Monster.
Dalam defenisi dunia ini, mengacu pada semua jenis hewan sihir serta manusia yang terkontaminasi sihir dan kehilangan kemampuannya untuk mengendalikan sihir mereka.
Suatu keberadaan yang seharusnya bersifat nocturnal sebab paparan sinar matahari mampu menyebabkan debuff pada output sihir mereka.
Dan keberadaan yang seperti itu kini justru muncul ketika panas matahari masih dalam keadaan terik-teriknya.
“Oi, kalian semua! Perkuat pertahanannya!”
Aku bisa mendengar dengan jelas teriakan dari sana-sini yang panik terhadap serangan monster yang muncul dua jam lebih awal dari yang diperkirakan.
Tetapi ini gawat. Proses perbaikan benteng yang berlubang masih sedang dalam proses. Ada beberapa lubang pada benteng yang belum tertutup dengan sempurna. Dan dari semua itu, monster yang paling buruk pun muncul. Monster yang dapat memanfaatkan celah sekecil apapun untuk masuk menyelinap, monster lipan.
“Ck.”
Tanpa sadar, aku mendecakkan lidahku. Sejenak, aku mulai panik. Jika dibiarkan seperti ini terus, maka monster bisa memasuki wilayah pemukiman penduduk lalu korban jiwa akan mulai berjatuhan.
“Barier es.”
Aku terpaksa harus mengeluarkan sihir barier es-ku di tempat ini untuk menutup celah lubang benteng yang belum sempat atau masih dalam proses perbaikan.
“Master! Apa yang Master lakukan?!”
Seperti yang aku duga, satu-satunya prajurit bawahanku yang terlalu kaku akan aturan itu, Albert, segera meneriakiku.
“Master tahu kan kalau ada pembatasan dalam menunjukkan kekuatan sihir bagi para anggota keluarga kerajaan di tempat umum? Terlebih sihir Master itu sedikit spesial dibandingkan dengan sihir para anggota keluarga kerajaan yang lain.”
“Mengapa, Albert? Apa kamu juga mau bilang kalau sihir es-ku yang sangat dibenci oleh api suci itu juga sangat menjijikkan?”
Dengan tingkahnya yang kaku seperti biasa, Albert segera menggeleng-gelengkan kepalanya kuat-kuat terhadap respon akan pernyataanku barusan.
“Mana mungkin aku punya pikiran seperti itu kepada Master! Aku hanya takut kalau Master akan memberikan alasan bagi orang-orang jahat di kuil suci itu untuk memberikan Master hukuman suci saja!”
Walau dengan sikapnya yang terlalu kaku itu, aku tahu betul bawa Albert adalah bawahanku yang setia yang selalu menempatkan kepentinganku menjadi prioritasnya bahkan melebihi kepentingan dirinya sendiri. Karena itulah, aku memaafkan sikap tidak fleksibelnya kali ini.
“Ya sudahlah, Albert. Selama tidak ada yang melaporkan kejadian ini, kuil suci tidak akan pernah tahu.”
“Tapi kita tidak akan pernah tahu jika mereka sudah menempatkan mata-mata di sini.”
“Jika demikian, aku masih punya alasan. Aku menggunakan kekuatan sihirku untuk melindungi orang-orang di sini, bukan?”
“Tapi, Master…”
“Sudahlah. Tidak usah berdebat lebih jauh lagi. Lebih daripada itu, Albert, kurasa kini sudah saatnya giliranmu untuk turut serta dalam pertarungan.”
Terlihat sejenak raut ekspresi yang penuh hesitasi terpampang di wajah Albert, namun begitu aku mengeraskan pula ekspresiku pertanda tekadku telah kuat, dia pun luluh lantas begitu saja mematuhi perintahku.
“Sesuai keinginan Master.”
Dia pun membungkuk dengan sopan lantas menarik dirinya mundur dari hadapanku lalu segera bergegas mengeksekusi perintahku tersebut.
Aku pun kembali melihat jalannya pertarungan.
Hanya dengan masuknya satu orang pada regu infanteri benar-benar mengubah jalannya alur pertarungan.
Albert fou Lugwein. Melupakan mulutnya yang bawel dan sikapnya yang terlalu ketat akan peraturan, dia benar-benar adalah seorang prajurit yang sangat hebat. Aku sebagai masternya benar-benar beruntung memiliki anak buah yang seperti dia mengabdi kepadaku.
Dalam satu kali ayunan pedangnya, dia dapat menghempaskan dan memotong-motong hingga berkeping-keping lebih dari sepuluh monster lipan dalam sekejap. Gerakannya halus nan efisien sehingga tidak ada satu pun gerakannya yang terlihat sia-sia serta tidak terdapat pula celah dalam pertahanannya.
Tampaknya, tidak hanya aku saja yang berpikir demikian. Terlihat bahwa seluruh pasukan pemanah dan penyihir tembak jarak jauh menjadi terdiam lantaran takjub akan kehebatan Albert.
“Eh? Kenapa kalian semua justru malah diam saja seperti orang bodoh?! Lanjutkan penyerangan! Kalian mau membiarkan para monster sialan itu berhasil menembus pertahanan pasukan infanteri kita?!”
