Hamil anak Bos

Ketika Kinanti sedang fokus pada ponselnya. Tiba-tiba sebuah suara terdengar dekat di sebelah nya. Dan hal itu langsung membuat Kinanti kaget dan reflek. Ponsel milik Kinanti terjatuh di lantai.

Belum sempat Kinanti mengambil ponsel miliknya. Ponsel tersebut sudah keduluan di ambil oleh seseorang.

Dan seseorang itu ternyata adalah Prasetya.

"Pak." sapa Kinanti pada Prasetya.

"Aku ingin bicara dengan mu. Tolong keruangan saya sebentar." perintah Prasetya. Kemudian Prasetya memberikan ponsel milik Kinanti yang sudah ia ambilkan dan meletakkannya ke meja kerja Kinanti. Setelah itu Prasetya kembali berjalan keruanganya.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Sebelum mendatangi ruangan Prasetya, Kinanti nampak menghela nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.

Kinanti mempersiapkan dirinya untuk menghadapi berbagai macam pembicaraan antara dirinya dan juga Prasetya.

Kinanti tidak tahu, pembahasan apa yang akan dibahas oleh Prasetya. Tapi sepertinya, hal itu sangat penting dan serius.

Entah kenapa sejak kejadian pada malam itu di hotel. Sosok Prasetya menjadi sosok yang begitu membuat Kinanti gemetar.

Dengan langkah gontai, Kinanti berjalan menuju ruangan sang bos. Sesampainya di ruangan Prasetya. Prasetya langsung bergegas menuju pintu ruangannya dan menguncinya.

Kemudian Prasetya mempersilahkan Kinanti untuk duduk di sebuah ruang tamu yang ada di ruangannya.

Kinanti pun kemudian duduk di salah satu kursi yang ada di sana. Dan Prasetya sendiri ikut duduk di kursi yang lain di hadapan Kinanti.

"Kinanti, sekali lagi aku minta maaf. Untuk apa yang telah aku lakukan terhadapmu, saat di hotel itu. Dan kau juga tahu kan, pada kejadian itu, aku tidak melakukannya dengan sadar. Aku dalam keadaan mabuk. Maaf, jika aku menanyakan ini. Tapi, pertanyaan ini seolah olah menjadi ganjalan bagi ku. Pada saat kejadian itu, kenapa kamu tidak menolak sentuhan ku?" Dan pertanyaan Prasetya tak pelak membuat Kinanti langsung mengangkat wajahnya yang tadinya hanya menunduk. Dan Ia langsung menatap wajah Pras dengan tatapan tajam.

"Anda berpikiran apa tentang saja? Anda mau menyalahkan saya?" tanya balik Kinanti.

"Bukan itu maksudku. Jika kamu sadar saat itu, sadar sepenuhnya, kau bisa menolak ajakan ku kan. Atau bahkan kau bisa menghindar dari ku." tutur Prasetya.

Ingin rasanya Kinanti menjerit sekencang-kencangnya atas apa yang Prasetya ucapkan terhadapnya.

Kinanti paham dengan pertanyaan Pria tampan di hadapannya itu. Dan pertanyaan Prasetya sudah mengarah menyalahkan dirinya.

Karena sebagai seseorang yang mempunyai kesadaran penuh. Kenapa Ia tidak melawan dan malah mungkin pasrah pada saat itu. Kinanti bisa mengartikan pertanyaan yang Prasetya tanyakan pada nya.

Dan hal itu justru membuat hati Kinanti merasa sakit dan teriris.

Sebagai seorang wanita, dia merasa direndahkan.

Atau mungkin, dirinya dianggap sebagai seorang wanita yang memanfaatkan keadaan. Atau yang lebih parahnya, dia sudah di anggap sebagai wanita gatal. Padahal sebenarnya Kinanti tidak merasa seperti itu.

