PENYANDERAAN 2.

Sesuai yang diperintahkan oleh sahabatnya, Yasmin pun langsung melakukan apa yang dikatakan oleh Fatimah. Ia pun melakukan pengamanan bagi para murid-muridnya yang hari itu, memang sudah memasuki jam pulangnya. Sehingga memudahkan Yasmin, untuk mengeluarkan mereka senatural mungkin.

Sementara itu Fatimah terlihat mulai mendekati kelas, yang sedang disandera oleh para penjahat. Dan kebetulan saja, pria yang tadi berdiri di depan pintu tampak masuk setelah mendengar suara tembakan. Hal itu memudahkan Fatimah untuk mendekati ruangan tersebut.

Sesampainya didekat jendela kelas tersebut, Fatimah pun langsung melihat keadaan didalam lewat jendela kaca pada ruangan tersebut. Dan tampaklah olehnya, tiga orang pria yang terlihat sedang berdiri di depan dengan memegang senjata api. Dan satu Pria sedang duduk di kursi guru dengan kaki yang di naikkan keatas meja. Bahkan ia juga melihat dua pria, yang tergeletak di lantai, yang sepertinya sudah tak bernyawa. Untuk sementara ia hanya mendengar perkataan Pria tersebut.

"Apakah kalian akan terus diam hah?! Cepat katakan siapa diantara kalian putrinya Haidar! Kalau kalian tidak mau mengatakan! Maka satu persatu dari kalian akan bernasib sama dengan kedua cecunguk ini! Apakah kalian juga ingin seperti mereka hah?!" bentak pria yang sedang duduk di kursi guru itu, sambil menatap tajam pada para murid yang ada di kelas tersebut.

Mendengar bentakan dari dari Pria yang memiliki tubuh besar, serta berwajah seram itu. Membuat para siswa dan siswi yang kebetulan usia mereka sekitar enam atau tujuh tahun tersebut, otomatis pada ketakutan. Bahkan ada beberapa yang sampai menangis ketakutan. Hal itu membuat sang guru, wali kelas mereka, semakin panik.

"Tuan! Apakah anda tidak punya hati? Mengapa kalian melakukan ini pada mereka? Mereka semuamya masih kecil-kecil Tuan! Jadi tolong lepaskankanlah mereka Tuan!" ujar seorang pria, yang sudah pasti ia adalah Wali kelas di kelas tersebut.

"Diam Kau! Itu semua tergantung dengan Anda! Apabila secepatanya menyerahkan putrinya Haidar, maka gue akan secepatnya melepaskan mereka!" seru pria bertubuh besar itu lagi, dengan tatapan tajam mengarah keguru pria tersebut.

"Cepat katakan?! Yang mana putri Haidar Rafardhan! Atau peluru dari pistol ini akan bersarang di kepala..!" ancam pria itu lagi pada sang guru. Namun belum lagi ia menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba suara anak kecil langsung menyelanya.

"Saya disini Pak penjahat!" ujar gadis kecil dengan tatapan yang terlihat begitu dingin mengarah ke Pria bertubuh besar tersebut. Seraya ia bangkit dari kursinya.

"Reffa! Kenapa kamu berdiri Nak? Tadikan sudah Bapak bilang harus diam ditempat saja!" ujar Wali kelas si gadis kecil tersebut, yang tak lain adalah Rindhima.

"Tidak apa-apa Pak Restu! Ini yang terbaik! Karena Saya tidak ingin karena saya! Pak guru dan teman-teman menjadi korban mereka!" balas Rindhima terlihat begitu tenang.

"Ah'ha..! Akhirnya putri cantik ini menunjukkan juga batang hidungnya! Dia lebih tahu, ketimbang Anda Pak guru!" ujar Pria penjahat, seraya ia bangkit dari duduknya. Lalu ia pun menghampiri si gadis kecil tersebut, yang terlihat masih menatap dingin pada pria yang sedang mendekatinya.

"Jangan sakiti anak itu! Menjauhlah darinya Penjahat!" teriak Pria yang dipanggil Restu itu.

"Aqil! Suruh Bapak guru itu Diam! Kalau tidak Aku akan menembaknya!" teriak Pria yang saat ini sudah berdiri di hadapan Rindhima.

"Baik Bos Wadi!" balas Anak buahnya yang bernama Aqil tersebut. Sedangkan pria yang bernama Wadi itu kembali menatap wajah Rindhima, yang terlihat masih menatap dingin padanya.

"Oh-Hoo.. ternyata dia dia memang putrinya Haidar! Lihat saja tatapan gadis kecil ini benar-benar mirip sekali dengan Ayah!" ujar pria itu lagi, seraya ia mencengkram kedua pipi gadis kecil itu, dengan satu tangannya saja.

