"Ada apa ini? Siapa yang meninggal?" tanya Haidar, yang entah mengapa tiba-tiba tubuhnya langsung gemetaran. Dan seketika itu juga matanya seperti mencari-cari seseorang ia ingin ia lihat, "Dimana Keyla? Dimana Rindhima?" tanyanya lagi, dengan tatapan melihat satu persatu wajah-wajah yang sedang duduk mengelilingi tempat persemayaman jenazah tersebut.
"Indhi disini Daddy!" ujar seorang anak kecil dengan suara yang terdengar begitu ketus.
Mendengar suara seorang anak kecil, Haidar langsung menoleh ke sumber suara tersebut. Dan terlihatlah olehnya seorang gadis kecil yang memakai baju serba putih, serta memakai selendang putih yang menutupi setengah kepalanya. Sehingga menampakkan rambut dibagian depannya saja. Melihat gadis kecil itu, Haidar pun langsung menghampiri Rindhima.
"Rindhi, sini Nak, sama Daddy," pinta Haidar, seraya ia merentangkan kedua tangannya seperti biasanya. Dan biasanya Rindhima pasti akan berlari kepelukannya bila ia sudah seperti itu.
Namun kali ini berbeda, Rindhima malah melengoskan wajahnya seakan ia tak ingin melihat wajah sang Ayah. Bahkan ia malah berjalan menuju ke tempat persemayamannya sang Ibu. Sesampainya di sisi pembaringan sang Ibu, Rindhima langsung membuka kain putih yang menutupi wajah sang Ibu. Dan kemudian ia letakkan kepalanya di dada sang Ibu.
Pada awalnya Haidar hanya mengerutkan keningnya saja.Tatkala melihat wajah Rindhima yang melengos dengan tatapan mata kebencian terhadap dirinya. Dan ia juga begitu terkejut saat melihat sikap putrinya yang berubah begitu drastis. Namun keterkejutannya Haidar tidak sampai disitu saja. Karena disaat Rindhima membuka kain putih penutup wajah ibunya. Mata Haidar langsung terbelalak lebar saat melihat wajah istrinya yang sudah amat pucat tersebut.
"Keyla!!" sentaknya, dan ia pun langsung menghampiri tempat persemayaman jenazah istrinya itu bahkan ia langsung bersimpuh disisi pembaringannya tersebut.
"Keyla! Sayang! Apa yang terjadi pada dirimu? Mengapa kamu seperti ini? Keyla!!" ujar Haidar, seraya ia memegang kedua pipi istrinya dan sedikit menggoyangnya. Namun karena sang istri sudah terbujur kaku, tentu saja tidak ada respon darinya. Dan hal itu membuat Haidar semakin frustasi sehingga ia menjerit sekuatnya.
"Aaaaaakh!!! Tidaaak!! Mengapa jadi seperti ini Sayang!! Bangunlah Keyla! Kamu tidak bisa meninggalkan aku seperti ini Sayang!! Huhuhuhu hiks.. huhuhu..KEYLAAAA!!" teriak Haidar sekencang-kencangnya, sambil ia mengguncang-guncang tubuh istrinya yang kini terbujur kaku.
Bahkan tangisnya Haidar langsung pecah, ia meraung-raung memanggil-manggil nama istrinya. Namun apa hendak dikata, sang istri yang ia cintai itu sudah tak lagi bernyawa. Sehingga panggilan, jeritannya, tak lagi didengar oleh sang istrinya itu. Disaat ia masih menangisi istrinya, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.
"Yang sabar Nak Haidar, semuanya sudah menjadi suratan takdir-Nya. Karena tidak ada yang bisa mencegah atau menghindari yang namanya kemati, Nak. Kendati kita bersembunyi dimanapun kematian pasti akan menghampiri kita, itu juga yang telah dikatakan dalam firman-Nya
"Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, “Ini dari sisi Allah,” dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka mengatakan, “Ini dari engkau (Muhammad).” Katakanlah, “Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (sedikit pun)?” (QS. Annisa ayat: 78)
"Dan kamu juga pasti tahukan? Kalau setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Seperti istri kamu saat ini, hal itu juga sesuai dengan firman-Nya
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami”.(QS. Al-Anbiya ayat 35)
"Nak, ingatlah istri kamu adalah titipan Allah sehingga ketika yang menitipkan akan meminta barang titipannya lagi kita harus rela menyerahkan kembali barang titipan tersebutkan? Jadi ikhlaskanlah istri mu Nak, karena dia pasti akan tersiksa, bila melihat kamu seperti ini," ujar seorang pria tua, yang terlihat kini ia sedang duduk di sebelahnya Haidar. Ia memberikan wajangan pada Haidar dengan penuturan yang terdengar begitu lembut.
