Bab 5 ( Kenyataan pahit )

Cahaya dan Alan saat ini sudah berada di taman belakang rumah Cahaya.

"Kak Alan, kenapa ngajakin Cahaya kemari?"

"Sekarang kamu merem dulu deh sayang."

"Gak mau ah, nanti Kakak ngelakuin yang aneh-aneh sama aku."

"Emangnya selama ini aku suka ngelakuin apa sama kamu hemm? atau emang kamu pengen ya aku ngelakuin yang aneh-aneh," goda Alan dengan menaik turunkan alisnya.

"Ya udah aku merem," ujar Cahaya, lalu memejamkan matanya.

Alan langsung saja memasangkan sebuah kalung dengan liontin hati yang berisikan fotonya bersama Cahaya.

"Sekarang kamu buka matanya sayang," ujar Alan.

Cahaya langsung tersenyum ketika melihat kalung dengan liontin hati yang saat ini sudah terpasang pada lehernya.

"Kak, kalungnya cantik sekali," ujar Cahaya.

"Tapi lebih cantikan kamu sayang, karena di dunia ini kamu adalah perempuan nomor dua yang aku sayangi," ujar Alan dengan senyuman yang terus mengembang pada bibirnya.

"Jadi, ada perempuan lain selain aku yang Kakak nomor satukan?" tanya Cahaya yang merasa cemburu sehingga dia memanyunkan bibirnya.

"Tentu saja, dan perempuan itu adalah cinta pertamaku, kalau kamu kan cinta terakhirku," jawab Alan.

"Aku jadi pengen ketemu sama cinta pertama Kak Alan."

"Kamu kenal kok sama cinta pertamaku."

"Siapa Kak, ayo kasih tau, aku gak mau ya kalau Kakak terus-terusan mengingat cinta pertama Kakak," ujar Cahaya.

"Cinta pertamaku adalah_ kasih tau gak ya," goda Alan.

"Kakak kasih tau gak, atau mau aku kelitikin," ujar Cahaya dengan terus menggelitik pinggang Alan, sehingga Alan terus saja tertawa.

"Udah sayang, aku geli," ujar Alan dengan berlari, sehingga Cahaya dan Alan terus saling kejar-kejaran.

"Stop, aku cape Kak, lagian kayak film india aja main kejar-kejaran," ujar Cahaya dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Ya udah aku kasih tau kamu. Nama perempuan itu adalah Mama Anggi," ujar Alan.

"Astagfirullah, kok aku sampai gak kepikiran ya kalau cinta pertama Kak Alan itu Mama Anggi," ujar Cahaya dengan tersenyum malu karena dia sudah berprasangka buruk kepada Alan.

"Makanya jangan suka cemburu gak jelas sebelum mendengar penjelasan seseorang," ujar Alan.

"Iya maaf, soalnya aku gak mau kalau sampai kehilangan lelaki yang paling aku cintai," ujar Cahaya dengan memeluk Alan.

"Kita akan selalu bersama selamanya sayang, sehingga hanya maut yang dapat memisahkan kita. Ya sudah, kalau begitu sekarang kita masuk yuk, angin malam juga gak baik buat kesehatan," ajak Alan dengan menggandeng tubuh Cahaya untuk masuk kembali ke dalam rumah.

......................

Orangtua Cahaya dan Alan saat ini sedang membicarakan perihal orangtua kandung Cahaya yang sebenarnya, karena mau tidak mau sekarang sudah saatnya mereka memberitahukan yang sebenarnya kepada Cahaya.

"Mama belum siap memberitahukan kenyataan pahit ini kepada Cahaya Pa. Selama ini Cahaya sudah Mama anggap sebagai Putri kandung Mama sendiri," ujar Mama Indira dengan menangis dalam pelukan Suaminya.

"Papa tau semua ini berat untuk kita, tapi bagaimanapun juga Cahaya harus mengetahui yang sebenarnya, karena Papa tidak bisa menjadi Wali nikah Cahaya, dan itu pasti akan menjadi tanda tanya untuk Cahaya."

"Iya Dira, Mas Hilman benar, bagaimanapun juga Cahaya berhak mengetahui jati diri dia yang sebenarnya, kalau dia bukan Anak kandung kamu, tapi dia adalah keponakan kamu," ujar Mama Anggi.

Ternyata daritadi pembicaraan para orangtua telah di dengar oleh Cahaya yang saat ini sedang menangis dalam pelukan Alan.

"Tenangkan dirimu sayang, kamu jangan menangis seperti ini, karena bagiku itu tidak akan berpengaruh," ujar Alan.

Cahaya terus saja menumpahkan airmatanya, dia merasakan sesak dalam dadanya sehingga suara tangisan Cahaya terdengar begitu memilukan hati.

Jadi selama ini aku bukan Anak kandung Mama Indira dan Papa Hilman? lalu siapa kedua orangtuaku? kenapa mereka berdua tega memberikanku kepada oranglain? batin Cahaya kini bertanya-tanya.

"Sebaiknya sekarang kita tanyakan langsung kepada kedua orangtuamu siapa orangtua kandung Cahaya yang sebenarnya, karena Kak Alan tau, jika Cahaya saat ini ingin bertemu dengan orangtua kandung Cahaya kan?" ujar Alan dengan memapah tubuh Cahaya yang masih saja memeluknya.

"Alan, Cahaya kenapa? kamu gak nyakitin dia kan?" tanya Mama Anggi.

"Enggak Ma, tadi sebenarnya Cahaya sudah mendengar pembicaraan kalian, sehingga dia menangis karena sudah mengetahui jika Cahaya bukan Anak kandung Mama Indira dan Papa, Hilman," jawab Alan.

Mama Indira dan Papa Hilman langsung saja memeluk tubuh Cahaya, mereka merasa bersalah karena tidak menceritakan yang sebenarnya dari dulu.

"Maafin Mama ya sayang, selama ini Mama sudah menutupi semuanya dari Cahaya, Mama harap Cahaya mengerti posisi Mama, karena Mama tidak mau kehilangan Cahaya," ujar Mama Indira.

"Selama ini kami tidak pernah menganggap kamu Anak angkat Nak, karena bagi Papa, Cahaya adalah Anak kandung Papa dan Mama."

"Terimakasih Ma, Pa, atas kebaikan Mama dan Papa selama ini, tapi Cahaya ingin tau siapa orangtua kandung Cahaya yang sebenarnya?"

"Nama Ibu kandung Cahaya adalah Sita, dan dia adalah Adik Mama," ujar Mama Indira dengan menghela nafas panjang.

"Lalu, siapa Papa kandung Cahaya?"

"Papa kandung Cahaya adalah Firman, tapi Papa kandung Cahaya sudah meninggal karena kecelakaan pada saat di perjalanan untuk menghadiri acara pernikahannya dengan Mama kamu."

"Jadi Cahaya adalah Anak hasil hubungan diluar nikah, makanya Mama kandung Cahaya tidak menginginkan kehadiran Cahaya?" tanya Cahaya dengan airmata yang terus membanjiri pipinya.

"Bukan seperti itu Nak, mungkin Mama Sita tidak mau jika Cahaya terlahir tanpa seorang Ayah."

"Lalu dimana sekarang keberadaan Mama Sita? karena Cahaya harus bertemu dengannya," tanya Cahaya.

"Untuk apa Nak, sekarang Sita sudah mempunyai hidup baru bersama Suami dan Anaknya," ujar Mama Indira.

Cahaya tersenyum sinis mendengar kenyataan bahwa Ibu kandungnya sudah kembali menikah bahkan memiliki Anak.

"Kenapa dia tega sekali memberikanku kepada oranglain, sedangkan sekarang dia sudah hidup bahagia, apa salah Cahaya Ma, kenapa ada seorang Ibu yang tega membuang Putri kandungnya sendiri?" tanya Cahaya dengan tangisan yang terdengar menyayat hati sehingga semua yang berada di sana ikut menangis juga.

"Sayang, kamu sekarang kan sudah punya orangtua yang sangat menyayangi kamu, dan sebentar lagi Cahaya dan Alan juga akan menikah. Jadi, sebentar lagi Mama Anggi dan Papa Satya juga akan menjadi orangtua Cahaya," ujar Mama Anggi mencoba untuk menghibur calon Menantunya.

"Cahaya minta pernikahan Cahaya dan Kak Alan di undur saja Ma, karena Cahaya ingin bertemu dengan Ibu kandung Cahaya dulu," ujar Cahaya sehingga membuat semuanya merasa kecewa.

"Apa maksud kamu dengan memundurkan pernikahan kita sayang?" tanya Alan.

"Kalau memang Kak Alan tidak mau menungguku, Kak Alan bisa mencari perempuan lain yang lebih baik segala-galanya dibandingkan dengan diriku yang hanya Anak ha*ram, bahkan Ibu kandungku saja tidak menginginkan kehadiranku."

Terpopuler

Comments

Lina Zascia Amandia

Lina Zascia Amandia

Anak Hilman kamu itu Cahaya, biar sj ibumu gak. nganggep.

2022-12-10

2

Sunshine

Sunshine

pasti nyesek bgt jd Cahaya

2022-12-05

3

Sunshine

Sunshine

kasihan Cahaya 😭

2022-12-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!