Kura-kura dalam akuarium itu tiba-tiba merasakan keresahan.
Dia gelisah perihal kontak batinnya dengan tuannya tiba-tiba saja terganggu oleh suatu energi jahat yang tidak biasa.
Dalam kegelisahannya itu, sang kura-kura pun berusaha keluar dari dalam sangkarnya dengan susah payah.
Sang kura-kura terjatuh di lantai dalam posisi tertelungkup.
Dia dengan susah payah hendak membalikkan badannya, tetapi apalah daya, cangkangnya terlalu berat untuk dia kendalikan dengan tubuhnya yang lemah.
Namun sang kura-kura tidak menyerah. Dia menyemburkan sihir angin ke arah samping yang membuatnya ikut terdorong ke belakang oleh momentum sihir anginnya itu.
Dia pun memanfaatkan kesempatan ketika cangkangnya terangkat tersebut untuk segera berbalik badan. Sang kura-kura pun akhirnya berada pada posisi yang benar di mana keempat kakinya dapat menginjak tanah.
Dengan langkahnya yang lambat, dia berlari sekuat tenaga ke tempat di mana dia merasakan tuannya sedang dalam bahaya.
Dia pun sampai ke tempat itu. Dengan susah payah, sang kura-kura memanjat tembok kastil, tempat di mana tuannya sedang mempertaruhkan nyawanya demi melindungi seluruh rakyat di bawah tanggungannya dari ancaman malapetaka sang the king of undead.
Dia merasakannya.
Sang kura-kura merasakan bahwa serangan yang dilontarkan oleh the king of undead kali ini takkan sanggup lagi diatasi oleh tuannya.
Tuannya dipastikan akan meninggal tak bersisa jikalau sampai terkena laser beam dari sang the king of undead.
Instingnya dengan cepat bisa merasakan bahwa perisai rapuh milik ksatria yang selalu berada di samping tuannya itu tidaklah akan cukup kuat untuk menahan serangan ganas sang the king of undead.
Sang kura-kura pun menambah perisai sihir itu berkali-kali lipat dengan jumlah sihirnya yang besar yang tersimpan di dalam dirinya hingga dia yakin bahwa itu takkan tertembus lagi oleh serangan dahsyat sang the king of undead.
Sayangnya, salah seorang cleric di antara dua orang cleric yang sedang bersama tuannya saat itu tiba-tiba saja menggila karena mengira kematian telah dekat mengintainya.
Dengan ekspresi gila, sang cleric pun berlari liar keluar dari barier sihir sembari menabrak sang kura-kura.
Barier sihir yang dibentuk oleh sang kura-kura pun goyah. Barier itu masih dapat menahan serangan fatal dari sang the king of undead, tetapi tidak lagi sempurna. Sepotong kecil energi laser beam dari the king of undead berhasil menerobos ke celah lemah dari pertahanan sihir itu.
Walau hanya sepotong kecil, itu seketika membuat segala apa yang ada di dalam barier sihir itu berhamburan. Beruntung, bahwa semua orang yang ada di barier sihir tersebut, walau luka-luka, berhasil selamat, kecuali bagi salah seorang cleric yang tadi sempat melarikan diri keluar dari dalam barier.
Semuanya luka-luka, tak terkecuali Helios.
Hal itu pun seketika memancing kemarahan sang kura-kura.
Dengan segenap energi sihir yang tersisa di tubuhnya, dia pun menjadi raksasa lantas menghancurkan the king of undead dengan gigitannya. Setelah kematian the king, sang kura-kura pun mengamuk dengan menyapu bersih seluruh undead yang tersisa melalui laser beam dari sisa-sisa tenaga sihirnya.
Semua undead berhasil dikalahkan.
Akan tetapi, sang kura-kura kehabisan energinya.
Dia pun tak punya lagi kuasa untuk mempertahankan sihir pengatur suhu di badannya sehingga dengan cepat panasnya lokasi kejadian akibat panas yang dibentuk sendiri oleh serangannya segera melemahkan vitalitasnya.
Perlahan, sang kura-kura yang berelemen es itu pun mulai sekarat di tengah panasnya benteng pertahanan Kota Painfinn.
Tetapi dia hanya punya satu keinginan sebelum ajal menjemputnya. Dia ingin mati di pangkuan sang tuan.
Dengan langkahnya yang lambat, sang kura-kura yang tengah sekarat itu memanjati sekali lagi dinding kastil untuk menggapai tuannya. Lalu dia pun bersandar di pelukan Helios.
Helios yang tiba-tiba merasakan sensasi dingin yang menjalar tidak biasa di tengah pertempuran yang panas itu, seketika merogoh daerah di sekitar perutnya tempat dia merasakan sensasi dingin itu.
