Dinikahi Hot Duda
"Sudah jam segini mereka belum keluar juga?" Nuga menoleh ke dinding dimana jam yang bertengger sudah menunjukkan pukul 7 pagi. "Jangan-jangan mereka belum bangun?!"
Pria itu beranjak menuju kamar putrinya yang berusia 5 tahun di lantai dua. Quenzhee Himalaya pasti kesiangan akibat ulah seorang gadis yang telah tinggal bersamanya selama 4 tahun lamanya itu. Ya, gadis itu bernama Nanda, yang beberapa hari lagi akan mengikuti wisuda kelulusan kuliahnya.
Nuga berdecak ketika membuka pintu, melihat dua gadis beda usia itu kompak memakai piama merah muda dan penutup mata berbentuk kelinci, masih saling memeluk di balik selimut.
"Pasti begadang nonton drama lagi." Nuga berhenti di sebelah ranjang. Tangannya berkacak pinggang, mulutnya siap mengeluarkan seribu omelan kepada Nanda, tetapi semua itu urung saat melihat bibir Nanda yang mendadak tersenyum.
Nuga mencibir, "Pasti terbayang-bayang adegan film sampai terbawa mimpi."
Entah apa yang menghiasi alam bawah sadar Nanda, sehingga gadis muda itu menggigit bibir dan bergerak sensual.
Mata Nuga melebar menyaksikan Nanda menggeliat manja dan menggoda. Seketika, Nuga mencari sesuatu di sekitar Nanda untuk membuktikan kecurigaannya.
Ponsel Nanda berada di balik bantal, Nuga hafal sekali tempatnya, setiap kali melihat Nanda kesengsem begitu, pasti habis menonton film dewasa. Dan tebakan Nuga sama sekali tidak meleset.
Nanda tidak pernah tahu kalau Nuga kerap melihat history perambahan Nanda. Di sebuah aplikasi menonton film, Nanda menonton film dewasa. Gadis itu sangat ceroboh sampai lupa keluar dari aplikasi tersebut.
"Ya, Tuhan ...." Nuga mengusap wajahnya dengan kasar. Akhir-akhir ini, Nanda menjadi tidak terkendali dan kerap membohongi dirinya. Sejauh ini, sebenarnya Nuga belum menemukan sesuatu yang salah pada Nanda. Hanya saja, tontonan ini sangat lah berbahaya bila sampai Hima ikut menontonnya.
Ponsel Nanda bergetar, membuat Nuga yang sedang berkelana menduga-duga, menunduk untuk menatap ponsel di tangannya tersebut.
Taksi Langganan.
Nuga mengerutkan dahinya, bertanya-tanya ... sejak kapan Nanda punya taksi langganan. Panggilan itu terputus, kemudian berganti pesan whatsapp dari nama yang sama.
Nuga menggeser panel notifikasi ke bawah. Matanya dibuat nyaris jatuh dari tempatnya setelah membaca isi pesan itu.
"Sayang, aku nungguin kamu di ujung jalan dekat sekolah Hima," isi pesan tersebut
Ini apa-apaan?
Nuga menghela napas dengan brutal. "Jadi selama ini, Nanda punya pacar? Siapa pria itu? Berani sekali dia bohongin aku?" gumam Nuga menahan kesal karena merasa kecolongan. Mata coklat gelap itu mengawasi kontak tanpa foto profil tersebut.
Selama tinggal di sini, Nuga memang melarang Nanda menjalin hubungan bernama pacaran. Dia terlalu ngeri dengan gaya pacaran anak jaman sekarang. Dan, pesan orang tua Nanda agar menjaga Nanda selama disini, diartikan begitu kaku olehnya, sehingga Nuga membatasi dan mengawasi ketat pergaulan Nanda.
Nanda menggeliat, membuat Nuga buru-buru meletakkan kembali ponsel Nanda ke tempat semula. Meski berat hati karena dia belum berhasil mengetahui siapa pria yang menjadi kekasih Nanda tersebut.
"Agak siangan lagi juga nggak papa, Nda ... Ini baru jam 7," sindir Nuga keras-keras. Sindiran itu ikut meluapkan semua kekesalan Nuga. Terlepas dari terlambatnya Hima ke sekolah nanti.
Nanda terbuai mimpi manis bersama Axcel. Begitu indah, sampai suara yang diilustrasikan alam bawah sadar Nanda sebagai suara makhluk astral paling kejam merecoki.
"Laki-laki mulutnya lancip sekali, ngalahin emak-emak beranak lima saja," batin Nanda dengan kesadaran penuh saat ini. Meski dia belum membuka penutup matanya.
Mata Nuga melihat jelas perubahan ekspresi Nanda. "Mau sampai kapan kamu pura-pura masih tidur padahal kamu sudah nyumpahin aku dalam hati?"
"Ck!" Nanda menarik ke atas penutup matanya, menjadi bando yang menyugar rambut hitam Nanda. Pria itu punya indra ke 17 kali ya, rutuk Nanda dalam hati.
Sikap membangkang ini terjadi belakangan ini. Nuga berhasil menyimpulkan, pengaruh 'Taksi Langganan' itulah yang menyebabkan Nanda begini.
"Kenapa?" Nuga bertanya dengan nada kesal saat melihat Nanda menatapnya penuh permusuhan.
"Om sengaja kan? Ini masih gelap, dan Om selalu bilang kalau kesiangan! Kesiangan dari apa, coba? Sekolah Hima cuma beberapa menit dari sini, kalaupun berangkat jam 7 juga nggak bakal telat." Nanda mengomel. Om duda satu ini biasa membuat keributan dengan menyebutkan waktu yang tidak seharusnya. Dia masih sangat mengantuk, setelah melakukan panggilan Video dengan sang pujaan hati dan nonton film sampai subuh.