Ingin rasanya Kinanti mengungkapkan apa yang ada di dalam hatinya saat ini. Ia ingin mengungkap apa yang ia rasakan pada malam terkutuk itu pada Prasetya. Karena hal itu terlalu intim untuk di bicarakan. Kinanti yang merasa malu akhirnya memilih diam

Dan pada saat kejadian, Kinanti sendiri juga heran dengan perasaan dan keinginannya yang sangat luar untuk bercinta dengan seseorang. Gairah seksual itu muncul begitu saja pada dirinya. Bertepatan dengan Prasetya yang sudah menjamahnya. Sehingga membuat Kinanti pasrah dan kemudian ia meladeni kemauan Prasetya.

Gairah dan ingin melakukan percintaan panas yang sama sama di rasakan oleh Pras dan Kinanti.

Apakah Kinanti mengungkapkan fakta yang ia rasakan pada malam itu? Tidak.

Untuk menutupi semua kenyataan yang ia rasakan. Kinanti memilih untuk berbohong.

"Pada malam itu, saya juga mabuk Pak. Jadi, stop menuduh saya, kenapa saya tidak melawan keinginan Bapak pada malam itu. Kita sama sama tidak sadar melakukannya. Jadi, buang jauh jauh tuduhan Bapak. Stop salahkan saya." jawab Kinanti dengan sedikit bernada tinggi.

Dan, sedetik kemudian, bulir bulir bening air mata berjatuhan dari pelupuk mata Kinanti. Wanita yang sudah tidak perawan itu hanya bisa menangis.

"Saya memang bodoh Pak." ucap lagi Kinanti, menundukkan kepalanya sambil terisak-isak.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Sejak kejadian di kamar hotel itu, Prasetya setiap malam tidak bisa tidur dengan tenang.

Karena ia takut, apa yang ia khawatirkan akan menjadi kenyataan.

Di tambah lagi ia pernah bermimpi. Dan di dalam mimpinya itu, Kinanti mendatangi rumahnya dalam keadaan perut membuncit. Dan hal itu menjadi sebuah keterkejutan oleh Hanin. Lantas, itu itu menjadi alasan Hanin meninggalkan rumah.

Meskipun itu hanya mimpi, mimpi itu sudah sangat menganggu pikiran Prasetya.

Ia tidak mau kehilangan wanita yang sangat ia cintai itu. Ia tidak akan mau berpisah dengan wanita yang sudah memberikan dia seorang putra tersebut.

Apa yang harus aku lakukan?

Ini sudah seminggu sejak kejadian malam itu. Sepertinya aku harus melakukan sesuatu. Aku harus memastikan Kinanti tidak hamil.

Karena hal itu menjadi satu-satunya ketakutan yang membuat aku khawatir.

Jika dia tidak hamil, maka semuanya pasti akan baik-baik saja. Tetapi jika dia mengandung benih ku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

Dan aku bersumpah, aku tidak akan mau mempertaruhkan pernikahanku bersama Hanin demi apapun juga.

Berbagai macam pikiran-pikiran buruk pun terus menggelayuti pikiran Prasetya.

Sesampainya Ia di rumah, seperti biasa, Prasetya selalu menyingkirkan berbagai macam pikiran-pikiran negatif yang ada di kepalanya.

Ia tidak ingin, terlihat stres di hadapan sang istri. Karena sang istri sangat ahli dalam membaca raut wajahnya.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

"Halo, Kinanti." sapa Prasetya saat ia menerima panggilan telepon dari sang sekertaris Kinanti.

"Malam Pak, maaf saya lancang menelpon Bapak malam-malam seperti ini. Karena jika saya mengirimkan pesan, saya takut pesannya malah akan dibaca oleh istri Bapak." Ujar Kinanti.

"Iya tidak apa-apa Kinanti, kau ingin memberitahu aku tentang hasil tesnya ya? Bagaimana hasilnya?" tanya Prasetya penasaran.