Sehingga membuat Haidar, yang tadinya menangis sampai meraung-raung. Kini jauh lebih tenang. Namun Isakannya masih tetap terdengar. Melihat Ayahnya terlihat sudah lebih tenang, Rindhima, langsung mendekati pria tua yang terlihat masih duduk di sebelahnya Haidar.
"Kakek Ustadz? Apakah sekarang sudah bisa dilanjutkan proses pemakamannya Mommy Indhi?" tanya gadis kecil itu, yang tampaknya ia memiliki hati yang besar. Sehingga matanya tak lagi mengeluarkan air matanya lagi. Bahkan ia terlihat begitu tegar. Membuat siapapun yang melihatnya menjadi kagum. Termasuk pria yang di panggil Kakek Ustadz itu.
"Subhanallah..kamu memang anak yang pintar Nak! Iya Nak, kita harus segera memakamkan ibu kamu. Karena dia akan tersiksa bila kita terus menunda-nundanya lagi," balas Pria yang dipanggil Ustadz tersebut.
"Baiklah Kakek Ustadz, sekarang lakukanlah!" kata Rindhima terdengar tegas. Namun sang Ustadz, masih ingin mendengar pendapatnya dari Haidar.
"Bagaimana menurut Anda Nak Haidar?" tanya Sang Ustadz pada Haidar.
"Lakukanlah sesuai perkataan dari putri kami Ustadz," balas Haidar, tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah istrinya yang terlihat seperti sedang tersenyum itu.
"Baiklah kalau begitu, Mbok Rukmi silahkan panggilkan ibu Bilalnya, agar segera menutup wajah almarhumah Nyonya, agar secepatnya kita memakamkan jenazah," ujar sang Ustadz lagi.
"Baiklah Ustadz," balas Mbok Rukmi dan ia pun memanggil Bilal sesuai yang dikatakan sang Ustadz.
Setelah Bilal menutup wajahnya Keyla dengan kain kafannya. Mereka pun langsung melanjutkan proses pemakamannya. Dan sesuai juga dengan permintaan Rindhima, yang meminta ibunya untuk dimakamkan di taman belakang Mansion mereka. Karena memang kebetulan taman belakang tersebut begitu luas dan indah. Makanya Rindhima berinsiatif untuk memakamkan ibunya disana.
Karna katanya "Bila Indhi rindu Momy, indhi bisa langsung mendatangi makamnya Mommy." Mendengar perkataannya tersebut, membuat semua orang tak bisa menentangnya lagi. Dan akhirnya pemakamannya Keyla berlangsung ditaman Mansion mereka.
Setelah proses pemakaman selesai, satu persatu para pelayat pun pergi. Kini yang berada disana tinggallah Haidar dan juga Rindhima. Haidar masih terlihat memandangi batu nisan yang bertuliskan 'Keyla Anggreina'.
Sedangkan Rindhima terlihat sedang menyusuni bunga-bunga yang cantik ketengah-tengah pemakaman sang ibunya, dengan warna yang berbeda-beda, "Wah.. sekarang rumahnya Momy sudah cantik! Mommy lihatkan disana? Cantikkan Mommy? Sekarang Momy pasti bahagia disana, karena Momy sudah tidak merasakan sakit lagikan Momy?" ucapnya sambil ia memandang Nisan sang Ibu, seolah ia sedang berbicara pada ibunya.
Haidar yang melihat itu kembali menangis, dan ia pun langsung menggendong tubuh putri kecilnya itu. Namun seketika Rindhima langsung meronta-ronta, sambil berteriak-teriak.
"Turunkan Indhi Daddy! Indhi benci Daddy!! Indhi benci Daddy!!"
...⊷⊶⊶⊷⊶•❉্᭄͜͡💓❉্᭄͜͡•⊶⊷⊶⊶⊷...
Terus dukung author ya guys dan jangan lupa berikan Vote + ⭐ ⭐⭐⭐⭐ + 👍 serta komentarnya oke biar Author semangat loh.😉 Syukron 🙏🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
C2nunik987
kamu ga tau beban mental anakmu Haidar .....dia rapuh saat melihat mommy nya berjuang melawan rasa sakit dan km sbgi suami tdk bisa dihubungi....bahkan kontak bathin pun tak km rasakan saat istrimu sekarat 😡😡😡
2025-02-14
0
Eity setyowati
ikut nyesek bacanya
2024-07-09
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝘯𝘺𝘦𝘴𝘦𝘬 𝘵𝘩𝘰𝘳 𝘭𝘪𝘢𝘵 𝘐𝘯𝘥𝘩𝘪 😭😭😭😭
2023-05-11
0