ZEPHYR
Pagi itu sama seperti pagi lainnya selama musim panas. Langit selalu cerah dengan awan yang sesekali mengisinya,meninggalkan bayangan teduh di bawahnya. Kotaro pun masih seperti biasa, duduk di bawah pohon apel di atas bukit dekat alun-alun desa, menunggu teman-temannya. Mereka biasa berkumpul di sana untuk membicarakan mimpi mereka. Hal yang mereka inginkan terjadi pada masa yang akan datang.
“Hey bagaimana kalau suatu saat kita bersama-sama pergi keluar desa untuk berpetualang’’, ujar Kotaro.
“Wah ide bagus itu, kita bisa menemukan hal-hal yang baru’’, balas Julianz
“Tapi apa tidak beresiko bepergian tanpa orang dewasa?” Tanya Delila
“Ah kau ini penakut sekali sih” sahut Einz dari kejauhan bersama adiknya yang baru datang ketempat mereka berkumpul.
Disambut gelak tawa oleh semuanya dikarenakan mereka berdua selalu bertengkar satu sama lain. Mereka sudah menjadi sahabat sejak kecil, diantara kedelapan anak itu ada yang bersaudara yaitu Einz dan Ainz, Einz selalu menjaga adik perempuannya ini dari bahaya apapun. Mereka selalu berkumpul setiap minggu pagi untuk sesekali bertemu sapa dan tertawa tanpa menghiraukan masalah pribadi masing-masing orang.
Pada pagi kali ini, Kotaro sedang dilanda masalah dan berniat menceritakan masalahnya, namun setelah semuanya berkumpul, suasana berubah, hati Kotaro yang awalnya dilanda kesedihan perlahan-lahan hilang karena gelak tawa, canda dan cerita yang biasa mereka lakukan itu, seolah menghapus kesedihan yang ada. Namun akhirnya tak ada satupun orang dari ketujuh sahabatnya yang tahu apa yang terjadi pada Kotaro. Pada suatu ketika masalah itu pun mencapai puncaknya, Kotaro pun diusir oleh orang tua kandungnya sendiri dari rumah,
“Keluar kau dari rumah ini, ibu tidak pernah mengajarkan dirimu untuk membangkang perkataan orang tua” kata ibunya dengan nada marah.
“Ibu, sudah tenangkan dirimu dulu, jangan terbawa emosi” balas ayahnya yang ingin menenangkan suasana.
“Apa? Kau ingin mengijinkan anak kita mengalami hal yang sama sepertimu?” Sahut ibunya yang berbalik bertanya pada ayahnya.
Ayah Kotaro pun terdiam dan tak bisa menghalangi apa yang telah dilakukan istrinya terhadap anaknya dan Kotaro pun melesat pergi dari rumahnya. Ketujuh temannya yang mengetahui hal itu pun kaget dan marah besar pada Kotaro dikarenakan tidak memberitahu tentang masalah yang dihadapinya sehingga teman-temannya merasa kesal pada diri sendiri karena bisa membiarkan ini terjadi pada sahabatnya sendiri. Kotaro yang tak ingin teman-temannya seperti itu lalu pergi jauh dari desa.
“Aku sudah mengecewakan ibu, aku tidak boleh membebani sahabatku lagi dengan ini” kata Kotaro sambil berlari keluar dari desa.
Kotaro yang bingung tak tahu harus kemana ditengah jalan dikagetkan oleh sebuah mahluk kecil yang aneh seperti sebuah kristal yang bisa berjalan,
“Huh? Benda apa itu?” sambil bertanya heran pada dirinya sendiri.
Kotaro yang penasaran pun terus mengikutinya dan akhirnya keduanya pun mengarah pada suatu tempat terlarang yaitu, Forest of Illusion. Hutan yang dilarang untuk dimasuki penduduk desa dikarenakan banyaknya bandit yang berkeliaran dan sekaligus menjadi sarang bandit yang terkenal kejam.
Selain itu sering terjadi kejadian misterius yang diluar akal sehat didalam hutan tersebut, ketika masuk sekali saja kedalam hutan tersebut, tak akan bisa kembali dikarenakan sekeliling hutan disetiap sudutnya terlihat sama, oleh karena itu ketua suku desa Brahm melarang untuk masuk ke hutan tersebut.