Aku segera membuyarkan ketakjuban para pasukan pemanah dan penyihir tembak itu yang sesaat terdiam perihal penampilan memukau Albert. Mereka pun segera kembali ke kesadaran mereka lantas melanjutkan penyerangan.
Sore itu yang dilanjutkan hingga tibanya fajar di keesokan harinya, kami mampu bertahan dengan baik menghadapi invasi para monster lipan walaupun dengan datangnya serangan mereka dua jam lebih cepat dari yang diperkirakan.
Waktu itu, ketika kumenilik jauh pandanganku ke belakang sana, di tempat yang dekat dengan hutan monster, aku bisa dengan jelas melihat sosok sepasang mata merah besar dengan antena khas-nya yang juga bersinar menjuntai-juntai seakan terlihat mengontrol pergerakan para monster lipan lain sedang mengintai ke arah benteng pertahanan kami.
Itu jelas-jelas bukan ciri-ciri monster lipan biasa. Itu adalah ciri-ciri dari ratu lipan.
Sekarang, keberadaan monster lipan yang mampu menyerang di saat matahari masih terlihat dapat terjelaskan dengan baik. Itu semua karena keberadaan sosok ratu lipan ini. Jika demikian, kami harus menyiapkan pertahanan dengan asumsi mereka bisa muncul lebih cepat dari estimasi waktu yang diperkirakan sebelumnya.
Dengan buff perlindungan fisik dari ratu lipan terhadap paparan sinar matahari, perkiraan waktu maksimal di mana monster lipan bisa saja menyerang artinya meningkat menjadi sekitar pukul setengah tiga ke atas. Aku harus segera menyiapkan pasukan dengan asumsi seperti itu.
Namun ketika aku dan Albert bergerak kembali ke daerah pemukiman penduduk, kami bisa melihat tiga rumah yang sebelumnya terletak berjejer telah rubuh begitu saja. Ketika kami berusaha menelisik terhadap apa yang sedang terjadi, suatu pemandangan yang menyayat hati pun kami saksikan tepat di hadapan mata kami sendiri.
“Albert!”
Dengan penuh amarah, aku memanggil nama Albert.
Seakan mengerti apa yang aku maksudkan dengan memanggil namanya, Albert segera berlari lantas membunuh monster lipan raksasa yang sedang dengan asyiknya menjadikan salah seorang penduduk itu sebagai santapannya.
Tanpa aku sadari, tampaknya telah ada seekor monster lipan yang berhasil lolos dari pemantauan kami lantas memasuki gerbang pertahanan kota lalu menuju ke pemukiman penduduk untuk mencari mangsa.
Ini kegagalanku.
Tetapi aku juga sadar bahwa ini adalah sesuatu yang tak terhindarkan sebab tak ada cara untuk mengetahui monster tipe apa kali ini yang akan keluar dari hutan monster untuk menyerang sebab gelombang monster yang terakhir baru saja berakhir tepat sebelum kedatangan kami dengan pengorbanan nyawa sang duke.
Sekarang setelah mengetahuinya bahwa itu adalah monster lipan dan gelombang monster belum akan berakhir selama pimpinan monster belum dikalahkan, kami bisa menyiapkan pertahanan dengan lebih matang.
“Warga sekalian. Aku telah menyiapkan sebuah tanaman Alctus untuk kalian tempatkan di dalam rumah kalian masing-masing demi menghindari kejadian yang sama terulang jika ada monster lipan yang berhasil lolos dari pengawasan kami lantas memasuki pemukiman penduduk.”
“Tanaman Alctus adalah tanaman yang efektif dalam menyebabkan gangguan sinyal antena peraba pada serangga termasuk monster lipan. Hal itu akan menyebabkan peluang kalian aman menjadi lebih besar jika ada monster lipan yang kembali menyerang ke pemukiman warga. Jadi, masing-masing dari kalian harap patuhi instruksi ini dengan menaruh satu tanaman Alctus untuk tiap satu rumah demi keselamatan kalian sendiri.”
Aku bahkan dengan air mata darah telah rela mengeluarkan dana yang sudah sangat minim di pembendaharaan kota itu demi membeli tanaman Alctus yang sangat mahal ini demi keselamatan warga kota. Tetapi apa yang justru menjadi tanggapan mereka,
“Eh, mengapa kami harus menempatkan tanaman berbau busuk seperti di dalam rumah kami? Tidak mau!”
“Tanaman menjijikkan ini sama menjijikkannya dengan si tiran es.”
“Dasar tiran jahat! Semau-maunya dalam menindas warga!”
Padahal seingatku, aku sama sekali belum pernah melakukan perbuatan apa-apa yang pantas untuk dikatakan sebagai tiran. Lagi-lagi hanya karena ramalan sialan itu…
Baiklah, kalianlah yang seenaknya telah men-judge-ku sebagai tiran lebih dulu.
Kalau kalian segitu inginnya melihat sosok tiran, maka baiklah, akan kutunjukkan kepada kalian bagaimana sosok tiran yang sesungguhnya itu!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Lallizzz
Good daripada sering dituduh ya mending langsung aja wujudin ya ga biar yg lain pada kaget sekalian
2025-01-17
0
Sarah ajha
Semangat kk, overall sudah bagus
semoga mc nya happy ending ya 👍
2023-05-08
1
Shopia Asmodeus
Bunga rafflesia sudah mampir 🌹🌹🌹
2023-01-03
1