“Yasmin? Setidaknya kamu harus selamat.”
Begitulah lirih Helios di tengah kesadarannya yang perlahan menghilang.
Dalam keadaan setengah sadarnya itu pula, dia pun hendak menyalurkan mana es-nya yang tersisa kepada Yasmin sang kura-kura agar setidaknya kura-kura itu bisa selamat.
Dia pun menyalurkan mana es itu lewat mulutnya. Bibir Helios yang lembut itu pun menyentuh bibir sang kura-kura.
Suatu kasih sayang dan saling mencintai yang indah di antara sepasang hewan peliharaan dan majikannya. Keduanya sama-sama hendak berkorban demi keselamatan satu sama lain walau pada akhirnya hanya kematianlah yang dapat menunggu mereka berdua.
Namun keajaiban pun terjadi. Helios yang sebenarnya hendak menyalurkan mana es kepada Yasmin sang kura-kura, malah berakhir dengan menciumnya. Alhasil, kutukan Yasmin pun terlepas.
Dia kembali ke wujud manusianya.
***
“Yasmin!”
“Ya, ada apa? Apa Master memanggil saya?”
Aku yang berteriak penuh kesedihan meratapi Yasmin yang menghilang, malah dijawab oleh salah seorang pelayan di dalam mansion-ku sendiri yang sama sekali tak kukenal.
Aku yang kebingungan pun tentang identitas gadis itu, lantas bertanya kepada Albert.
“Albert, dia siapa?”
“Ah, ini Yasmin. Kemungkinan dia adalah salah seorang cleric yang diutus oleh salah satu ordo kuil suci untuk membantu kita dalam menghadapi serangan gelombang monster. Mereka tentunya tidak ingin famour mereka rusak jika tidak turut serta memberikan kita dukungan.”
“Membantu kah? Kalau mereka ingin membantu, mengapa mereka malah mengutus orang-orang baru yang tidak berpengalaman. Bukankah mereka hanya ingin membuang anggota mereka yang tidak berguna?”
Jawabku dengan komentar sinis atas pernyataan Albert itu.
Aku pun segera bergegas kembali mengulang perkataan Albert di benakku, lalu kutemuilah sedikit kejanggalan.
“Kemungkinan?”
“Sayangnya, kami juga tidak mengetahui tentang detail identitas gadis itu, Master, sejak kelima cleric yang datang, berasal dari ordo yang berlainan sehingga salah seorang cleric yang selamat bersama Yasmin, juga tidak mengetahui detail tentang identitas Yasmin. Begitu aku menanyakan kepada Curtiz, tampaknya dia lalai dan belum sempat mendata para cleric yang datang sebagai sukarelawan karena serangan gelombang monster undead itu segera terjadi.”
“Tetapi kita masih sementara mencari tahu identitas Yasmin dengan menanyakannya pada berbagai kuil suci yang berdekatan. Sayangnya penyelidikan terhambat karena kurangnya perhatian dari kuil suci yang bersangkutan.”
“Kenapa kamu mesti repot-repot seperti itu? Bukankah kamu bisa menanyakannya kepada yang bersangkutan secara langsung?”
“Tampaknya, selain namanya Yasmin, dia telah kehilangan semua memorinya, Master.”
Pernyataan dari Albert itu pun seketika membuatku terperangah.
Namun, belum sempat aku mengatur pikiranku kembali yang baru siuman itu, sakit kepala yang teramat sangat pun menyerang kepalaku.
“Akh!”
Aku memegang kepalaku sembari menekukkan lututku karena pusing yang teramat sangat yang rasanya aku akan bisa oleng kapan saja jika masih mempertahankan postur berdiri.
“Master!”
Melihat itu, Albert segera menggapaiku.
Dan di tengah perkembangan situasi yang sudah sangat membebani pikiranku itu, satu masalah lain muncul.
Jilk masuk ke dalam ruangan setelah mengetuk pintu dan kupersilakan masuk.
“Ada surat dari kerajaan yang berisi permintaan laporan terhadap kematian banyak prajurit sekaligus dari ketiga wilayah county yang diutus kemari, Master.”
Itu adalah permintaan resmi kerajaan yang memintaku hadir ke istana dalam kurun waktu paling lambat dua bulan demi mempertanggungjawabkan kegagalanku dalam melindungi nyawa para anak buah yang dipercayakan padaku yang tentu saja tiap individu itu sangat pentng bagi keluarga mereka masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
🌕ˢᵃⁿᵍ𝓡𝒆𝒎𝓑𝒖𝒍𝒂𝒏🌙
hmmmm
2022-12-24
1
huff
nooooooo si yasmin malah lupa
2022-12-16
1