Beberapa Minggu berikutnya Earlene bangun di tempat tidurnya dengan sosok Asmiranda yang memeluknya di sebelahnya, wajahnya tampak tertidur pulas hingga saat Earlene berniat mendorongnya, itu membuatnya tidak bisa melakukannya.
Dia ingat bagaimana untuk pertama kalinya dia bertemu Asmiranda, saat itu desanya telah dihancurkan oleh manusia dan hanya dialah yang berhasil selamat.
"Jika kau tidak memiliki rumah, ikutlah denganku," seperti itulah yang dikatakannya.
Asmiranda membuka matanya.
"Ojou-sama."
"Hari ini tak apa untuk tidur lebih lama, dan kenakan pakaianmu agar tidak kedinginan."
"Baik."
Earlene hanya mendesah pelan sebelum berdiri kemudian mengenakan pakaiannya kembali, di meja makan seperti biasanya makanan enak telah dihidangkan oleh ibunya.
"Asmiranda tidak ikut turun juga?"
"Dia mungkin akan berada di kamarnya sampai siang, ia bergadang untuk membuatkan gaun ini."
"Itu gaun yang cantik."
Earlene berputar beberapa kali untuk menunjukkan pakaiannya, gaun itu dibuat dengan baik di mana ada renda di bagian dada serta ujung klinan roknya, warna biru dan putih begitu kontras dengan kulit Earlene yang putih salju.
"Putri ayah sangat cantik, aku sangat berterima kasih pada Nona Asmiranda, cepatlah duduk kita makan."
Earlene membalas dengan sopan.
"Sebenarnya ayahanda ada sesuatu yang ingin kukatakan."
Keduanya pun terkejut.
"Ini terlalu cepat, kamu masih 10 tahun."
"Benar Earlene kamu bisa menunggu sedikit lebih lama dan ibu yakin jika pihak akademi tidak akan mengabulkanmu untuk bergabung ke sekolah mereka."
Earlene menggelengkan kepalanya.
"Jangan khawatir, jika tesnya bagus entah umur dan seperti apa orangnya mereka akan diizinkan mendaftar."
"Suamiku bagaimana sekarang?"
"Mau bagaimana lagi... jika Earlene bisa mengalahkanku dalam duel pedang maka aku akan izinkan."
Dan begitulah bagaimana Earlene dan ayahnya saling berhadapan di depan perkarangan mereka selagi memegang pedang kayu satu sama lain.
Ayahnya lebih dulu menerjang ke depan dengan tebasan ringan, awalnya ia berfikir bisa menjatuhkan Earlene dengan mudah sayangnya di luar dugaan pedangnya berhasil ditangkis kemudian balik menyerang.
"Mustahil? Itu gerakan yang tidak pernah aku lihat."
Earlene mempercepat kekuatan serta kecepatannya hingga ayahnya sendiri terpojok, setelah beberapa tebasan, pedang ayahnya terlempar yang mana menjadi kemenangan telak bagi Earlene.
"Aku kalah."
"Dengan begini aku bisa pergi."
Ayahnya tertawa terbahak-bahak karena putrinya lebih hebat darinya sementara ibunya cukup terharu dengan pemandangan itu, jika tidak ada Asmiranda mereka jelas akan menolaknya untuk Earlene pergi ke akademi namun sekarang berbeda.
Setelah berpamitan keduanya berjalan di jalanan setapak secara beriringan.
Beberapa waktu lalu Earlene menanyakan soal wilayah raja iblis yang ditinggalkannya dan ia bilang bahwa kursi itu masih kosong lagipula seluruh penduduk di sana sudah pindah ke wilayah ras iblis lainnya.
Itu terdengar melegakan sekaligus memprihatinkan.
Earlene mengarahkan tangannya dan berkata.
"Summon Magic, Dark Wolf."
Serigala hitam raksasa muncul dari sihir pemanggilannya dan mereka berdua gunakan sebagai tunggangan untuk pergi ke ibukota.
"Bukannya lebih baik jika Ojou-sama mengeluarkan makhluk yang bisa terbang."
"Itu akan terlalu mencolok jika aku memanggil seekor naga di tempat ini, lain kali kau juga harus menahan diri terutama di kota manusia."
"Aku akan mengingatnya."
"Pakai ini."
Asmiranda menerima sebuah cincin dari Earlene yang mana bisa menyembunyikan hawa iblis dari tubuhnya.
"Di sana mungkin ada beberapa orang yang bisa merasakan auramu, dengan cincin ini bahkan Saint Agung tidak mungkin bisa mengetahuinya."
"Sesuai yang diharapkan dari Anda, Anda memang hebat."
Dark Wolf mulai berlari sepanjang padang rumput itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Cleydra
btw cincinnya dapet dari mana.
apakah dari sihir ruang?
2023-06-23
2