Ayah Untuk Anakku

Ayah Untuk Anakku

BAB 1

AYAH DARI ANAKKU

5 tahun lalu

"A-aku hamil," ucapku dengan bibir bergetar. Ku remas kuat-kuat rok abu-abu yang menutupi bagian bawah baju putih kukenakan berstempel SMA.

Ya, aku masih sekolah dengan umurku 17 tahun. Duduk di kelas 12. Tak pernah terbayangkan nasibku akan seperti ini. Benar-benar hamil.

"Apa? Kau serius?" Arav pria bertastus pacarku itu terlihat terkejut. Raut wajahnya berubah seketika, terdiam beberapa saat lalu Ia mengusap wajahnya kasar kala aku menganggukkan kepalaku. Dialah bapak dari calon anak yang aku kandung ini, hubungan terlarang kami lakukan selama pacaran.

Dan Arav sudah berjanji sebelum melakukan itu dia akan bertanggung jawab, membawaku ke rumahnya untuk di perkenalkan.

"Jangan bercanda, ini tidak lucu!" Arav merapatkan giginya, raut wajahnya berubah menatap tajam kearahku.

Ku gelengkan wajah ini cepat-cepat membantah.

"Tidak, aku a-aku tidak berbohong," kataku sedikit gugup, bukan karena aku ragu seperti orang ketahuan berbohong melainkan aku sedang takut menatap wajah Arav begitu menyeramkan.

Tatapan matanya begitu marah. Kenapa? Bukankah ini yang dia mau. Aku mengandung anaknya dan kami akan hidup bahagia selamanya.

"Ini anak kamu Arav!" Lanjutku sedikit menekankan kata-kataku berusaha memberanikan diri.

Saat ini kami berada di atas gedung sekolah yang bertingkat 3. Sengaja aku mengajak Arav ke tempat ini agar tidak ada orang yang tau apa yang kami bicarakan. Mengingat tempat ini jarang di kunjungi siswa.

"Gugurkan anak itu!"

Deg!

'Apa!' Jantungku hampir saja berhenti berdetak, aku terkejut bukan main mendengar tuturan kata barusan keluar dari mulutnya itu.

"A-apa yang kamu katakan Arav," aku terdiam untuk beberapa saat.

"Ini anak kamu, darah daging kamu sendiri. Bahkan dia belum lahir ke dunia ini dan kamu ingin melenyapkanya," seruku tak terima.

Serasa oksigen udara ini mau habis.

Bagaimana bisa dia berpikir seperti itu setelah apa yang ia lakukan. Aku kira dia akan senang dengan apa yang aku katakan barusan. Karena dialah yang merayuku agar mau melepaskan kehormatanku untuknya. Dengan berjanji akan menikahiku kalau sampai aku hamil saat masih sekolah.

Dia bahkan menginginkan aku hamil supaya ada alasan bagi dia untuk menikahiku. Ya, aku dan Arav bagaikan langit dan bumi tidak sepadan sama sekali.

Dia terlahir dari keluarga ternama dan terkemuka di negara ini, sedangkan aku hanya seorang anak petani dari kampung.

Entah berkah dari mana aku bisa mendapatkan biayanya siswa hingga bisa sekolah di sekolah terkenal ini yang kebanyakan adalah anak orang kaya.

"Gue enggak mau anak itu Bict! Gue enggak mau keluarga geu sampai tau apalagi sampai mencoreng nama baik keluarga gue. Gugurkan anak itu, terlebih gue enggak yakin bahwa anak itu anak gue, bisa aja itu anak laki-laki yang tidur sama lo. Bukankah kita hanya melakukannya beberapa kali, bagaimana bisa lo langsung hamil," sahut Arav.

Rasanya bagaikan ditusuk seribu jarum sampai ke ulu hati mendengar tuturan, Arav barusan. Aku membeku beberapa saat mendengarkan ini. Sakit, sakit sekali.

"Kamu jahat Arav, jelas-jelas ini anak kamu. Kamu lupa sebelum kita melakukan itu apa yang kamu katakan hah, kamu berjanji akan tanggung jawab tapi sekarang dia sudah ada dan kamu ingin mengingkari janjimu sendiri!"

Ku kuatkan dada ini terasa amat sesak, air mata yang aku bendun pun lolos begitu saja membasahi pipiku.

"Dasar bodoh, gue hanya berpura-pura dan lo anggap serius. Ck! Mulai sekarang kita putus dan jangan pernah temui gue lagi, gugurkan anak itu jangan harap lo bisa merusak nama baik keluarga gue!! Gue sangat yakin bahwa anak yang lo kandung itu bukan anak gue, lo pasti menjual tubuh lo supaya bisa nikah sama gue kan, jangan mimpi!" Tegas Arav dengan rahang mengeras lalu berlalu begitulah saja meninggalku yang sudah berlinang air mata.

Jadi begini akhirnya ....

Seketika tubuhku langsung lemas dan tunduk di lantai.

"Aaagggrrrr .... dasar bodoh bodoh!"

Aku merutuki diriku sendiri, bisa bisanya aku kemakan omongan Arav. Brens**.

Aku membencimu Arav hik .... bedebah sialan. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu padahal jelas-jelas ini adalah anaknya.

Aku benci dirimu Arav aku benci hik ... hik ....

Benar benar malang.

Kau berhasil Arav, kau berhasil membuatku hancur masa depanku, kau pantas dapat penghargaan.

***

5 tahun kemudian

Manila, suasana sana kota terlihat begitu dingin akibat faktor perubahan iklim cuaca, orang-orang begitu ramai berlalu lalangnya memadati ibukota. Apalagi pagi ini, senin. Hari dimana kembalinya berkutik dengan pekerjaan.

Tak luput dengan diriku sendiri, yang sedang buru-buru membenahi pakaian seorang bocah 4 tahun berada di depanku. Aku berjongkong menyamakan tubuhku dengannya agar kami setara.

Bocah itu mengerucutkan bibirnya terus sejak dari tadi, seperti kebiasaannya pasti ada sesuatu yang tidak beres. Ku hela nafasku sedikit panjang lalu memfokuskan menatap manik-manik matanya yang agak kebiruan.

"Bilang sama Mommy, ada apa hem? Mau minta belikan mainan baru lagi?" tanyaku pada bocah 4 tahun itu bernama Dion.

Ya, Dion adalah anakku. Dengan segenap perjuangan aku membesarkannya hingga sampai ke titik ini. Aku bersyukur kepada Tuhan walaupun Dion hidup tanpa ayah. Sebisa mungkin aku berusaha menjadi Ibu yang baik dan juga ayah baginya. Agar dia tidak merasa kekurangan kasih sayang.

Mengingat ini membuat hatiku sakit, selalu kepikiran tentang ayahnya, yang tega mencampak kan kami berdua.

Dion menaikkan kepalanya menatap ke arahku ada raut kesedihan terpancar jelas dimatanya.

Kemudian bocah 4 tahun ini menggelengkan kepalanya membantah ucapanku tadi.

"Dion endak mau di titip ke daycare lagi, Dion mau ikut Mommy aja, bantu Mommy kelja, bial banyak uang," ucap Dion membuatku terdiam beberapa saat.

Ku kerutkan keningku dalam. Kenapa dengan Dion, tidak biasanya dia berbicara seperti ini.

"Teman-teman di daycare selalu mengejek Dion, meleka bilang Dion anak tidak punya Ayah, dan juga meleka mengejek Mommy, Dion endak suka jadi Dion memukul meleka, sampai meleka menangis," Dion menarik panjang nafasnya.

"Ibu Deri memalahi Dion, padahal kan meleka duluan yang mengejek Dion," sambung Dion menundukkan kembali kepalanya menatap ke bawah.

Terlihat beberapa tetesan air mata menetes di pipi merahnya, ya Tuhan Dion menangis, aku terpaku sejenak.

"Sayang?" Panggilku lembut menyentuh pipi Dion menghapus air matanya itu.

"Maafkan Mommy ya, jangan ambil hati perkataan mereka ya. Nanti Mommy akan berbicara pada Ibu Deri untuk memperingati teman teman kamu supaya tidak menganggu anak Mommy lagi.

Tapi untuk sekarang Dion harus ke tempat bermain di daycare ya, Mommy janji nanti siang Mommy akan mengajak Dion keliling taman bermain ya, tapi Dion harus mau di titipkan sama Ibu Deri, orang-orang kantor Mommy melarang membawa anak ikut kerja sayang,"

Dion kembali menundukkan kepalanya. Aku tau perasaan Dion, jelas dia tidak nyaman di daycare. Apalagi semua anak yang ada di daycare selalu di jemput ayah sama Ibunya ketika pulang ataupun jam makan siang, hanya Dion saja yang di jemput oleh ibunya seorang diri. Tanpa ada sosok kehadiran ayah.

Tapi aku harus buat apa, gajiku hanya cukup untuk menyewa apartemen kecil serta buat makan kami sehari-sehari aku tidak punya uang untuk menyewakan pengasuh pribadi untuk Dion agar dia merasa sedikit nyaman. Belum lagi uang titip Dion ke daycare.

"Kamu mau ya, Mommy tidak punya pilihan lain nak," tuturku lagi lembut, kuharap Dion mengerti, sungguh aku tidak punya pilihan lain.

Akhirnya Dion menaikkan pandangan matanya menatap wajahku, tak lama ia menganggu setuju.

"Tapi Mommy janji siang nanti kita jalan-jalan ya," katanya.

Aku tersenyum senang, mengacak ngemas rambut Dion, "Ia sayang. Mommy janji, ayo nanti Mommy telat ke kantor," ajakku.

Terhadap aku buru-buru merapikan rambut Dion lagi.

Ibu Deri adalah kepala pengurus daycare. Orangnya sedikit jutek terhadap orang-orang sepertiku tapi walaupun demikian dia punya perasaan sayang terhadap anak kecil. Aku tidak bisa menegurnya, takutnya nanti dia tidak mau menerima Dion lagi.

Lalu kemana lagi aku harus menitipkan Dion.

Karena daycare Ibu Deri satu-satunya penitipan anak yang dekat dengan kantor tempat aku bekerja.

Aku bekerja di perusahaan Leon grup sebagai cleaning servis, aku tidak punya ijazah cukup bagus untuk bekerja sebagai karyawan, sma saja aku tidak tamat. Karena saat aku hamil Dion aku sudah memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahku lagi.

Masih bersyukur aku bisa diterima kerja di perusahaan sebesar ini. Itu semua berkat Arya. Ya, dia Arya merupakan satu-satunya teman yang paling baik yang aku miliki. Kami sudah berteman sejak sd.

Awalnya Arya hendak menempatkan aku sebagai salah satu karyawan di perusahaan temannya, namun aku menolak. Mengingat Arya sudah banyak membantuku, bahkan semua mainan mewah di rumah Arya yang belikan untuk Dion.

Jadi aku sudah putuskan tidak mau lagi menyusahkannya.

Beberapa bulan ini juga Arya tidak ada di Ibu kota, dia pergi ke paris dalam perjalanan bisnisnya. Sehingga membuat Dion kerap kali bertanya kepadaku kapan Arya pulang. Mereka sudah sangat dekat sejak kecil.

Bahkan hampir setiap malam Arya selalu menyisakan waktu melakukan video call agar bisa melihat Dion. Setidaknya itu bisa membuat Dion rasa rindu anak itu berkurang.

"Tunggu Mommy ya sarang, Mommy akan segera menjemputmu dalam beberapa jam lagi," ucapku mengecup kening Dion lembut setelah sesaat kami tiba di daycare.

"Iya Mommy," sahut Dion sembari mengangguk mantap.

Setelahnya aku pamit kepada ibu Deri, lalu gegas melangkah pergi menuju kantor. Aku sudah telat 10 menit, ku harap aku aman kali ini dari amukan Bu Sarah, kepala hrd.

Tinnn ....

Tinnn ....

"Ahhh!"

Namun karena kurang hati-hati saat kaki ini melangkah saat menyebrang jalan hampir nyaris saja tertabrak mobil tepat didepan kantor tempat aku bekerja.

"Hahhhh ....." Aku menghirup rakus-rakus udara oksigen yang ada, rasa takut membuatku gugup. Dengan tangan yang reflek menutup mata, kubuka perlahan-lahan.

"Apa kau baik-baik saja?" Suara baristo laki-laki terdengar di daun telingaku.

"Hampir saja," gumamku kemudia mencoba melirik ke sumber suara.

Degggg .....

"A-Arav!"

Bersambung .....

Terpopuler

Comments

Reza Indra

Reza Indra

alamat mata bawang nich.. dn kaya'nya bikin sediichh... 😥😥😥

2023-04-02

0

Soetarti

Soetarti

kakak aku mampir ya🙏🙏Mampir juga di karya receh aku Istriku anak tukang kebun papaku..Maaciihh🙏🙏

2023-01-07

1

Dwi Safitri

Dwi Safitri

masuk rak dulu.
kalau udah ad waktu baru d gass kan.

2023-01-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!