"Iya saya sudah melakukan tesnya Pak. Dan hasilnya positif." jawab Kinan.

Bagaikan di sambar petir, pikiran Prasetya langsung berkelana. Syok dan tidak percaya. Tapi ia harus menerima kenyataan itu.

"Apa! Kamu tidak salah mengetesnya. Cobalah beberapa kali untuk memastikan Kinanti." Ucap Prasetya yang masih belum yakin dengan hasil yang sudah Kinanti sampaikan.

"Saya sudah mengetesnya beberapa kali dan hasilnya sama Pak. Dua garis merah. Saya sudah mengirimkan foto tespeknya kepada Bapak. Dan jangan lupa foto-foto itu nanti Bapak hapus setelah Bapak melihatnya. Agar tidak dilihat oleh istri Bapak." Dalam keadaan seperti itu, Kinanti masih memikirkan istrinya, pikir Prasetya.

"Baik, nanti aku akan lihat." jawab Prasetya.

"Hanya itu yang ingin saya sampaikan. Selamat malam Pak Prasetya."

Kinan kemudian memutuskan pangilan teleponnya.

Aku harus melakukan sesuatu. Tidak mungkin aku hanya berdiam diri seperti ini.

Semakin lama kandunganku pasti akan semakin besar. Dan aku tidak bisa menutupi ini dari semua orang.

Aku harus memberitahu seseorang tentang kehamilanku. Tapi kepada siapa aku harus berterus terang.

Ibu, Ibu lah satu-satunya orang yang bisa menolongku.

Hanya pada ibuku lah aku bisa berbagi. Aku tidak mungkin memikul ini semua sendiri

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Dan, keesokan harinya. Kinanti menghubungi ibunya untuk menceritakan tentang keadaannya.

"Halo Bu, apa kabar?" Tanya Kinanti pada Ibunya, saat ia melakukan panggilan telepon pada sang Ibu yang saat ini berada di kampung halaman.

"Kinan, Alhamdulillah. Kabar Ibu baik Nduk. Tumben kamu telpon Ibu siang siang. Biasanya kamu telpon Ibu malam malam." Ujar Bu Lastri, Ibu dari Kinanti.

"Kinanti kangen saja sama Ibu. Oya Bu, Kinanti mau bicara sesuatu yang penting sama Ibu." Tutur Kinanti dengan serius.

"Tapi Ibu janji ya, Ibu jangan marah sama Kinanti." imbuh Kinanti dengan nada suara parau.

"Ada apa Nduk?Jangan buat Ibu takut. Ia Ibu janji, Ibu ngak akan marah." Jawab Bu Lastri dengan lembut.

"Kamu memangnya mau ngomong apa sama Ibu. Jangan bikin ibu deg-degkan."

(Hening)

"Bu Kinanti hamil." Ucap Kinanti sambil terisak.

"Astagfirullah, Kok bisa Nduk!" seru Bu Lastri dari sebrang telepon nampak kaget dengan kabar yang baru saja Kinanti sampaikan.

"Kamu hamil sama siapa? Siapa yang menghamili mu? Kamu kan belum menikah, kalau kamu hamil, bagaimana nanti kedepannya? Siapa yang mau tanggung jawab! Apa laki-laki itu mau tanggung jawab?" Dan, berbagai macam pertanyaan langsung Bu Lastri lontarkan pada anak perempuannya itu.

"Maka dari itu Bu, Kinan bercerita sama Ibu. Kinanti bingung Bu." Jelas Kinanti dengan nada suara lemah.

"Bagaimana ceritanya Nduk. Kok kamu bisa hamil." Tanya Bu Lastri dengan nada frustasi.

"Ibu dengerin cerita Kinanti baik baik ya Bu. Kinanti akan ceritakan semua kejadiannya. Dan demi Allah Bu. Kinanti bercerita yang sebenarnya." Tutur Kinanti, mencoba untuk meyakinkan sang Ibu agar percaya dengan semua ceritanya.

