Pesta kembali dilanjutkan. Tidak ada orang yang berani menyindir atau bicara buruk tentang dirinya.
Mata Sonya menelisik, mengamati sang kakak yang tidak dipermalukan sama sekali. Berada di samping Atmaja Murren, ayah mereka sendiri.
Defan berjalan mendekati kekasihnya membawa segelas anggur."Kara dibawa ke rumah sakit pagi tadi, dia mencoba bunuh diri. Tapi sayangnya selamat, benar-benar benalu keluarga yang beruntung,"
Sonya menghela napas kasar, jemari tangannya mengepal, menatap ke arah Shui yang walaupun lumpuh, selalu menjadi anak kebanggaan Atmaja."Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya.
Defan tersenyum."Mudah, bagaimana jika suami yang baru dinikahinya menghabiskan malam pertama dengan wanita lain? Bahkan tertangkap basah oleh banyak orang,"
"Tapi itu juga akan memalukan bagiku. Lagipula kamu rela aku tidur dengan adikmu?" tanya Sonya pada kekasihnya.
"Kamu fikir aku tidak tahu, demi menggoda Kara kamu tidur dengannya?" batin Defan memasang wajah seiba mungkin.
"Tentu saja aku tidak rela. Tapi ini demi masa depanmu dan anak kita sebagai pewaris keluarga Murren. Jika Shui dan Kara mempunyai anak, maka kamu tidak akan mendapatkan bagian apapun. Tenang saja, masukkan obat ke minumanmu sendiri sebelum melakukannya. Saat tertangkap basah kamu bisa menuduh Kara yang menjeratmu. Kara pemalas dan tidak dapat diandalkan. Tidak akan ada yang membelanya," usulan dari Defan, memainkan Sonya sebagai boneka talinya untuk memasuki keluarga Murren.
Kenapa Defan tidak mendekati Shui Murren? Selain lumpuh, Shui Murren kaku dan sulit didekati. Mungkin jika bukan karena perjodohan yang diatur Atmaja, Shui tidak akan menikah. Boneka yang sulit kendalikan, itulah Shui Murren bagi Defan. Kara yang bodoh, memiliki kesempatan untuk menjadi suami Shui Murren, tapi malah mencoba untuk bunuh diri.
*
Atmaja menghela napas kasar. Memang benar-benar putri kebanggaannya, tahu bagaimana untuk tegas dan mengendalikan kekuasaannya. Murren Group lebih maju semenjak diambil alih oleh putrinya yang lumpuh.
"Kara hanya membuat kekacauan. Maaf, menikahkannya denganmu. Ayah hanya ingin kamu tidak sendirian jika ayah sudah mati nanti," ucap Atmaja pada putrinya.
"Tidak apa-apa, dia suamiku sekarang. Bagaimana pun dia pilihan ayah. Aku akan mengatasi semua masalah yang dibuat berandal sialan itu." Shui tersenyum menatap ke arah ayahnya. Meskipun dipermalukan, karena menghadiri resepsi tanpa mempelai pria. Sama sekali tidak mengerti apa alasan ayahnya memilih Kara untuknya.
"Boleh aku tanya, kenapa ayah memilih Kara? Bukan pria lain saja?" tanya Shui pada sang ayah.
"Kara sebenarnya anak yang baik. Tidak memiliki ambisi, lumayan cocok untuk sifatmu yang keras. Pria lain mungkin akan memanfaatkan kekayaan keluarga kita. Tapi Kara? Walaupun tidak begitu pintar, dia hanya menggunakan uang Farhan seperlunya. Terkadang pria yang tidak memiliki ambisi lebih cocok dengan wanita ambisius sepertimu," ucapnya, pada putrinya.
"Ayah mengejekku?" Shui mengenyitkan keningnya.
"Tidak, hanya saja, hadapi masalah yang dibuat berandal itu dengan baik. Semangat! Didik suamimu!" Atmaja tertawa kecil, menatap ke arah pintu yang terbuka.
Mata semua orang tertuju pada pemuda yang baru masuk.
Bug!
Pintu tiba-tiba dibuka dua orang pelayan, Kara memasuki ruangan dengan sekujur tubuh yang basah. Jas yang terkena lumpur, sepatu dengan harga yang tidak murah itu mengotori lantai. Bagikan pak tani yang baru selesai membajak sawah, entah sawah siapa yang dibajak.
Berjalan membawa kipas yang cukup besar, ala pria bermartabat jaman dahulu.
"Ayah dia benar-benar tidak tahu malu," gumam Shui memijit pelipisnya sendiri. Sedangkan Atmaja menepuk bahu putrinya, menipiskan bibir menahan tawanya.
"Semangat!" ucap Atmaja, berjalan meninggalkan Shui.
"Istriku!" Kara berlari dengan cepat mendekatinya. Ingin rasanya Shui menyembunyikan wajahnya. Seorang pria kekanak-kanakan yang bahkan tidak mencintai. Kini menjadi suaminya.
"Aku mencarimu, kamu kemana saja?" tanya Kara dengan napas tidak teratur, pasalnya pemuda itu telah berjalan beberapa kilometer.
