Cahaya Di Ujung Senja

Cahaya Di Ujung Senja

Bab 1 ( Penolakan Ibu kandung )

Ketika tidak ada tiang untuk bersandar, masih ada lantai untuk bersujud. Ketika semua orang menjauh, ingatlah bahwa kita masih mempunyai Allah SWT yang akan senantiasa selalu ada untuk umat-Nya.

......................

Plak

Satu tamparan keras kini mendarat di pipi mulus Cahaya.

Cahaya tidak pernah mengira jika Ibu kandungnya sendiri menolak kehadirannya pada saat pertama kali pertemuan mereka.

"Apa ini sambutan Anda terhadap Anak kandung yang telah Anda buang?" tanya Cahaya dengan menangis karena merasakan kepedihan dalam hatinya.

"Tutup mulut kamu, Anakku hanya satu yaitu Senja, jadi kamu jangan mengaku-ngaku sebagai Anakku, dan sebaiknya kamu pergi dari sini," usir Mama Sita.

"Apa salah Cahaya Ma? kenapa Mama sangat membenci Cahaya?" tanya Cahaya dengan bersimpuh di kaki Mama Sita.

"Kamu adalah Anak pembawa sial, kehadiranmu tidak pernah aku inginkan," ujar Mama Sita.

Mama Sita kembali teringat dengan tragedi yang menimpanya 23 tahun yang lalu.

Malam itu Sita yang masih duduk di bangku kelas dua SMA hanya sendirian di rumah. Selama ini Sita tinggal dengan Kakak Kandungnya yang bernama Indira dan juga Suaminya yang bernama Hilman, sebab kedua orangtua Sita dan Indira telah meninggal dunia lima tahun yang lalu karena kecelakaan.

Indira saat ini sedang pergi ke luar kota untuk perjalanan bisnis selama satu minggu dan baru akan kembali esok hari, sehingga Sita hanya tinggal berdua dengan Kakak iparnya yang bernama Hilman.

Saat ini waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam, Sita begitu ketakutan karena Hilman belum juga pulang dari tempat kerjanya, karena Hilman terlebih dahulu menghadiri jamuan makan malam dari rekan bisnisnya.

"Kenapa Mas Hilman belum pulang juga ya? padahal ini sudah mau tengah malam," gumam Sita yang merasa ketakutan.

Beberapa saat kemudian Sita mendengar suara ketukan pintu, tapi Sita terlihat takut untuk membukanya.

"Siapa malam-malam begini yang mengetuk pintu," gumam Sita yang terlebih dahulu mengintip melalui jendela.

"Indira sayang, buka pintunya," ujar Hilman yang saat itu tengah mabuk, karena tadi rekan bisnisnya memaksa Hilman untuk meminum minuman beralkohol, padahal Hilman tidak pernah mengkonsumsinya sehingga saat ini Hilman mabuk parah.

"Syukurlah ternyata Mas Hilman sudah pulang, tapi kenapa Mas Hilman memanggil nama Kak Indira, apa Mas Hilman lupa kalau Kak Indira baru pulang besok," gumam Sita, kemudian membukakan pintu untuk Hilman.

"Mas, kenapa baru pulang sekarang, padahal daritadi Sita ketakutan," ujar Sita pada saat membukakan pintu.

"Apa kamu sudah merindukanku sayang?" tanya Hilman yang mengira jika Sita adalah Indira.

"Mas mabuk ya, kenapa Mas bau alkohol?" tanya Sita dengan membantu memapah Hilman menuju kamarnya.

Selama ini Hilman sudah menganggap Sita sebagai Adik kandungnya sendiri, karena Hilman adalah Anak tunggal, jadi Hilman sangat menyayangi Sita, begitu juga dengan Sita yang selalu menginginkan mempunyai Kakak laki-laki, dan terkadang kedekatan Hilman dan Sita selalu membuat Indira cemburu.

Pernikahan Hilman dan Indira sudah berjalan selama tiga tahun, tapi Indira masih belum juga ada tanda-tanda hamil.

Sita kini membantu Hilman untuk berbaring di atas kasurnya, kemudian membantu Hilman melepas sepatu yang masih menempel pada kakinya.

Pada saat Sita hendak keluar dari kamar Hilman, tiba-tiba Hilman menarik tubuh Sita sehingga Sita jatuh di atas ranjang, kemudian Hilman langsung saja menindihnya.

"Indira sayang, aku sangat mencintaimu, malam ini aku menginginkanmu sayang," ujar Hilman dengan mata yang sudah berkabut, kemudian menyerang Sita secara brutal.