Dan Kinanti pun akhirnya menceritakan semua peristiwa dan kejadian yang menimpanya dari awal sampai pada akhirnya dia hamil.

Kinanti bercerita pada sang Ibu dengan sejujur jujurnya.

Ia menceritakan bagaimana saat malam naas itu terjadi. Semua diceritakannya dengan jelas kepada sang Ibu.

"Pak Pras itu sangat mencintai istrinya Bu. Keluarganya juga sangat harmonis. Kami waktu itu melakukannya dengan tidak sadar. Kinanti bingung Bu. Harus bagaimana bersikap pada Pak Pras. Ingin rasanya Kinan nuntut beliau untuk mau bertanggung jawab. Tapi di lain sisi, Kinanti juga tidak mau menjadi perusak rumah tangga orang. Kinanti kenal dengan istri Pak Pras. Namanya Bu Hanin. Dia itu wanita baik dan solehah Bu. Sebagai sesama wanita, rasanya Kinanti tidak tega membuat wanita itu sakit hati Bu. Apalagi sakit hati karena perbuatan khilaf aku dan Pak Pras." Tutur Kinanti pada sang Ibu.

"Tapi bos mu itu telah membuat kamu hamil Kinanti. Tidak hanya itu, dia juga mengambil kesucian mu." Tegas Bu Lastri.

"Makanya Bu, Kinan bingung harus berbuat apa. Kinanti tidak mungkin pulang ke kampung dari Jakarta dengan keadaan hamil. Terus bagaimana nanti pandangan orang-orang di kampung. Pasti akan bilang Kinanti wanita nakal dan macam macam. Kinanti tidak mau membuat nama baik Bapak dan Ibu tercemar." tandas Kinanti.

"Ya sudah Nduk, nanti akan Ibu bicarakan sama bapakmu. Bagaimanapun, Bapakmu juga harus tahu tentang masalah ini. Ibu tidak bisa memendamnya."

"Jangan Bu, jangan bilang sama Bapak. Kinanti takut Bapak marah Bu." Ucap Kinanti yang takut jika nanti Bapaknya akan marah dan malah akan mengusir nya. Karena sebagian anak, telah membuat malu keluarga.

"Ibu akan bicara baik baik sama Bapak mu. Bapak tidak akan marah." Ucap Bu Lastri meyakinkan Kinanti.

"Terimakasih banyak Bu, untuk semua pengertian nya. Sekali lagi, Kinan minta maaf ya Bu. Kinan telah mengecewakan Bapak dan Ibu. Tidak mungkin Kinanti mengarbosi anak ini Bu. Anak ini tidak salah, aku dan Pak Pras yang salah, kamu sudah melakukan dosa zina. Tidak mungkin Kinanti melakukan dosa yang kedua kalinya Bu." tandas Kinanti, kembali terisak-isak.

"Sudah sudah jangan sedih Nduk. Semua sudah terjadi. Jaga baik-baik kandungan mu. Ibu rembukan dulu sama Bapak. Kalau Bapak mu sudah ada keputusan. Nanti Ibu akan telepon kamu."

"Iya Bu, terimakasih." Jawab Kinan yang kini sudah bisa berlega hati karena sudah bercerita dengan ibunya.

Terpopuler

Comments

🍾⃝ͩ sᷞuͧ ᴄᷠIͣ Hiatus🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

🍾⃝ͩ sᷞuͧ ᴄᷠIͣ Hiatus🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

heei bukan kah km dlm keadaan sadar kinan 🤔,,
kenapa berbohong atas nama alloh ya ampun 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️,,,

km jatuh cinta am pras makanya rela aj dijamah oreh ny bahkan tanpa paksaan,,

2022-12-28

1

F.Queen

F.Queen

nahh malah hamil anak Pras

2022-12-16

1

Shanum❤️

Shanum❤️

Hadew sak karepmulah Kinan

2022-12-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!