BAB 11. Baru Permulaan

"Yang, ini Ratna datang, kamu kok datar begitu? tidak kasih selamat ke Ratna? Dia ulang tahun besok."

"Oh, begitu, ya? Wah, selamat ulang tahun ya, Rat." Galih tersenyum sembari mengulurkan tangannya, disambut Ratna yang tak bisa menyembunyikan salah tingkahnya.

"Makasih, mas. Ultahnya masih besok. Anin saja yang duluan bikin acara." Sahut Ratna, sambil menyambut tangan Galih, berdiri di tempatnya, senyum yang terkembang di bibir merahnya tak biasa.

"Aku naik dulu, mandi dan ganti baju. Kalian makanlah dulu." Galih melirik Ratna yang mencuri pandang padanya sebelum berlalu sementara Anin pura-pura sibuk menuangkan air ke gelas seakan tak menangkap kecanggungan antara keduanya.

"Ya, mandinya jangan lama-lama, yang. Kami nunggu kamu turun saja, biar makan sama-sama." Anin menyahut sembari melihat langkah suaminya yang tergesa.

"Aku sengaja, lho masak ini semua." Anin mengalihkan pembicaraan.

"Dulu, ingat tidak waktu masih satu kost, kita kadang merayakan ultah kita hanya dengan membuat perkedel tempe dan sambal goreng ceker pedes. Tapi, rasanya menyenangkan. Jadi, kupikir kamu pasti sama kangennya denganku pada masa-masa itu, paling tidak masakan-masakan sederhana ini mengingatkan kita saat berjuang bersama menahlukkan semua tugas kuliah yang seabrek itu." Anin terkekeh, matanya memutari meja makan, tatapannya puas dengan apa yang terhidang.

"Of Course. Aku mana bisa lupa masa-masa itu." Ratna tertawa kecil meski terdengar garing.

"Waktu kuliah dulu bener-bener luar biasa ya, bahkan baju-baju kita bisa tukeran pakai. Akhir bulan, ajang kita sakit kepala berhemat dan suka lucu kalau ingat, kadang kamu pinjam uang sampai lupa bayar..."

Degh!

Wajah Ratna merona, kalimat itu seperti hanya lelucon tetapi seolah menyindir dirinya. Sekilas di tatapnya wajah Anin, tetapi pias Anin terlihat biasa saja, tawa kecilnya seakan hanya menganggap itu kenangan lucu, sekedar bernostagia saja.

"Oh, ya...tak ada rencana nyusul mas Bowo ke Papua, Rat?" Tanya Anin kemudian sama sekali tak memberi waktu Ratna untuk mengatur nafasnya.

"Ada sih, tapi susah. Aku kan' sudah kerja sekarang."

"Tidak kangen sama suami?"

"Ya, kangenlah...tapi di sana kan tidak seperti di sini, Nin. Sepertinya aku tidak bisa hidup di sana, mas Bowo tinggal di distriknya, bukan di kota. Cafe saja perlu 100 kilo baru ketemu." Ratna terkekeh, obrolan mereka ini biasanya tak ada yang istimewa, tetapi entah mengapa Anin merasa basa-basi ini memuakkan.

Kurang dari lima belas menit Galih turun, dengan pakaian rapih, baju kaos oblong dan celana chino. Wajahnya terlihat segar.

"Gigi kemana? Sejak tadi tak kelihatan?" Galih melemparkan pertanyaan itu pada Anin sembari menarik kursi di samping istrinya, tetapi lirikannya jelas ke arah Ratna.

"Aku juga dari tadi mau nanya Gita kemana? Sunyi tak ada suaranya." Ratna menimpali, lirikan manjanya pada Galih tertangkap sudut mata Anin.

Mereka bahkan berani bermain mata di depan hidungnya sendiri.

"Gita sudah tidur jam tujuh tadi, mungkin kecapekan bermain." Jawab Anin. Dengan sigap meletakkan piring di depan Galih dan membukakan bungkusan nasi bakar untuk suaminya itu di bawah tatapan Ratna.

