Kota Painfinn yang awalnya tenang seketika berubah menjadi kekacauan perihal serbuan monster secara tiba-tiba saja meliar yang dimulai sejak tiga tahun silam.
Pada dasarnya, memang Kota Painfinn difungsikan sebagai benteng pertahanan untuk menangkal serangan monster yang datang dari hutan monster.
Akan tetapi, selama ini seharusnya jumlah monster yang muncul tidaklah sampai menjadi masalah yang berarti.
Dengan kata lain, jika suatu hal secara tiba-tiba saja berubah secara ekstrim, pasti akan ada sesuatu yang menyebabkannya.
Itulah sebabnya aku telah mengutus beberapa familiarku sejak aku datang ke kota ini ke hutan monster untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi di sana yang menyebabkan serbuan gelombang monster terjadi secara intens selama tiga tahun terakhir ini di Kota Painfinn.
Lalu jawaban itu pun kutemukan.
Salah satu artifak pengendali monster yang selama ini mengendalikan pikiran monster agar tidak meninggalkan hutan monster telah rusak.
Sayangnya, celah itu terletak di dekat Kota Painfinn sehingga jadilah Kota Painfinn sering mengalami serbuan gelombang monster sejak artifak yang mengendalikan pikiran monster yang terletak di dekat kota itu telah rusak.
Jika dipikirkan kembali tentang keberadaan artifak yang mengendalikan monsternya, tampak bahwa hutan monster memang sengaja diciptakan oleh seseorang untuk membentengi benua ini dari benua barat yang dipenuhi oleh demon-demon berbahaya.
Daripada penasaran soal asal monsternya, aku justru cenderung lebih penasaran tentang siapa kiranya orang hebat yang telah menciptakan produk alkimia secanggih hutan monster ini di masa lalu.
Bahkan dari catatan sejak berdirinya Kerajaan Meglovia lima ratus tahun silam, tampaknya hutan monster ini telah ada sejak dulu.
Ehem. Tapi bukan itu yang saat ini penting untuk dibahas, melainkan soal artifak yang rusak itu.
Jika artifak itu tidak segera diperbaiki, maka serangan gelombang monster tidak akan pernah berakhir sehingga Kota Painfinn harus mengalami situasi yang sama lagi di waktu-waktu mendatang.
Namun sayangnya, bahkan dengan bakat alkimia-ku saat ini yang setidaknya aku yakin telah menjadi salah satu yang terbaik di Kerajaan Meglovia, aku tidak punya cukup sumber daya untuk menciptakan suku cadang pengganti untuk memperbaiki kerusakan pada artifak warisan masa lalu tersebut.
Setidaknya, itu sampai Zero datang dengan artifak kutukan di jantungnya.
“Hei, Mbak berdada besar, ingin menjadi anak buahku? Jika demikian, aku mungkin masih bisa menyelamatkan nyawa Mbak, begitu pula kehormatan para leluhur Mbak dengan kekuatanku sebagai keluarga kerajaan. Apa yang tertanam di dalam jantung Mbak itu bukanlah kutukan yang datang dari monster, melainkan berasal dari produk racikan ilmu pengetahuan buatan tangan manusia.”
Aku pun berencana untuk menarik Zero ke sisiku.
Ehem. Aku hanya sekadar menyampaikan ini karena aku takut kalian akan salah paham dengan kepribadianku. Bukannya aku memiliki kepribadian yang tengil seperti itu. Itu semua hanyalah akting sebab dari pengamatanku, Zero cenderung melemahkan pertahanan mentalnya di hadapan orang-orang yang berbuat mesum padanya.
Dari pengamatan familiarku selama ini kepada individu bernama Zero itu, akan lebih mudah untuk membuat orang itu terpengaruh oleh ucapan kita ketika kita mencampurkannya dengan lelucon yang sedikit kotor.
Yah, tentu saja Zero juga sampai saat ini belum menyadari kecenderungannya yang sesat itu, maka mari kita tidak menyebutkannya lagi dan membiarkan saja potensial masokis milik Zero itu tetap tersembunyi selamanya jauh di dalam dirinya.
“Apa-apaan itu dengan Mbak berdada besar?! Aku ini punya nama, jadi tolong panggil aku dengan namaku! Aku ini Alice Gloria Fallenstone mantan penguasa Kota Fallenstone di utara Kekaisaran Vlonhard!”
Kalian bisa lihat sendiri kan? Tanpa aku perlu menginterogasinya lebih jauh, dia sendirilah telah mengungkapkan identitasnya yang sebenarnya di bawah pengaruh lelucon kotor itu.