Seorang warga melihat Kotaro yang hendak masuk lebih dalam kearah hutan tersebut lalu berteriak
"Hey Kotaro, mau kemana kau? tempat itu tidak boleh dimasuki"
"Tolong jangan ganggu aku dulu" jawabnya sambil berteriak
Orang itu langsung berlari untuk melaporkan hal tersebut kepada ketua suku desa, yang dimana langsung dibarengi oleh sebagian warga desa untuk mencegah Kotaro. Beritanya terdengar sampai ke telinga orang tua Kotaro. Sehentak mereka berdua bergegas meluncur ketempat kejadian.
"Wahai anak muda, hentikan langkahmu, tempat itu tidak boleh kau datangi" ucap ketua suku
Namun tak digubris oleh Kotaro, karena Ia fokus mencari makhluk misterius tersebut. Namun langkahnya langsung terhenti ketika mendengar suara teriakan dari ayahnya yang menyuruhnya untuk berhenti. Sempat berhenti sejenak, Ia pun tetap melanjutkan perjalanan yang dari awal sudah membuatnya penasaran.
"Ayah? Kenapa ayah tidak menghentikannya?" tanya ibunya
"Dia anak dari kalian berdua??" sambut ketua suku
Ayahnya yang terdiam karena kaget melihat sekilas mahluk misterius yang dikejar Kotaro itu seperti sosok yang tidak asing baginya.
"Mengapa kau diam saja, kalian kan tahu apa konsekuensinya melanggar perintah dari raja??"
"Aku harap ada penjelasan untuk ini"ucapnya geram sambil berbalik masuk kedalam desa
Sementara itu Kotaro yang sudah masuk terlalu dalam baru menyadari tindakan bodohnya itu.
“Hah hah hah, ini dimana?”
Mencoba berlari ke segala arah berharap menemukan jalan keluar namun tidak membuahkan hasil. Berlindung di bawah pohon sambil memeluk lututnya, sekujur tubuhnya pun sudah tidak bisa menahan rasa takut, takut akan kematian, kehilangan keluarga, sahabat-sahabatnya yang ia tinggalkan diluar sana.
“Tidak ada jalan keluarnya, semua terlihat sama saja, apa aku akan terjebak disini selamanya?” kata Kotaro dengan
nada pesimis dan takut.
“Disini sunyi, tidak ada orang lain, apakah aku akan mati disini? Tidaaak….”
“Ayah, ibu, teman-teman, tolong aku.” Sambil berurai air mata.
Setelah berjam-jam hanya merenungi kesalahannya di dalam hutan. Kotaro pun akhirnya sekali lagi bertekad untuk
keluar dari hutan tersebut demi sahabat-sahabatnya yang menunggu diluar sana. Di dalam perjalanan pun sekali lagi ia melihat mahluk kecil yang dikejarnya itu, merasa kesal oleh mahluk tersebut, mengejar dan berniat ingin menangkapnya.
Namun keberuntungan tidak berpihak pada Kotaro, pada saat hampir berhasil menangkap mahluk aneh itu, Ia bertemu dengan sekelompok bandit ditengah jalan yang rumornya sangat kejam. Situasi ini semakin sulit dan membuat Ia kehilangan semangat hidupnya untuk yang kesekian kalinya. Dipenuhi rasa putus asa, sambil
berlari dari kejaran para bandit yang ingin membunuhnya. Kotaro yang hanya bisa berlari tanpa mengenal arah pun sampai pada sebuah jalan buntu yang ditutupi oleh tebing yang sangat tinggi.
“Bos, akhirnya kita dapat mangsa baru setelah sekian lama makan makanan yang tidak jelas” ujar salah satu dari bandit tersebut.
“Iya, orang ini terlihat cukup lezat walau dagingnya tidak cukup banyak” balas bos bandit tersebut.
