Bab 4 ( Acara pertunangan Cahaya dan Alan )

Flash back satu hari sebelum Cahaya mencari Ibu Kandungnya.

Hari ini adalah hari yang paling bahagia dalam kehidupan Cahaya, karena nanti malam lelaki yang dicintai Cahaya akan melamarnya.

Cahaya dan Alan merupakan teman dari kecil, dan saat ini mereka sudah berhubungan selama lima tahun, waktu itu Cahaya dan Alan masih duduk di bangku SMA, dan Alan merupakan Kakak kelas Cahaya. Mereka berdua merupakan pasangan yang sangat serasi sehingga setiap orang yang melihatnya pasti akan merasa kagum bahkan banyak juga yang iri.

Alan sudah tidak sabar menunggu malam tiba supaya bisa bertemu dengan kekasih hatinya, sehingga akhirnya Alan memutuskan untuk melakukan video call kepada Cahaya.

"Assalamu'alaikum Kak," ucap Cahaya dengan menampilkan senyuman dan wajah yang berseri-seri.

"Wa'alaikumsalam sayang, aku kangen banget deh sama kamu, apalagi lihat senyuman dan wajah cantikmu," ucap Alan.

"Mulai deh gombal, baru juga tadi pagi kita ketemu, nanti malam juga kita bakalan ketemu lagi kan," ujar Cahaya.

"Aku sudah gak sabar untuk menjadikan kamu Istri, pasti aku bakalan menjadi lelaki yang paling beruntung dan bahagia, karena bisa mendapatkan seorang gadis yang cantik dan baik hati," ujar Alan.

"Udah deh jangan gombal terus. Oh iya, Kak Alan udah Shalat sama makan belum?" tanya Cahaya.

"Belum sayang, kalau begitu aku Shalat dulu ya, aku mau berdo'a supaya waktu berjalan cepat biar aku bisa secepatnya ketemu sama kamu," ujar Alan dengan cengengesan.

"Ya udah makan yang banyak juga ya, hatiku jadi meleleh kalau denger Kakak gombal terus. Assalamu'alaikum," ucap Cahaya.

"Sayang jangan matiin dulu telponnya, emang gak mau cium jauh dulu," goda Alan dengan memonyongkan bibirnya.

"Udah kak jangan godain terus, kita masih belum muhrim jadi gak boleh cium-cium dulu."

"Iya, iya, ya udah kamu juga cepetan makan ya, Wa'alaikumsalam," ucap Alan, lalu sambungan video pun terputus.

Alan masih membayangkan wajah cantik Cahaya, sehingga dia terus saja melamun.

"Waktu lima tahun rasanya berjalan begitu cepat, dulu aku baru menyadari jika telah jatuh cinta kepada Cahaya ketika kami berdua masih memakai seragam abu-abu, karena sebenarnya sejak kecil aku sudah menyukainya," gumam Alan dengan senyuman yang terus merekah pada bibirnya.

......................

Jarum jam sudah menunjukan pukul tujuh malam, keluarga Alan saat ini sudah bersiap untuk berangkat ke rumah Cahaya.

"Ma, Alan grogi banget nih."

"Baru juga acara lamaran kamu udah grogi, bagaimana kalau nanti mau ijab kabul," ledek Papa Satya.

"Papa dulu juga grogi waktu melamar Mama, sampai-sampai cincin lamaran kita hampir terjatuh karena tangan Papa gemetaran," ledek Mama Anggi.

"Ya sudah kalau begitu kita berangkat sekarang, acaranya kan bakalan dimulai satu jam lagi," ajak Alan.

Setelah menempuh setengah jam perjalanan, akhirnya keluarga Alan sampai di rumah Cahaya.

Cahaya terlihat begitu cantik dengan memakai kebaya berwarna ungu dan hiasan wajah yang natural.

"Anak Mama cantik sekali sih, gak kerasa ya Pa, Cahaya sekarang sudah mau menikah."

"Iya Ma, padahal rasanya baru kemarin Cahaya selalu minta digendong sama Papa."

"Ma, Pa, terimakasih ya, karena Mama dan Papa selalu menyayangi Cahaya, Cahaya beruntung sekali karena bisa menjadi Anak Mama dan Papa."

Sampai kapan aku akan menutupi semuanya dari Cahaya kalau dia sebenarnya bukan Anak kandungku, tapi Cahaya adalah Anak Adikku yang hamil diluar nikah, batin Mama Indira.

"Sayang, kenapa kamu melamun?" tanya Papa Hilman.

"Tidak Pa, nanti saja kita bicarakan lagi," bisik Mama Indira.

Mereka bertiga akhirnya keluar dari kamar Cahaya menuju ruang keluarga tempat acara akan diselenggarakan.

"Sayang, kenapa sih Cahaya tidak menginginkan pesta yang mewah dan mengundang banyak orang?" tanya Mama Indira.

"Ma, sayang kan uangnya kalau kita bikin pesta yang mewah, lebih baik kita menyumbangkannya ke Panti Asuhan sama Fakir miskin," jawab Cahaya.

"Mama beruntung sekali mempunyai Anak yang sangat baik hati seperti kamu Nak," maafkan mama kalau belum bisa jujur sama kamu kalau kamu adalah Anaknya Sita, lanjut Mama Indira dalam hati.

Kedua keluarga kini sudah bertemu, mereka semua merasa bahagia karena hubungan persahabatan yang sudah terjalin selama puluhan tahun akan semakin erat dengan bersatunya Putra dan Putri mereka.

Mama Indira dan Mama Anggi merupakan teman dari kecil, dan Mama Anggi yang dulu sudah membantu Sita melahirkan serta membuat Surat kelahiran palsu dengan menulis nama Indira dan Hilman sebagai orangtua kandung Cahaya.

Alan begitu terpesona melihat kecantikan pujaan hatinya, sampai-sampai matanya enggan untuk berkedip.

"Alan gitu amat ya memandangi Cahaya? sepertinya dia udah gak sabar untuk menikahinya," goda Papa Satya.

"Papa iseng banget sih, Anaknya di godain terus," ujar Mama Anggi.

"Kapan aku tukar cincinnya kalau Papa dan Mama berdebat terus," ujar Alan yang sudah tidak sabar.

"Sepertinya Anak kalian sudah tidak sabar," goda Papa Hilman sehingga membuat kedua keluarga itu tertawa.

Alan saat ini berjongkok di hadapan Cahaya dengan memegang tangan Cahaya.

"Cahaya Purnama, maukah kamu menjadi Istri dan Ibu dari Anak-anakku?" tanya Alan.

"Maaf Kak Alan, tapi aku tidak bisa," jawab Cahaya sehingga membuat semua orang yang berada di sana merasa terkejut.

"Apa maksud kamu tidak bisa sayang?" tanya Alan lagi.

"Cahaya tidak bisa menolak lamaran Kak alan," jawab Cahaya sehingga membuat semua keluarga merasa lega.

"Astagfirullah sayang, kamu sudah membuat kami merasa kaget. Mama gak tau apa jadinya kalau Cahaya menolak lamaran Alan, bisa-bisa Alan ngelakuin hal nekad," ujar Mama Anggi dengan memeluk tubuh calon menantunya.

"Cahaya tidak mungkin menolak lamaran lelaki sesempurna Kak Alan, hanya wanita bodoh yang menolak lelaki tampan dan baik hati seperti Kak Alan," jawab Cahaya dengan tersenyum, sehingga menambah kecantikannya.

Alan dan Cahaya sudah bertukar cincin dan saat ini mereka telah resmi bertunangan.

"Ma, Pa, Alan sama Cahaya ke taman dulu ya, ada yang mau kami obrolin," ucap Alan.

"Iya sayang, kami mengerti kalau kalian butuh waktu berdua, Mama sama Papa juga mau membicarakan tentang pernikahan kalian yang akan digelar satu bulan lagi," ucap Mama Anggi.

"Kenapa satu bulan lagi sih Ma, emang gak bisa kalau satu minggu lagi aja," rengek Alan.

"Alan, kamu kayak Anak kecil aja sih, Papa tau kalau kamu udah ngebet pengen nikahin Cahaya, tapi kami perlu mempersiapkan acara pernikahan kalian sekurang-kurangnya selama satu bulan Nak, jadi sabar sebentar ya, Cahaya juga gak bakalan berubah pikiran," ujar Papa Satya.

"Pa, Ma, Cahaya minta resepsinya yang sederhana saja ya, gak usah banyak ngundang orang."

"Gak bisa gitu dong sayang, Pernikahan itu sekali seumur hidup, Alan dan Cahaya juga sama-sama Anak tunggal, jadi kami ingin membuat pesta yang tidak akan pernah terlupakan oleh semua orang," ujar Mama Anggi yang sudah begitu antusias untuk memilih Undangan bersama Mama Indira.

"Katanya kalian mau ke taman, kok masih di sini," ujar Papa Hilman.

Alan dan Cahaya hanya bisa pasrah menuruti keinginan orangtua mereka, dan mereka berdua akhirnya bergandengan menuju taman yang berada di belakang rumah Cahaya.

Terpopuler

Comments

Sunshine

Sunshine

Semangat terus Up nya Thor 💪💪

2022-12-04

2

Sunshine

Sunshine

bikin jantungan aja Cahaya

2022-12-04

1

Sunshine

Sunshine

nah lho, malu kan Pa 😜

2022-12-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!