Tiran.
Julukan yang diberikan kepada seorang pimpinan yang memegang tampuk kekuasaan tertinggi yang memerintah bukan berdasarkan aturan resmi ataupun undang-undang, melainkan menjadikan dirinya sebagai sumber aturan itu sendiri.
Dengan kata lain seorang sosok yang dekat dengan defenisi sewenang-wenang.
Dan aku, Helios de Meglovia, pangeran kedua Kerajaan Meglovia, harus menerima julukan yang seperti itu melekat pada diriku sejak kecil berkat suatu ramalan tertentu bahkan tanpa diriku pernah berbuat apa-apa.
'Kalau kalian segitu inginnya melihat sosok tiran, maka baiklah, akan kutunjukkan kepada kalian bagaimana sosok tiran yang sesungguhnya itu!'
Tanpa ada yang menduga, aku menembakkan panah es tepat ke jidat salah seorang warga yang bersuara paling keras dalam memprotes keputusanku.
Tentu saja ujung es itu telah sengaja kubuat tumpul agar tidak sampai membuat orang tersebut tewas, namun cukup untuk membuatnya pingsan seketika.
Sembari melakukan itu, aku pun berupaya menampilkan raut wajah psikopat sekejam mungkin yang bisa kutunjukkan di hadapan para kerumunan warga yang memprotes itu.
Seketika semuanya terdiam dan bergidik ketakutan ketika melihat raut wajahku itu. Mataku membelalak dengan bola mata yang bergetar serta gigi-gigi yang mengeletup seolah menunjukkan bahwa sebentar lagi amarahku akan meledak dan siap mengambil nyawa mereka semua.
Kulihat bahkan Albert yang telah mengenalku sejak saat aku belum menerima ramalan tiran sialan itu sampai bergidik ketakutan melihat raut wajah yang tak biasa kutunjukkan tersebut.
Lalu dengan kata-kata yang merendahkan, aku pun kembali berujar,
“Hei, sampah sialan yang tidak berguna! Kalian tampaknya tidak mengerti satu hal. Aku sedang memerintah kalian, bukannya meminta tolong!”
“Tapi Pangeran, perintah Anda terlalu… Akh.”
Sebelum pemuda yang tiba-tiba bersuara itu sempat menyelesaikan kalimatnya, panah es yang kedua kutembakkan lantas turut membuatnya pingsan.
Tampaknya, seluruh warga yang menyaksikan kejadian tersebut telah salah paham dan mengira orang-orang yang terkena panah es-ku itu baru saja meninggal di tempat. Mereka pun segera bersujud di hadapanku sambil memohon pengampunan agar tidak menerima nasib yang sama.
Sungguh ironi.
Wujud ketakutan dalam memerintah adalah sesuatu yang paling dihindari oleh sosok pemimpin bijak mana pun karena akan menimbulkan ketidaktenteraman di dalam pemerintahannya yang berakibat lebih lanjut pada kemerosotan nilai di masyarakat. Akan tetapi di satu sisi, itu adalah cara yang paling efektif untuk memaksakan suatu aturan kepada masyarakat yang bebal.
Dengan tetap mempertahankan ekspresi psikopatku, aku pun lanjut berkata,
“Tentu kalian semua tahu bahwa siapa saja rakyat jelata yang berani menentang keluarga bangsawan akan menerima hukuman yang berat, bukan? Dan apa? Kalian berani menentangku? Aku yang bahkan melebihi sosok bangsawan biasa ini? Aku ini Helios de Meglovia, pangeran kedua Kerajaan Meglovia! Tentu kalian paham kan konsekuensinya jika menentangku? Semua yang menentangku akan berakhir ke guillotine!”
Seketika mendengar kata guillotine keluar lewat mulutku, para warga pun semakin gemetaran ketakutan. Lalu berbeda dari yang sebelumnya, mereka kali ini dengan patuh menerima perintahku.
***
Setelah kejadian itu, aku kembali memerintahkan para tukang untuk segera memperbaiki bagian benteng pertahanan yang rusak dengan asistensi Curtiz. Lalu aku sendiri kembali mengurung diriku di ruang kerjaku.
Aku berupaya kembali menelisik semua biodata prajurit dan penyihir yang bekerja di benteng pertahanan kota ini, memeriksa semua keahlian khusus mereka untuk menganalisis strategi yang tepat demi membasmi gelombang monster tersebut.
Tetapi bagaimana pun aku melihatnya, sama sekali tidak ada prajurit maupun penyihir yang bisa digunakan.
Di tengah pikiranku kalut memikirkan semua itu,
“Mooooo.”
Seakan menyemangatiku, kura-kura es yang selalu menemaniku di meja kerjaku itu mengusap punggung jari telunjukku dengan kepalanya yang lembut.
Hal itu pun seketika melelehkan kekalutan di hatiku lantas membuatku kembali bersemangat dalam bekerja.
