Untungnya di sana kala itu ada seorang bidan yang menemani. Sehingga proses melahirkan secara dramatis itu bisa di tangani.
"Selamat Bu, anak nya sudah lahir dengan selamat. Berjenis kelamin perempuan. Tapi kita harus cepat sampai di rumah sakit. Agar Ibu dan bayinya mendapat penanganan."
"Iya Bu, tapi, saya sudah kuat lagi Bu. Kepala saya pusing." sedetik berikutnya, Kinanti sudah tidak sadarkan diri.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
🍁Sebulan setelah 🍁
Kelahiran atas anak pertamanya membuat Kinanti merasa sangat bahagia. Ia memberi nama bayinya Saveera Ayudya Mecca.
Banyak arti yang begitu dalam tentang sebuah nama yang Kinanti sematkan pada anak perempuannya itu.
Iya sangat berharap, kelak anaknya bisa menjadi seseorang yang punya perilaku baik dan yang lebih baik daripada dirinya.
Meskipun kehadirannya ada karena sebuah kesalahan dan dari sebuah hubungan yang tidak sah. Kinan tetap bersyukur telah memilikinya.
"Kamu hanya punya Mama sayang. Mama akan berjuang untuk mu." ucap Kinanti pada bayi perempuannya. Ketika ia sedang menyusui baby Saveera di pangkuan.
"Kau sangat cantik sayang. Maaf kan Mama, jika kamu hanya kenal Mama sebagai orang tua mu." tutur Kinanti, yang kemudian ia mencium kening bayinya dengan sayang.
Aku bersumpah, tidak akan pernah kembali pada kehidupan rumah tangga kalian Pak Pras dan Bu Hanin.
Demi hidup ku dan demi putri ku. Aku bersumpah jika aku tidak akan pernah lagi menjadi orang ketiga dalam rumah tangga kalian.
Semoga Pak Prasetya dan Bu Hanin hidup bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
🍾⃝ͩ sᷞuͧ ᴄᷠIͣ Hiatus🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
udh mudah" bener tobat yaa,,
lgin kalau dilanjutkan nikab siri yg awal ny gk cinta nnt berujung cinta dan semakin menyakiti si hanin kg padahal dia gk slah apa",,
bagus deeeh kek gini semoga aj dpet jodoh yg tulus am km aj kinan asal jgn yg beristri lgi,,
2022-12-28
0
F.Queen
aku tidak setuju kalau nanti Kinanti nikah sama Pras demi anaknya
2022-12-16
1
Shanum❤️
Baguslah Kinan
smoga aja kamu punya jodoh yg menerima kamu apa ada nya kelak
2022-12-06
1