"Sayang, tumben cepat datangnya hari ini, kamu tiba cuma berselang lima belas menit dari Ratna datang, padahal aku kira kamu pulangnya tengah malam lagi." Anin berucap, yang di tuju cengengesan saja sementara Ratna terlihat salah tingkah dan mulai tak nyaman.

"Kerjaannya sudah selesai, jadi aku pulang saja, ngapain juga di kantor lama-lama..." Jawab Galih, terlihat berusaha senatural mungkin.

"Atau jangan-jangan kamu sudah tak tahan kangen aku, ya?" Anin nyengir dengan gaya bercanda, tetapi Galih menanggapinya dengan canggung. Dia tak seluwes biasanya menyemburkan kalimat mesra kepada Anin.

Apakah ada hati lain yang harus di jaga?

Tak lama mereka sudah mulai mencicipi hidangan itu, meski jelas Galih terlihat bingung dengan apa yang tersaji, dia mungkin kehilangan nafsu makan.

"Ayo, makan yang banyak sayang, aku masaknya khusus lho untuk menyambut ultah Ratna. Semua yang ada di atas meja ini adalah menu favorit Ratna waktu kami berdua masih kuliah dulu, tadinya mau ku tambahi pecel lele, tapi bik Irah tidak sempat beli ke pasar." Anin menjelaskan dengan wajah yang di buat seriang mungkin.

"Ini semua favorit Ratna?" Mata Gading mengerjap tak percaya. Anin mengangguk seraya tersenyum.

"Suami dia jauh, aku fikir dia bakalan sedih kalau tak ada yang merayakannya, keluarganya di sini yang paling dekat cuma kita saja..."Anin menambahkan beberapa sendok suir ayam ke piring sang suami.

Ratna tampak mengaduk-ngaduk makanannya, dia pasti sangat tak berselera. Menu di depannya di luar dugaannya. Sekarang lidahnya tak sama seperti dulu lagi. Dia terbiasa memakan menu sekelas sushi, sashimi, pasta atau semacamnya.

"Rat, ayo dimakan, jangan sungkan-sungkan. Aku tahu benar seleramu, Perkedel tempe dan sambal terasi. Dulu, ini menu paling favoritmu!" Kalimat itu di ucapkan Anin dengan tajam.

Ratna menganggukkan kepala dan terpaksa menyuapkan sesendok nasi bakar ke mulutnya. Dia paling benci kemangi, dia juga alergi dengan sayur ini. Apakah Anin lupa itu?

Tidak! Tentu saja Anin tak lupa. Anin hanya ingin Ratna memakan apa yang tak di sukainya itu dengan terpaksa, seperti halnya dia menelan kenyataan suaminya berselingkuh tetapi bersikap seolah-olah tak terjadi apa-apa.

Makan malam itu terasa aneh, semua orang sedang berusaha berpura-pura nenyukai situasi itu padahal tak ada yang benar-benar betah menghadap meja makan itu.

Anin beranjak berdiri, mengambil sambal terasi dari ujung meja, lalu berjalan memutari meja. Tiba-tiba,

"Brak!!!"

"Ops! Astaga..." Kaki Anin mendadak terkait kaki kursi Ratna.

Mangkok sambal terasi di tangannya terpelanting dan terbalik sebagian isinya tumpah di punggung Ratna dan sebagian rambut Ratna yang panjang hitam mengkilat itu.

"Awwwww!!!" Ratna berteriak terkejut, berdiri tanpa sadar, rasa panas dari pedas cabe menyusup lewat sela gaun merah mudanya, membuat kulit halusnya serasa melepuh. Bau terasi segera memenuhi ruangan.

"Astaga, Rat...astaga, maafkan aku, sungguh aku tak sengaja..." Anin terbelalak sambil segera berdiri dan berusaha membersihkan punggung Ratna tetapi hal itu malah membuat sambal itu semakin berlepotan.

"Sayaaaaaang!" Galih berdiri dari duduknya, matanya nyalang. Dia tak tahu harus bertindak bagaimana dengan situasi itu, sementara dua wanita di depannya itu bersamaan menoleh padanya.

"Maafkan aku, Rat. Sumpah aku tak sengaja, ayo ke kamarku saja, kamu bersihkan diri. Atau kamu mandi saja lagi. Kamu pakai bajuku saja..." Kalimat penuh rasa bersalah itu meluncur dari bibir Anin.

"Tapi..." Ratna meringis, dia sebenarnya ingin marah tetapi dia yak bisa melakukannya, apalagi di depan Galih!

"Aku bantu bersihkan..." Anin menarik tangan Ratna dengan wajah penuh rasa sesal dan bersalah.

Ratna tak punya pilihan lain kecuali mengikuti Anin, bau terasi dari tubuhnya terasa menyengat nyaris membuatnya muntah.

"Bau sekali, Nin...hoekkk..." Ratna nyaris muntah sambil mengikuti langkah Anin.

Anin tak menyahut, pura-pura tak mendengar,

"Kamu tahu sepanas apa hatiku sekarang? sungguh tak sebanding dengan panas ulekan cabe yang melumuri punggungmu! Bau busukmu jauh melebihi bau terasi ini, temanku. Dan Kita awali ini dengan hal kecil ini saja sebagai peringatan perang ini di mulai. Ini hanya permulaan, setidaknya malam ini kamu akan tidur nyenyak dengan rambut bau terasi..."

Terpopuler

Comments

Ani Ani

Ani Ani

Bagus keraja kan cukup 2 padan muka merraka

2024-05-09

0

Safitri Fitri

Safitri Fitri

nasi goreng

2024-05-07

0

Hana Nisa Nisa

Hana Nisa Nisa

😊😊😊😊

2024-04-26

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. Awal Petaka
2 BAB 2. Sejak Kapan?
3 BAB 3. Bukan Layangan Putus
4 BAB 4. Bertemu Ratna
5 BONUS VISUAL
6 BAB 5. Melempar Kail
7 BAB 6 White Rose Gold Swan
8 BAB 7. Meyakinkan Hati
9 BAB 8. Terjaga Dalam Pelukan
10 BAB 9. Panggilan Sayang Yang Sama
11 BAB 10. Melatih Kesabaran
12 BAB 11. Baru Permulaan
13 BAB 12. Ular Belud@k
14 BAB 13. Sekilas Awal Mula
15 BAB 14. Masih Awal Mula Perselingkuhan
16 BAB 15. MANIS DAN PAHIT
17 BAB 16. Mengusir Secara Halus
18 BAB 17. Menjawab Pertanyaan.
19 BAB 18. Memancing Badai
20 BAB 19. Menunggu Waktu
21 BAB 20. Bukan Benalu
22 Bab 21. Di Bawah Payung Hitam
23 BAB 22. Dua Kursi Kosong
24 BAB 23. Tidak Lebih Mahal
25 BAB 24. Mengungkap Kebenaran
26 BAB 25. Bom Meledak
27 BAB 26. Rasa Yang Tak Sama
28 BAB 27. Menangis Tanpa Suara
29 BAB 28. Siap Untuk Pulang
30 BAB 29. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula
31 BAB 30. Begitu Sulit Mencintai
32 BAB 31. Tak Ada Jalan Kembali
33 BAB 32. Kepemilikan
34 BAB 33. Cukup Dua Tamparan
35 BAB 34. Tak Suka Barang Bekas
36 BAB 35. Menjalankan Misi
37 BAB 36. DEAL
38 BAB 37. Karena Cinta?
39 BAB 38. Di Luar Skenario
40 BAB 39. Terlahir baru
41 BAB 40. Selalu Jadi Istriku
42 BAB 41. Pengantin Masa Kecil
43 BAB 42. Mencari Keadilan
44 BAB 43. Ibu Komisaris
45 BAB 44. Tak Memberi Kesempatan
46 BAB 45. Double Kill
47 BAB 46. Menerima Gugatan
48 BAB 47. Membandingkan
49 BAB 48. Jurang Terakhir
50 BAB 49. Berubah Tak Lagi Sama
51 BAB 50. Kejam Jika Membalas
52 BAB 51. Menagih sendiri
53 BAB 52. Di Balik Semua
54 BAB 53. Pinjam Mama Dulu
55 BAB 54. Menemukan Chemistry
56 BAB 55. Dibakar Cemburu
57 BAB 56. Kamu telah Membunuhnya
58 BAB 57. Rindu Papa
59 BAB 58. Bertemu
60 BAB 59. Sulit Di Gapai
61 BAB 60. Cinta Macam Apa
62 BAB 62. Demi Anak
63 Bab 63. Buket Mawar Makan Malam
64 Bab 64. Menghargai Diri Sendiri.
65 BAB 65. Seumur hidup itu terlalu lama.
Episodes

Updated 65 Episodes

1
BAB 1. Awal Petaka
2
BAB 2. Sejak Kapan?
3
BAB 3. Bukan Layangan Putus
4
BAB 4. Bertemu Ratna
5
BONUS VISUAL
6
BAB 5. Melempar Kail
7
BAB 6 White Rose Gold Swan
8
BAB 7. Meyakinkan Hati
9
BAB 8. Terjaga Dalam Pelukan
10
BAB 9. Panggilan Sayang Yang Sama
11
BAB 10. Melatih Kesabaran
12
BAB 11. Baru Permulaan
13
BAB 12. Ular Belud@k
14
BAB 13. Sekilas Awal Mula
15
BAB 14. Masih Awal Mula Perselingkuhan
16
BAB 15. MANIS DAN PAHIT
17
BAB 16. Mengusir Secara Halus
18
BAB 17. Menjawab Pertanyaan.
19
BAB 18. Memancing Badai
20
BAB 19. Menunggu Waktu
21
BAB 20. Bukan Benalu
22
Bab 21. Di Bawah Payung Hitam
23
BAB 22. Dua Kursi Kosong
24
BAB 23. Tidak Lebih Mahal
25
BAB 24. Mengungkap Kebenaran
26
BAB 25. Bom Meledak
27
BAB 26. Rasa Yang Tak Sama
28
BAB 27. Menangis Tanpa Suara
29
BAB 28. Siap Untuk Pulang
30
BAB 29. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula
31
BAB 30. Begitu Sulit Mencintai
32
BAB 31. Tak Ada Jalan Kembali
33
BAB 32. Kepemilikan
34
BAB 33. Cukup Dua Tamparan
35
BAB 34. Tak Suka Barang Bekas
36
BAB 35. Menjalankan Misi
37
BAB 36. DEAL
38
BAB 37. Karena Cinta?
39
BAB 38. Di Luar Skenario
40
BAB 39. Terlahir baru
41
BAB 40. Selalu Jadi Istriku
42
BAB 41. Pengantin Masa Kecil
43
BAB 42. Mencari Keadilan
44
BAB 43. Ibu Komisaris
45
BAB 44. Tak Memberi Kesempatan
46
BAB 45. Double Kill
47
BAB 46. Menerima Gugatan
48
BAB 47. Membandingkan
49
BAB 48. Jurang Terakhir
50
BAB 49. Berubah Tak Lagi Sama
51
BAB 50. Kejam Jika Membalas
52
BAB 51. Menagih sendiri
53
BAB 52. Di Balik Semua
54
BAB 53. Pinjam Mama Dulu
55
BAB 54. Menemukan Chemistry
56
BAB 55. Dibakar Cemburu
57
BAB 56. Kamu telah Membunuhnya
58
BAB 57. Rindu Papa
59
BAB 58. Bertemu
60
BAB 59. Sulit Di Gapai
61
BAB 60. Cinta Macam Apa
62
BAB 62. Demi Anak
63
Bab 63. Buket Mawar Makan Malam
64
Bab 64. Menghargai Diri Sendiri.
65
BAB 65. Seumur hidup itu terlalu lama.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!