Sita berkali-kali mencoba untuk melepaskan diri dari Hilman, tapi tenaganya tidak cukup kuat untuk melawannya.

"Mas, tolong lepaskan aku, sadar Mas, aku ini Sita bukan Kak Indira," ujar Sita yang sudah menangis ketakutan karena Hilman terus saja mencumbuinya.

"Hilman yang masih mengira jika Sita adalah Indira pun sudah tidak sabar untuk melampiaskan hasratnya, sehingga ia merobek pakaian yang sita kenakan, dan akhirnya Hilman merenggut kesucian Sita.

Hilman melampiaskan hasratnya berkali-kali kepada Sita sampai akhirnya Sita pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit pada area sensitifnya.

Hilman yang sudah merasa puas pun kini tertidur di samping Sita.

......................

Keesokan paginya Hilman terbangun dengan kepala yang pusing, kemudian dia begitu syok karena melihat Sita yang kini berada di sampingnya tanpa mengenakan sehelai benang pun.

"Apa yang telah aku lakukan kepada Sita, kenapa aku bisa melakukannya kepada perempuan yang sudah aku anggap sebagai Adikku sendiri. Bagaimana kalau sampai Indira tau, dia pasti akan terluka dan akan meminta cerai kepadaku," gumam Hilman dengan menangis karena menyesali semua perbuatannya.

Hilman memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu setelah sebelumnya dia menyelimuti tubuh Sita.

Setelah selesai membersihkan diri, Hilman mengecek keadaan Sita yang masih belum sadar dari pingsannya.

"Sita, bangun De, maafin Mas Hilman yang telah merenggut kesucianmu," gumam Hilman dengan menggoyang-goyangkan tubuh Sita, tapi Sita belum bangun juga.

"Apa Sita pingsan? bagaimana ini, aku tidak mungkin memanggil Dokter, karena Dokter pasti akan mengetahui semua perbuatanku," gumam Hilman kemudian mengambil minyak kayu putih dan menempelkannya di hidung Sita.

Beberapa saat kemudian Sita membuka matanya, kemudian mengingat kembali kejadian yang semalam telah menimpanya.

Sita langsung menangis histeris pada saat melihat Hilman, karena dia kembali mengingat kejadian pilu yang menimpanya tadi malam.

"Kenapa Mas tega ngelakuin semua itu kepada Sita, Mas Hilman sudah menghancurkan hidup Sita," ujar Sita dengan menutupi tubuhnya memakai selimut.

"Sita, maafin Mas, Mas benar-benar menyesal, Mas mengira jika kamu adalah Indira," ujar Hilman kemudian memeluk Sita dengan erat, walaupun berkali-kali Sita menolaknya.

Saat ini Sita hanya bisa menangis meratapi nasib malang yang telah menimpanya.

Sita terus saja memikirkan perasaan Indira yang pasti akan hancur jika mengetahui perbuatan Suaminya, sehingga akhirnya Sita angkat suara.

"Sebaiknya kita lupakan kejadian tadi malam, anggap saja tidak pernah terjadi apa pun di antara kita berdua," ujar Sita kemudian berlari menuju kamarnya dengan memakai selimut untuk menutupi tubuhnya.

Hilman semakin menyesali perbuatannya pada saat melihat bercak darah Sita yang masih menempel di sprei.

"Aku harus bagaimana, tidak mungkin aku menikahi Sita untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatanku," gumam Hilman kemudian mengacak rambutnya secara kasar.

Hilman akhirnya memunguti satu persatu pakaian Sita yang masih berserakan di lantai, dan dia juga mencuci sprei yang menjadi saksi bisu mahkota Sita yang telah direnggut paksa olehnya akibat pengaruh minuman beralkohol.

......................

Beberapa jam kemudian, Indira pulang dari luar kota, dan Hilman kini membukakan pintu untuk Indira.

"Lho, Mas gak masuk kerja ya?" tanya Indira yang melihat Suaminya berada di rumah.

"Mas sedang tidak enak badan sayang, jadi Mas bolos kerja," jawab Hilman berbohong, padahal sebenarnya Hilman bangun kesiangan setelah pergulatan panasnya semalam.

Terpopuler

Comments

Munah

Munah

Karya author yang sll top

2022-12-14

1

meli meilia

meli meilia

ikut melipir di mari rini..smangat

2022-12-05

3

Lee

Lee

Mampir dimari jg kak..
wah...kaka...semangat bnget yaa

2022-12-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!