"Kampungan!"
"Jadi ini Kara? Aku dengar-dengar sudah berusia 28 tahun tapi belum lulus S1."
"Benalu keluarga, tentu saja Farhan akan mengorbankan anak yang paling tidak berguna untuk merawat Shui."
"Sudah bodoh! Pengangguran! Aku saja tidak mungkin mau dengan pria tidak berguna sepertinya."
"Hanya modal wajah saja, apa yang dapat dibanggakan. Bahkan sekarang penampilannya seperti pengemis."
Cibiran orang-orang, dapat didengar oleh Junichi. Pemuda yang tetap tersenyum, menyembunyikan kekesalannya.
"Mereka menghinamu. Kamu adalah suami dari Shui Murren. Kamu boleh menunjukkan arogansi dan kekuasaanmu," ucap Shui pada suaminya. Wanita yang cukup kesal dengan mulut orang-orang. Tidak menghina dirinya tapi menghina suaminya? Hanya dirinya yang boleh menindas dan menghina suaminya. Orang lain tidak boleh.
Kara tersenyum menyeringai. Wanita ini tidak buruk juga, bukan wanita lemah yang mudah ditindas."Pengawal! Seret dan hukum cambuk mereka yang berani bicara lancang!" perintahnya.
Shui menepuk jidatnya sendiri, menghela napas kasar mendengar suara tawa orang-orang."Diam!" suara bentakan darinya menggema.
"Lakukan perintah Kara! Usir orang-orang yang tertawa dan mencibir! Jika perlu periksa rekaman CCTV!" perintah darinya, semua pelayan keluarga Murren segera bergerak. Menyeret orang-orang keluar, tidak peduli itu orang penting atau relasi bisnis.
"Kamu ikuti assistenku! Ganti pakaianmu," ucap Shui, bersamaan dengan seorang pria yang datang, membimbing Kara menunju ruang ganti.
"Terimakasih istriku. Kamu bertambah cantik saja! Aku mencintaimu!" teriaknya berjalan cepat mengikuti Herland, asisten Shui.
Memang benar begitu bukan? Terkadang siluman sering mengumbar kata cinta demi tujuannya. Membuat manusia lengah.
Shui mengenyitkan keningnya. Pernyataan cinta yang bagaikan memantul, tidak digubrisnya sama sekali. Benar-benar makhluk langka yang aneh, itulah Kara dimatanya. Setidaknya Kara tidak melarikan diri, itu sudah cukup. Tidak ingin pemuda itu lebih mempermalukan namanya.
*
Kara melangkah cepat hingga sampai di ruang ganti. Satu set pakaian dipilihkan pelayan. Perlahan dirinya mengenakannya. Wajahnya tersenyum-senyum sendiri, wanita bangsawan yang arogan. Mengingatkannya pada Fu, apa mungkin Fu tidak terlahir kembali di masa ini?
Entahlah, wajah setiap orang dalam setiap kelahiran akan berubah. Nona bangsawan rupawan yang diajarkannya banyak hal. Terkadang membawanya melarikan diri dari rumah, memancing dan menangkap kelinci.
Dirinya yang mengajari Fu berbagi sastra dan filsafat kuno, bahkan mengajarinya bermain kecapi. Bangsawan tercantik dan terkenal memiliki bakat luar biasa pada masanya.
Itulah yang menarik perhatian Kaisar untuk menjadikan Fu sebagai selirnya. Karena itulah juga mereka ditakdirkan memiliki jalan yang berbeda. Seperti yang Fu katakan, manusia dan siluman tidak ditakdirkan bersama. Hingga pada akhirnya Fu memutuskan mati di hadapan kaisar.
"Aku menangis?" gumam Kara meraba pipinya yang sedikit basah, akibat setetes air mata yang mengalir.
Pemuda yang perlahan tersenyum. Menatap ke arah cermin."Bodoh..." gumamnya.
Hingga seseorang tiba-tiba masuk. Sonya meminum setengah gelas wine bercampurkan obat. Sedangkan setengahnya lagi diletakkannya di atas meja. Menjerat Kara seolah-olah dirinya dijebak oleh Kara untuk tidur dengannya.
"Sayang aku mencintaimu..." bisik Sonya, dengan tangan menggapai hendak membuka dasi Kara. Kara bodoh yang dulu mencoba bunuh diri karena mencintai dirinya? Itulah yang ada dalam anggapannya saat ini.
"Kamu lebih kaya dari Shui Murren? Apa lebih berkuasa darinya? Jika tidak, kamu fikir kamu pantas menyentuhku?" gumam Kara, dengan mata sekelebat memerah.
*
Sedangkan Defan tengah tersenyum, berjalan keluar dari lorong ruang ganti. Hendak memanggil tamu undangan dan wartawan, untuk menyaksikan perselingkuhan pada acara resepsi pernikahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Sembok
😂😂😂🤭
2023-08-08
0
Lovesekebon
Hm.. salah sasaran mungkin Sonya kena batunya 🙄😏🤭
2023-02-21
0
༄༅⃟𝐐Dena🌹
Jleb si Sonya🤣🤣🤣
2022-12-07
4