Merasa terpojok, Kotaro mengambil tindakan yang sangat beresiko yaitu melawan bandit-bandit tersebut, namun apa daya segala cara telah dipakai untuk membela diri dari melempar batu, memukul dengan
batang pohon yang ada. Kotaro akhirnya pasrah dipukuli dan dianiaya oleh bandit tersebut, dengan penuh luka disekujur tubuh mangsanya, sang bandit ingin membunuh Kotaro.
Saat pedang yang menjadi senjata para bandit-bandit tersebut dihunuskan ke dada Kotaro, tiba-tiba udara sekitar menjadi dingin dan para bandit tersebut dalam sekejap berubah menjadi es. Kotaro yang dikagetkan oleh hal tersebut pun bingung dengan apa yang terjadi, setelah melihat sekelilingnya. Kemudian Ia dikejutkan kembali dengan suara misterius yang memanggil-manggil namanya, sehentak Kotaro berdiri dan menoleh kekanan dan kiri namun tak seorangpun ia temukan, seperti seolah hutan inilah yang memanggilnya.
“Kotaroo..” suara misterius yang menyelimuti telinganya
“Kotaroo..” suara itu semakin jelas terdengar di telinganya.
“Kotaroo..” seolah suara itu akan memangsanya.
Beberapa saat kemudian, muncullah mahluk kecil aneh yang berbentuk kristal yang dikejarnya waktu itu tepat dihadapannya. Mahluk itu pun memperkenalkan dirinya dan menceritakan bahwa ialah yang telah membantu mengalahkan bandit-bandit tersebut.
“Namaku Aoyanagi, aku adalah Zephyr yang terdampar di desamu ratusan tahun yang lalu, saat Zinc Stone menghantam wilayah ini” kata mahluk kecil berwarna biru tersebut.
“Zinc Stone?” Tanya Kotaro
“Iya, batu asal mula aku dilahirkan” jawabnya
Kotaro pun terdiam sejenak, sambil melihat kearah para bandit yang telah membeku dan tak bernyawa.
“Akulah yang membantumu mengalahkan mereka semua, itu adalah sebagian dari jurus yang kumiliki” sambut Aoyanagi yang melihat Kotaro terkejut akan kejadian tersebut.
Walaupun sudah mendengar penjelasan dari Aoyanagi, Ia masih belum paham akan kejadian barusan. Aoyanagi pun menawarkan pada Kotaro untuk ikut kedunianya. Kotaro pun menolak karena ingin segera pulang kerumahnya untuk bertemu keluarga dan sahabatnya.
"Apa kau tidak ingin mempunyai kekuatan lebih?"
"Maksudmu aku bisa melakukan hal tersebut?"
"Tentu saja, jika kau menyentuh apa yang ada dibalik topiku"
Cahaya terang terpancar sesaat setelah Kotaro menyentuh bagian yang disebutkan oleh Aoyanagi. Yang dimana Aoyanagi mentransfer kekuatan miliknya kepada Kotaro.
"Hey aku bisa mengeluarkan es sepertimu"
"Sudah kukatakan bukan, tapi kau masih butuh latihan yang panjang untuk menguasainya"
"Kalau yang seperti ini sih kecil, lihat saja"
Kotaro yang mengarahkan jarinya kesebongkah batu untuk dihancurkan pun meleset dan jadi bahan tertawaan Aoyanagi.
"Sudah kubilang, ini tidak mudah, ayo ikut aku untuk latihan menguasai kekuatan tersebut"
Kotaro akhirnya setuju dan Aoyanagi mengajaknya masuk ketempat yang lebih dalam di hutan tersebut dan sampailah mereka di sebuah hutan namun sisi hutan tersebut terlihat berbeda dari hutan tempatnya berada, yaitu Lilian Forest. Disisi hutan itu terdapat sebuah pintu bernama Gate of Sirians, yang menghubungkan dunia nyata dengan dunia lain yang disebut Otherworld. Saat mereka memasuki pintu tersebut, sampailah Kotaro di sebuah kota yang bernama Town of Beginning.
Ayah Kotaro yang dari kejauhan pun tersenyum ketika melihay cahaya yang sangat besar yang berasal dari hutan yang dimasuk oleh Kotaro.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments