"Lisa sudah waktunya makan siang ini kamu gak jenguk Dion?" Tanya Chesa untuk kesekian kalinya namun hasilnya tetap sama Lisa seolah menulikan telinganya asik dengan lamunannya sendiri.
"Hei Lisa." kali ini Chesa menaikkan satu not nada suaranya sembari sedikit mengprak kan meja. Dan tentunya berhasil membuat Lisa cukup kaget.
"Astaga Chesa! kamu mau bikin aku mati terkena serangan jantung," cicit Lisa dengan tangan terus mengelus dadanya terasa memburu.
"Yeee kamu itu, di ajak bicara dari tadi melamun terus. Kamu ini kenapa sih sebenarnya, kamu aneh banget hari ini sumpah dari tadi pagi sudah aku perhatikan. Aku tau kamu dekat dengan pak Irwin tapi aku tidak yakin kamu seperti ini karena memikirkan masalahnya," ujar Chesa memicing kan tatapan ya penuh selidik.
"Kamu ada masalah Lis, cerita sama aku. Kita sudah lama kenal dan kamu sudah aku anggap saudara bagiku jangan sungkan untuk bercerita sebisa mungkin akan aku bantu. Masalah uang?
Aku punya tabungan cukup lumayan banyak, kalau kamu perlu uang kamu bisa pinjam uangku aku tidak keberatan, suer." Chesa antusias mengangguk yakin bahwa ia bersunguh-sungguh ingin membantu sahabatnya itu.
mendengar itu mata Lisa sedikit berbinar, ia sangat bersyukur memiliki sosok sahabat seperti Chesa, selalu membantunya dalam segala masalah. Namun ia belum yakin untuk menceritakan soal Arav kepada Chesa.
"Tidak, aku tidak kekurangan uang Ches." Lisa menggelengkan cepat kepalanya.
"Lalu apa kamu punya masalah lain, katakanlah," desak Chesa.
sesaat Lisa terdiam kembali termenung dalam pikirannya, hingga beberapa detik kemudian Lisa berkata lagi.
"Aku bertemu Ayah kandung Dion," lirih Lisa bersuara kecil namun sangat jelas terdengar di telinga Chesa.
manik-manik mata Chesa nyaris tidak berkedip membuktikan kalau ia sungguh terkejut. Sedikit banyak Chesa tau tentang kehidupan Lisa karena mereka saling berbagi masalah.
"Apa?!" teriak Chesa spontan.
"Suttt jangan keras-keras mulut kamu ini seperti toa," kesal Lisa dengan nada suara sahabatnya itu sembari menoleh kanan kiri.
Persekian detik kemudian Chesa mengangguk paham, apalagi mereka sekarang di ruangan istirahat ob, tentu tak hanya mereka disana.
"Woiii kalau mau teriak jangan disini di lapangan sana!" tukas salah satu ob laki-laki tak jauh dari mereka merasa kesal atas suara tinggi Chesa.
"Gak nyadar ini bukan tempat umum apa!" timpal ob laki-laki satunya lagi.
Mendengar itu Lisa semakin tidak enak, menatap penuh amarah kearah Chesa, sedangkan wanita itu hanya menyungingkan senyuman kikuknya.
"Maaf Maaf, reflek tadi kembali ke awal. Kamu yakin kalau kamu ketemu Ayah Dion, bukanya kamu bilang Ayah Dion ada di Indonesia ya? lalu bagaimana kalian bertemu? Apa karena dia mencari kalian?" tanya Chesa berangsur-angsur sungguh sangat penasaran sekarang.
Lisa menggelengkan cepat. "Aku tidak tau, kami tidak sengaja ketemu tadi. Chesa aku harus bagaimana Ches, dia ada di perusahaan ini, aku harus gimana aku tidak mau bertemu dengan dia. Apalagi sampai dia tau tentang Dion.
Tidak ... Aku tidak akan membiarkan itu terjadi, Chesa aku harus gimana," keluh Lisa menatap binar sahabatnya itu.
"Bisa jadi dia mencari kalian dan bisa jadi juga tidak," Chesa tampak menimbang nimbang pikirannya.
"Tapi kamu bilang tadi dia ada di perusahaan ini, yang mana? kenapa selama ini kamu gak pernah cerita," cicit Chesa kembali menatap Lisa dengan pandangan selidik.
"Kamu berjanji dulu kalau kamu gak akan pernah cerita ke siapapun tentang ini," kata Lisa.
Chesa spontan langsung mengangguk mantap. "Kamu macam mengenal aku dua hari saja, kita sudah lama kenal Lisa, rahasia kamu selalu aman di aku," ucap Chesa menyakinkan.
Sesat Lisa menghela nafas panjang, setelahnya ia mencondongkan kepalanya agar lebih dekat kepada Chesa.
"Dia adalah Presdir baru kita, Ayah Dion," bisik Lisa pelan dengan suara rendah.
"Apaaa!?"
"Chesaaa!"
***
Seperti biasa jam makan siang Lisa selalu mengunjungi anak tercintanya Dion, menghabiskan waktu makan siang bersama. Dengan penuh senyum Chesa menatap ke arah Dion.
Terlihat anak 4 tahun itu sedang menundukkan kepalanya dengan menompang pada ke dua lutut menyendiri di pojok daycare. kejadian seperti ini bukan pertama kali, namun sudah beberapa kali terakhir ini Dion selalu menyendiri di pojok Daycare.
Tentu saja Lisa tau apa penyebabnya, terlahir tanpa sosok Ayah memang sangat sulit apalagi di zaman sekarang kasus bullying semakin meningkat, anak seusia Dion rentang akan mental.
Namun Lisa sama sekali tidak punya pilihan lain, makanya Lisa selalu memberikan perhatian lebih terhadap anaknya itu agar Dion tidak akan terkena gangguan mental.
Dengan lembut Lisa mengusap kepala Dion, "Sayang," panggilnya yang langsung membuat Dion menoleh kearahnya.
"Mommy," lirih Dion, kedua bola matanya merah menahan tangis, bahkan bendungan air mata terlihat sangat jelas di kelopak mata Dion.
Tanpa menunggu lagi Lisa segera membawa anaknya masuk kedalam pelukan, mengecup ubun-ubun Dion berkali-kali sembari berkata. "Maafkan Mommy sayang, Maafkan Mommy."
Cukup lama Lisa dan Dion berpelukan hingga persekian detik berikutnya Lisa merenggangkan pelukanya, mengajak Dion makan bersama setelahnya mengelilingi taman sesuai janjinya tadi pagi.
Di sinilah Lisa dan Dion sekarang, sebuah taman bermain lumayan besar tak jauh dari perusahaan dan juga daycare sehingga memudahkan Lisa mengajak Dion untuk bermain sejenak, hanya 30 menit karena setelah itu Lisa harus kembali bekerja. Kalau tidak dia pasti akan mendapatkan amukan dari Ibu Imelda.
Kali ini Dion cukup bersemangat dan ceria dalam bermain apalagi ia bermain tidak hanya dengan Ibunya karena ada Chesa yang ternyata menyusul Lisa, beralasan kangen dengan Dion.
Hingga tanpa mereka sadari ada sepasang mata memperhatikan mereka cukup lumayan lama.
"Kembali ke kantor,"
Bersambung ......
jangan lupa tinggalkan jejak like nya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Othor Kalem Fenomenal
apakah Arav yang memperhatikan mereka?
2022-12-25
2
Candra Woods
apa arav melihat dion 😉😉😉😉
2022-12-03
2
💞 Adhel 💞
haissss, dua bab thorrr.🤭💪
2022-12-02
1