Di saat itulah, sebuah dokumen milik salah seorang penyihir cadangan terjatuh ke lantai lalu aku memungutnya.
Namun, ketika aku melihat spesifikasi dan keahlian khusus dari penyihir cadangan tersebut, aku tak dapat menahan rasa keterkejutanku.
Jumlah kapasitas mana yang besar serta menguasai semua elemen sihir. Bukankah ini semacam jackpot? Tetapi mengapa penyihir dengan kualitas sebagus ini ditempatkan di pasukan cadangan?
Lalu ketika kumelihat di bagian kolom keterangannya, rupanya hal itu karena adanya kecacatan pada sirkuit sihirnya.
Tidak ada penjelasan detail lebih lanjut soal itu. Namun ini bisa saja menjadi harapan, tetapi kuputuskan untuk tidak menaruh harapan yang tinggi soal itu sejak penyihir itu sendiri dimasukkan ke dalam penyihir cadangan jadi pasti kecacatan sirkuit sihirnya cukup fatal.
Akan tetapi sejak dia masih ada di dalam list penyihir cadangan, setidaknya pasti dia masih bisa menggunakan sihir. Aku pun memutuskan untuk segera menemui penyihir tersebut demi memeriksanya secara langsung sebelum mengambil keputusan.
Tetapi namanya… yah… bagaimana mengatakannya…sedikit unik?
Nunu. Siapa orang di masa kini yang akan memberikan nama anaknya sejelek itu. Atau apakah ini semacam nama samaran?
Tetapi ketika kubersiap-siap menemui gadis penyihir itu, tiba-tiba saja Albert datang memasuki ruang kerjaku.
“Master, apa-apaan tadi sikap Master di hadapan penduduk? Bukankah jelas-jelas tadi Master menunjukkan bahwa apa yang dikatakan ramalan itu benar?
“Hah.” Aku pun mendesah atas komentar Albert itu.
“Terserah aku mau dijuluki tiran atau apapun. Bukankah itu sudah terlambat untuk memperbaikinya sekarang sejak kuil suci sendiri yang sudah mencap aku demikian? Selama itu efektif dan dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa, maka aku sama sekali tak masalah.”
“Tapi aku yang masalah, Master. Pikirkan juga perasaan anak buah, Master. Aku tak tega melihat Master diperlakukan secara tidak adil seperti itu. Bagaimana Master menerima julukan tiran begitu saja padahal Master tidak pernah berbuat salah sedikit pun.”
Aku tersenyum lembut terhadap pernyataan Albert tersebut. Bagaimana pun dia memiliki kepribadian kikuk ditambah mulutnya yang bawel yang terkadang cukup mengesalkan, dialah yang paling memperhatikan keadaanku. Dia adalah seorang pengikut yang baik.
“Tapi kan tadi aku sudah melakukannya? Aku membuat para warga ketakutan dengan sosok tiranku barusan.”
“Makanya mengapa Master melakukannya?”
“Ya sudahlah. Itu tidak penting lagi sekarang sejak kita tidak punya banyak waktu sebelum tibanya serangan berikutnya dari gelombang monster lipan. Kamu juga sebaiknya segera siap-siap untuk itu.”
“Master sendiri bagaimana? Kelihatannya Master mau pergi ke suatu tempat?”
“Iya, aku hendak menemui seseorang yang kemungkinan bisa menjadi kartu truf kita dalam menghadapi gelombang monster. Tetapi untuk saat ini, aku sendiri belum yakin makanya aku berencana menemui orangnya secara langsung.”
“Siapa?”
“Seorang penyihir bernama Nunu.”
“Apa-apaan dengan nama itu? Jelek sekali.”
Aku yang sedari tadi menahan komentar yang tidak pantas diucapkan itu, akhirnya diucapkan oleh Albert dengan enteng begitu saja.
“Woi, minta maaf sana sama semua orang yang bernama Nunu di dunia ini!”
Walaupun aku sebenarnya sepakat dengan apa yang dikatakannya, aku memarahi Albert dengan sungguh-sungguh.
Lalu tiba-tiba saja, untuk kedua kalinya di pagi menjelang siang itu, pintu ruanganku kembali diketuk.
Kali ini tamu yang berkunjung adalah Fernand, kepala prajurit di kota ini.
“Bisa Pangeran jelaskan apa maksud dari semua ini? Mengapa gaji kami para prajurit harus dipotong?!”
Rupanya, itu mengenai salah satu reformasi kebijakan yang baru saja kutetapkan sejak datang ke tempat ini, ketimpangan pengeluaran melebihi pemasukan yang terkesan terlalu memanjakan prajurit tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Lallizzz
anjaayyy kelazzzz lanjutkan pangeran
2025-01-17
0
????
namanya bagus ko ga jelek malah lucu
2023-06-21
3
Sarah ajha
Semangat mc, kuasai kota, jatuhkan raja dan para saudaramu yg sampah, jatuhkan kuli suci 🤭🙏
2023-05-08
3