Karena merasakan sakit pada pipinya yang ditekan oleh penjahat itu, Rindhima pun langsung menepis tangan Wadi dengan berani, "Lepaskan! Jauhkan tangan kotor anda Paman penjahat! Dan jangan coba-coba menyentuh saya!" seru si gadis kecil itu dengan lantangnya. Hal itu malah membuat Wadi tersebut langsung tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha..! Saya suka ini! Biasanya, kebanyakan anak kecil dalam keadaan seperti ini pasti akan menangis dan selalu merepotkan! Tapi anak ini sangat berbeda ya? Apa mungkin karena darah yang mengalir ditubuhnya adalah darah seorang Mafia ya?" ujar wadi, sambil tersenyum seringai menatap wajah Rindhima. Disaat bersamaan.

"Bang Wadi! Kitakan sudah menemukan anak itu! Apa tidak sebaiknya kita secepatanya pergi dari sini! Sebelum antek-anteknya Leo datang Bos!" ujar salah satu pria yang sedang berdiri di depan kelas sambil memegang senjata.

"Aah.. benar juga yang Lo katakan Aqil! Kalau begitu ayo kita cepat pergi dari sini! Ali! Dwi! Kalian bawa anak ini! Kita harus secepatnya pergi dari sini!" titah Wadi, seraya ia membalikkan tubuhnya.

"Baik Bang!" balas dua pria, yang tadi disebutkan oleh Wadi. Lalu keduanya langsung memegang kedua tangan Rindhima.

"Lepaskan saya Paman!! Saya tidak mau ikut! Lepaskan!!" teriak Rindhima, seraya ia meronta-ronta, berusaha untuk melepaskan diri dari jeratan tangan-tangan kedua penjahat tersebut.

Melihat hal itu Wadi yang sudah mulai melangkahkan kakinya menuju pintu keluar langsung menoleh kearah Rindhima. Lalu ia langsung tersenyum seringai melihatnya, "Heh.. lincah juga nih Bocah! Kalian penggang Dia dengan benar!" katanya yang terlihat ia masih memandang wajah Rindhima.

Sehingga Wadi tak menyadari kalau didepannya sudah ada seorang wanita yang baru muncul dari pintu. Dan bahkan wanita tersebut langsung menendang tubuh Wadi sekuatnya. Hingga tubuhnya langsung terhempas mengenai tubuh Aqil. Dan akhirnya keduanya terjatuh di lantai. Dan otomatis senjata yang mereka pegang pun terhempas dari tangan mereka, dan senjata pun terjatuh tepat di hadapannya Restu.

Restu yang melihat senjata tersebut, sempat terkejut. Namun karena itu adalah sebuah kesempatan ia pun mengambilnya dengan cepat. Setelah itu langsung ia todongkan kepada Wadi dan Aqil yang masih berada dilantai.

"Jangan bergerak! Atau peluru ini menancap di tubuh kalian!" ancam restu seraya ia mendorongkan pistol tersebut ke arah Wadi dan Aqil.

"Brengsek! Ini semua karena wanita itu!" umpat Wadi, terlihat kesal.

"Jatuhkan senjata itu! Atau aku tembak kepala anak ini!" seru Anak buahnya Wadi, yang saat ini masih memegang tangannya Rindhima. Melihat itu Wadi langsung tertawa.

"Hahahaha! Kerja bagus Ali!" kata Wadi sambil tertawa penuh kemenangan.

"Huh! Dasar pria pengecut! Beraninya hanya sama Anak kecil! Apakah kalian tidak punya malu hah?!" seru wanita bercadar, seraya ia melipat kedua tangannya, membuat ia tampak terlihat begitu santai.

"Tutup mulut kamu!! Siapa kamu sebenarnya hah? Cepat pergi dari sini! Sebelum aku kehabisan kesabaranku!" balas Wadi tampak ia terlihat geram melihat wanita bercadar itu.

"Kenapa? Apakah Anda merasa malukah di bilang pengecut? Sehingga menyuruh Ana tutup mulut!"

Mendengar perkataan wanita bercadar itu Wadi menjadi geram, "Sialan nih perempuan!! Mulutnya minta remas nih kayaknya!"

"Heh! Kenapa menyalahkan mulut Ana? Orang memang Faktanyakan Anda pengecut? Kalau tidak, cepat lawan Ana!"

"Sialan nih perempuan! Memang minta dihajar ya! Nih rasanya tinju gue! Hiaaat..!" seru Wadi, sambil ia mengepalkan tangannya lalu ia layangkan tinjunya pada wanita bercadar tersebut.

"Dengan senang hati Ana menyambutnya Hiaaat!!"

...⊷⊶⊶⊷⊶•❉্᭄͜͡💓❉্᭄͜͡•⊶⊷⊶⊶⊷...

Terus dukung author ya guys dan jangan lupa berikan Vote + ⭐ ⭐⭐⭐⭐ + 👍 serta komentarnya oke biar Author semangat Update lagi loh.😉 Syukron 🙏🥰

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***