Namun, kali ini Nanda bertekad tidak akan diam saja dipermainkan oleh duda satu ini. Dia tidak mau terlihat seperti orang bodoh di mata Nuga.
Nuga menarik sudut bibirnya, tanpa berkata-kata dia berjalan menuju gorden yang masih tertutup rapat. Tangan Nuga menyentak tirai-tirai menjuntai itu dengan kencang sehingga terpampanglah suasana di luar ruangan yang sudah begitu terik.
"Matahari sudah main gundu sama awan di langit, Putri Tukang Tidur," ujar Nuga dengan tajamnya.
Nanda membeliak, matanya bergerak cepat menuju jam di dinding, dimana angka-angka pada benda bundar melingkar itu tampak rancu dengan gambar dasarnya.
Astaga ....
Nanda bergegas bangun setelah memastikan sendiri sekarang memang benar-benar sudah lebih dari jam 7 pagi. Tangannya menarik selimut Hima hingga melorot. Lalu menggendong Hima menuju kamar mandi sambil berlari.
"Ih, si Om mah ... kenapa pake basa basi, sih? Kenapa nggak langsung bangunin aja tadi? Kan kita jadinya terlambat." Nanda mengomel dari kamar mandi, seraya terus membangunkan kesadaran Hima.
Nuga menggelengkan kepala, kemudian mengambilkan seragam Hima. Untuk menghemat waktu, Nuga berencana membantu Hima berpakaian, memberikan waktu pada Nanda untuk bersiap-siap di kamarnya.
Nuga membawa pakaian itu ke atas ranjang dan duduk di sana. Lagi-lagi, ponsel Nanda bergetar. Dan terlihat jelas, si Taksi Langganan lagi-lagi menelpon.
Nuga mendengus seraya menutupi ponsel Nanda dengan bantal. Hatinya mendadak kesal dan panas. Dia merasa dibohongi oleh Nanda.
Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan sosok Nanda yang memakai handuk kecil milik Hima, sedang menggendong Hima di depan. Tubuh Hima menghalangi pandangan Nanda sehingga dia tidak menyadari kalau Nuga masih ada di sana.
Gadis itu sudah kembali ceria. Bercanda dengan Hima yang menghadap ke arah Nanda. Tawa keduanya begitu renyah dan menyenangkan. Tetapi Nuga sama sekali tidak memperhatikan interaksi dua gadis itu.
Matanya terpaku pada tubuh Nanda yang begitu terbuka sedang menuju ke arahnya. Bibir pria itu beristigfar berkali-kali, tetapi matanya tidak mau beranjak dari sana. Secara praktis, setengah paha dan dada Nanda terlihat jelas olehnya.
Aroma sabun anak-anak mulai memenuhi hidung Nuga, membuat Nuga kelabakan mengalihkan perhatian.
Nuga berdiri tiba-tiba, lalu membelakangi Nanda yang mungkin sudah sejengkal berjarak darinya.
"Om!" pekik Nanda. "Om jangan berbalik! Tetap seperti itu!"
Nanda menurunkan Hima cepat-celat, lalu berlari kembali ke kamar mandi. "Om kenapa nggak bilang kalau masih di sana, sih?" teriak Nanda dari dalam kamar mandi. Wajahnya sudah panas dan memerah karena malu.
"Untung saja dia nggak lihat! Kalau sampai dia melihat ... Ya Tuhan, mau ditaruh dimana mukaku?" ucap Nanda lirih seraya memakai kembali pakaiannya tadi. Dia merasakan kengerian yang nyata jika sampai itu terjadi.
Nuga menunduk seraya berbalik menghadapi Hima. Pria itu berjongkok untuk menekan sesuatu yang dengan kurang ajar nya bereaksi saat melihat Nanda nyaris telanjang. Mata pria itu menatap Hima yang bingung dengan sikap histeris Nanda.
Hima menatap ayahnya, memegang pipi Nuga yang siap mengeringkan tubuhnya. Mata gadis kecil itu mengerjab.
"Pipi Ayah kok panas?" tanya Hima sambil terus meraba pipi hingga ke telinga sang ayah.
"Ayah blushing ...," celetuk Hima kemudian.
Nuga membeliak tak percaya pada apa yang dikatakan Hima.
"Blushing?" ulang Nuga memastikan. Dia takut hanya salah dengar saja.
"Iya ...." Hima mengangguk. "Blushing itu terjadi kalau Ayah terpesona pada seseorang. Apa Nda membuat Ayah terpesona dan jatuh cinta?"
"Apa?" Nuga tersedak. "Tidak mungkin, Hima! Ayah tidak mungkin jatuh cinta pada wanita yang seperti Nanda!"
Hima mengerutkan bibirnya. "Tapi, aku mau kok kalau Nda jadi mama ku, biar aku nggak diurus teh Cica atau yang lainnya terus. Biar Hima punya mama yang urusin Hima setiap hari."
Mata Nuga membeliak lebar. Berganti-ganti menatap Hima dan Nanda yang baru muncul dari kamar mandi. Tetapi Nuga yakin, Nanda mendengarnya dengan jelas ocehan Hima barusan.
*
*
*
Halooo😅
Om Nuga akhirnya menyapa lagi😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Diana Resnawati
mampir thor
2023-12-04
0
UTIEE
mampir..
20230522
2023-05-22
0
Becky D'lafonte
hadir
2023-05-12
1