“Ehem. Baiklah. Kalau begitu, boleh kan kalau aku memanggilmu dengan sebutan Mbak Alice? Atau haruskah aku memanggilmu dengan sebutan Countess Alice? Jadi barusan Countess Alice sama sekali tidak menyangkal perkataanku itu kan?”
“Itu… Panggil saja aku dengan Alice tanpa mbak apalagi countess.”
Daripada rahasia besar misi rahasianya, di luar dugaan, Alice rupanya lebih fokus tentang penyebutanku padanya. Dia benar-benar karakter yang unik. Tetapi aku sama sekali tidak membenci itu.
Jika disuruh memilih, aku lebih suka seseorang dengan karakter yang bodoh tetapi polos yang tidak pandai menyembunyikan apa-apa ketimbang orang yang pintar, tetapi memiliki banyak intrik tersembunyi di kepalanya yang siap untuk menusukmu dari belakang kapan saja.
Menanggapi ucapan Alice itu, aku pun tersenyum lembut padanya.
“Kalau begitu, Alice.” Lirihku dengan suara nada rendah yang lembut kepada gadis cantik berambut kuning cerah yang saat ini masih dia tutupi dengan sihir penyamar sehingga rambutnya yang indah itu tertutupi oleh warna coklat yang sebenarnya juga tak kalah indah dari penampilan aslinya.
Jika pada dasarnya seseorang itu cantik, maka apapun yang dikenakannya pastilah akan terlihat cantik. Bukan itu yang penting. Kalian pasti bertanya-tanya mengapa aku mampu melihat menembus ke dalam penampilan Alice yang sebenarnya, bukan?
Itu semua karena aku memiliki kesensitifan mana yang tidak biasa bahkan sebelum aku bisa mengingat sehingga takkan ada satu pun sihir interferensi yang akan bisa menipu inderaku.
Aku menatap ke arah muka Alice. Tampak pipinya merona dengan ekspresi malu-malu yang pastinya akan membuat hati semua pria yang menatapnya akan tergoda oleh kecantikan paras khasnya yang terlihat tegas, namun di sisi lain juga memiliki kelembutan itu.
Entah itu warna rambut kuning cerah ataupun coklat, wajahnya yang nak bidadari itu akan terlihat indah apapun warna rambut yang dimilikinya. Jika saja aku belum punya tunangan, maka aku pasti juga sudah akan terjebak oleh pesona kecantikan tak biasa milik Alice tersebut.
Namun, sesaat kemudian pun, ekspresi Alice tiba-tiba saja berubah. Dia tersenyum padaku, tetapi daripada senang, aku justru dibuat merinding jadinya.
Itu bukanlah senyum yang biasanya ditunjukkan oleh seorang gadis cantik sepertinya. Itu adalah senyum licik ciri khas pria bejat ketika mulai berpikir akan menerkam mangsanya.
‘Kumohon, Alice. Tetaplah saja menjadi gadis normal yang sempurna seperti sekarang.’ Pintaku tulus dalam hati untuknya.
“Kalau begitu, tolong perlakukan aku dengan lembut mulai dari sekarang, Yang Mulia Pangeran Helios. Aku, Alice Gloria Fallenstone, mulai saat ini mendeklarasikan kesetiaanku kepada Anda.”
Secara tak terduga, gadis cantik berpayudara besar itu pun tiba-tiba saja berujar mengikrarkan kesetiaannya kepadaku sembari berlutut.
“Hei, hei, hei, Alice, apa yang kamu lakukan? Aku bahkan belum menjelaskan detail tentang artifak yang ada di dalam jantungmu. Aku bahkan belum memulai penyembuhannya.”
Mendengar ucapanku itu, Alice hanya menggelengkan kepalanya.
“Hmm. Jika itu Yang Mulia Pangeran Helios, maka aku pasti akan langsung mempercayainya.”
Terus terang, aku senang dia bisa langsung mempercayaiku seperti itu. Tetapi bukankah sikapnya terlalu santai pada orang luar? Apakah gadis ini tidak memiliki semacam alarm bahaya penipuan? Ataukah lelucon kotor seperti tadi sebegitu efektifnya mengacaukan pertahanan mental gadis ini?
Daripada senang, aku justru kasihan padanya.
Jadi ini sebabnya kamu dengan bodoh dimanfaatkan baik oleh kaisar yang dulu maupun kaisar yang sekarang, dirongrong hanya untuk dikorbankan ke dalam masalah politik kekaisaran.
Benar-benar gadis yang terlalu polos.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Regilius
Darkness dari Konosuba?
2023-02-19
1
🌕ˢᵃⁿᵍ𝓡𝒆𝒎𝓑𝒖𝒍𝒂𝒏🌙
lanjut Thor
2022-12-25
1