Dua orang itu masih berbincang-bincang, hingga ponsel Doni berdering.
Doni segera menjawab panggilan telepon itu.
"Halo, ada apa sayang?" tanya Doni.
"Kakak kenapa lama sekali?" jawab Nayla.
"Kakak sedang bersama dengan Franda."
Nama itu sontak membuat Nayla benar-benar sumringah.
"Wah! aku mau bertemu dengan Kak Franda!" teriak Nayla di sambungan telepon.
"Nanti aku akan membawanya untukmu!"
"Oke."
Nayla langsung menutup panggilan teleponnya, Dion mendapatkan angin segar sebab dia tidak perlu merayu Franda untuk ikut bersamanya ke rumah.
"Aku tidak bisa pergi bersamamu karena ada pertemuan dengan teman baikku, teman saat SMA, Fito. Sebenarnya sudah dari 3 bulan lalu dia ingin bertemu, tapi aku memang sibuk. Hari ini, aku ingin menemuinya. Lain kali saja ya?" ucap Franda.
Dia sebenarnya tidak ingin menolak untuk bertemu dengan Nayla, selama ini dia juga sangat dekat, tapi ada hal yang harus dibicarakan bersama Fito.
"Oke, aku akan berusaha meminta pengertian darinya, tapi aku tidak janji, sebab dia selalu menangis ketika apa yang dia inginkan tidak tercapai!" ujar Dio.
Dion, tidak ingin melepaskan gadis yang sangat dia cintai begitu saja sehingga mencari banyak alasan supaya Franda mau ikut bersamanya.
Namun, keputusan sudah bulat.
Fito yang dibicarakan pun, tiba-tiba menelpon, momen ini sangat pas.
Franda segera menjawab panggilan itu.
"Bro! ada apa?" tanya Franda.
Kata-kata sang gadis terdengar maskulin, Dion merasa terkejut dengan perubahan drastis ini.
Akan tetapi, pria itu hanya bisa mendengarkan dan mengamati saja.
"Kau begitu sibuk dan tidak menjawab panggilan telepon! setelah wisuda katanya mau telepon aku?" ucap Fito.
"Iya, maaf. Aku sedang ada urusan, aku ini sekarang sudah tobat, tidak terlalu banyak tingkah jadi ponsel selalu berada di tas!" ungkap Franda.
"Haha, aku mendapatkan kiriman foto dari ibumu, katanya kau sudah jadi feminim ya? wkwkwk ... aku tertawa ketika melihatmu pakai rok!"
Fito memang sangat senang menggodanya, dia sama sekali tidak memiliki perasaan lain, Fito begitu ikhlas berteman dengan Franda sering membuatnya dalam masalah karena berada dalam situasi yang cukup penting yaitu bertarung dan bertarung.
"Kau pikir aku apa? dulu waktu SMA, aku juga pakai rok. Aku tidak pernah berubah hanya lagi pendiam saja," jelas Franda.
Sang gadis memang mengakui selama ini tidak pernah melakukan suatu hal yang begitu ekstrem, dia lebih sering menyendiri dan membaca buku.
Hanya saja, berapa kakak kelas yang ingin mendekatinya, tapi langsung gugup ketika bertemu dengan dosen bernama Dion.
Dion terkenal dengan keisengannya, dia tak bisa melihat Franda dekat dengan pria lain, entah itu dari lingkungan mahasiswa atau dosen.
"Wkkwwk ... aku tidak pernah melihatmu secara langsung jadi rasanya sangat aneh, 3 tahun berlalu baru kali ini aku benar-benar mendengar kau berbicara, beberapa waktu lalu kau hanya halo-halo saja. Kau tinggal dia puncak gunung atau dalamnya lautan?"
"Hahaha ... kau memang minta digantung!"
"Haha."
Dua orang yang sangat ramai meskipun di panggilan telepon membuat Dion melihat sisi lain dari seorang Franda.
Franda sudah membuang segala masa lalu tentang dirinya yang seorang gadis pemberani, dia tak akan memperlihatkan apapun jika tidak terdesak saja, meski dia pandai berkelahi tidak memilih untuk diam.
Seperti beberapa waktu lalu, dia berurusan dengan kakak kelas dan mendapatkan kekerasan fisik tetapi dia hanya diam dan pergi begitu saja.
Dia tak mau cari masalah, itu kata ibunya.
Semua masa lalu, sudah pergi.
Ini jiwa yang baru dari Franda.
"Kau ikut kerja denganku saja, bos nya teman kita lho!"
"Masa sih? siapa!"
"Kalau ingin tahu, cepat keluar, aku ada di depan cafe."
Franda mencari posisi Fito, dia benar-benar melihat pria dewasa yang lebih tampan.
Fito memang lebih menawan kala sudah dewasa.
"Dia ada di sana, wajahnya masih sama tapi jerawatnya sudah hilang," batin Franda.
Dia segera menutup panggilan telepon itu, lalu pamit pada Dion.
"Jangan lupa kembali padaku!"
"Apa?"
"Jangan lupa kembali, aku menunggumu."
Kata-kata Dion begitu dalam, dia mengiyakan apa yang Dion katakan.
"Iya, aku akan kembali. Dia teman akrab, juga tetanggaku dulu, kami sering main bersama. Jadi kau tidak perlu cemas, setelah ini aku akan menemui Nayla."
"Baik, semoga kau tidak berbohong."
Franda tersenyum, dia segera bergegas keluar dari cafe itu dan menemui Fito.
Di depan Cafe dengan jendela kaca yang tembus pandang, cukup membuat mual Dion, sebab dia tak suka melihat Franda terlalu dekat dengan pria lain.
Ini sangat menyebalkan.
Apalagi Fito dan Franda sangat akrab, mereka saling berpelukan.
Pandangan matanya hanya fokus pada satu titik, begitu kesalnya dia.
Terlihat jelas dari sorot matanya.
Dion panas, tapi dia coba sabar.
"Dia hanya teman Franda," ucap Dion mencoba menahan segala emosi, agar Franda tak merasa di kekang.
Dion berusaha menenangkan dirinya sendiri.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments