Daniella ditinggal sendiri oleh Evan. “Brengsek!” maki Daniella masih di dalam kamar hotel, dia mengambil tas-nya dan bersiap meninggalkan kamar hotel.
Saat menuju lift, dia melihat Veronika dan segerombolan pria, Daniella langsung memutar arah. Mencoba menjauh dari Veronika, dia punya firasat buruk bahwa perselingkuhannya dengan Evan telah terendus oleh Veronika.
Daniella terus berjalan. Namun, langkahnya semakin melemah karena rasa panas mendera tubuhnya, tangannya terulur pada dinding kamar hotel. Langkahnya semakin melambat, ingin secepatnya menjauh dari istri Evan, tiba-tiba pintu kamar yang dia jadikan sanggahan terbuka.
Daniella hampir terjatuh tetapi masih bisa menstabilkan berdirinya, matanya menangkap sesosok lelaki yang ada di depannya. “Kamu siapa?” tanya Daniella.
“Bukannya seharusnya aku yang bertanya siapa dirimu? Kenapa ada di depan kamarku?” tanya Jonathan tanpa ekspresi.
“Aku ….” Ucapan Daniella terhenti, terdengar derap langkah, dia merasa Veronika semakin mendekat. Daniella mendorong Jonathan masuk ke dalam kamar begitu pula dengan dirinya, lalu menutup pintunya.
“Apa yang kamu lakukan? Kenapa sembarangan masuk ke kamar orang?” tanya Jonathan masih dengan tanpa ekspresi.
“Tolong aku,” mohon Daniella yang mendekat pada Jonathan dan langsung menciumnya tanpa persetujuan.
Jonathan hanya melebarkan matanya saat mendapatkan ciuman tiba-tiba dari seorang wanita yang tidak dikenalnya. Ciuman singkat lebih tepatnya, karena hanya menempelkan bibir mereka, perlahan Jonathan mendorong Daniella. “Keluarlah dari kamarku,” perintah Jonathan tanpa emosi di dalamnya.
“Tolong aku!” Daniella semakin merasa kepanasan, dia mulai mencoba membuka pakaiannya sendiri.
Jonathan mendekati Daniella, mulai mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Dia mengangkat dagu Daniella, menatap lekat mata gadis itu. Raut wajah Jonathan seketika berubah. Meskipun wajah Daniella dipoles oleh riasan. Namun, tidak bisa melupakan mata gadis kecil yang selalu mengisi hatinya. “Aku akan menolongmu, Kakak,” bisik Jonathan dingin.
***
Keesokan harinya, sebelum Daniella membuka mata, hal pertama yang dia dengar adalah suara gemericik air. Karena merasa terganggu dengan suara air, dia menutup telinganya dan mencoba duduk dari tidurnya, memegang kepalanya yang sedikit pusing.
Badannya seperti habis berolahraga dengan gila, sakit dan pegal di sekujur tubuh, dia terdiam sejenak untuk mengumpulkan tenaga. Tak diduga, saat dia mulai mendapatkan kesadarannya, dia mulai menyadari bahwa dirinya tidak berbusana. Dia masih belum mengingat kejadian sebelumnya, masih mencoba mengingat ingat apa yang telah terjadi.
Clek!
Suara air terhenti, pintu kamar mandi terbuka, pandangan mata mereka bertemu, Daniella masih menatap pria yang keluar dari kamar mandi yang hanya melilitkan handuk di pinggangnya. Pria dengan perawakan termasuk jangkung dan memiliki otot di perut tetapi bukan otot seperti binaragawan, terlihat kurus. Namun, terlihat tampak kuat.
Wajah pria tampan tanpa bulu di wajah, lebih mirip ke pria cantik di mata Daniella. Rambut ikal yang sedikit panjang itu basah, tetesan airnya mengalir ke perut dan terus ke bawah hingga terserap oleh handuk yang melilit di pinggangnya. Sedetik kemudian, Daniella berteriak. “Siapa kamu?” Dia pun langsung menutup dirinya sendiri dengan selimut.
“Kamu siapa?” tanya balik Jonathan. Dia melepas handuk yang melilit di pinggangnya tanpa malu dan memulai memakai pakaiannya di depan Daniella.
“Dasar tidak tahu malu!” teriak Daniella melempar bantal ke arah Jonathan.
Jonathan hanya menangkap bantal tersebut, tidak mengerti mengapa Daniella melempar bantal padanya, dirinya memang berpakaian di depan Daniella. Namun, dia tidak bertelanjang, dia sudah menggunakan boxer dari dalam kamar mandi. “Jonathan Gu!” Jonathan memperkenalkan dirinya sendiri.
Jonathan menatap lekat Daniella, memiringkan kepalanya, meskipun dirinya telah banyak berubah dan selama mereka saling mengenal Jonathan hanya memperkenalkan dirinya sebagai J. Bukankah mata seharusnya tidak pernah berubah Jonathan ingin tahu apakah Daniella mengingatnya.
Daniella hanya memicingkan matanya, heran dengan lelaki di depannya yang malah memperkenalkan dirinya. “Pergi dari sini!” usir Daniella.
Ada rasa kecewa di hati Jonathan. “Ini kamarku!” seru Jonathan.
Jonathan selesai memakai kaos dan juga celana jeans-nya, dia mengambil paper bag dan memberikan pada Daniella. “Pakai ini, pakaianmu yang kemarin sudah tidak bisa digunakan lagi.”
Daniella masih mencerna apa yang sebenarnya terjadi pada mereka, mulai mengumpulkan kepingan-kepingan ingatan, minuman dari Evan hingga dia masuk ke dalam kamar Jonathan. “Semalam kita ….” Ucapan Daniella terhenti, tidak sanggup berkata lagi, menolak mengetahui kenyataan bahwa dia menghabiskan malam panas bersama pria asing.
Ingin menangis tetapi sulit baginya, kepalanya seperti ada beban batu besar. Daniella melirik ke arah Jonathan, betapa bodohnya dia sampai terperdaya oleh Evan dan lebih parahnya lagi adalah terlibat dengan pria asing di depannya ini.
Ting tong! Suara bel berbunyi.
Suara bel kamar hotel terdengar sangat keras secara berulang. “Cepat pakai pakaianmu dan pergilah!” perintah Jonathan, hatinya kecewa karena Daniella tidak mengingatnya. Dia berjalan menuju ke arah pintu.
Daniella masih menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Berniat beralih ke kamar mandi untuk memakai pakaiannya.
Jonathan mendorong handle pintu. Brak! Pintu langsung terbuka, terdorong dari arah luar. Begitu banyak para reporter di depan pintu kamar hotelnya. Jonathan langsung menahan agar para reporter tidak masuk. Namun, pintu tidak tertutup sempurna karena tertahan oleh para reporter yang pada akhirnya pintu tersebut terbuka setengah.
“Nona Daniella dan Tuan Evan ….” Ucapan para reporter terhenti, pria yang membuka pintu bukanlah Evan.
Para reporter diam di tempat, mereka tertegun melihat pria yang berdiri di depan mereka adalah pria asing. Para wartawan mendapatkan info, ada perselingkuhan yang dilakukan oleh Evan Su dan Daniella Tan.
Berita yang beredar bahwa Evan dan Daniella berselingkuh sudah tercium media. Namun, tidak kuatnya akan bukti dan kini mereka mendapat informasi bahwa Evan dan Daniella tengah menghabiskan malam bersama.
Otak manusia berada di tubuh masing-masing orang, memiliki pemikirannya tersendiri. Begitu pun dengan para wartawan. Ada yang berpikir mereka salah kamar, ada yang berpikir mereka mendapat informasi yang salah.
Mengapa bukan Evan yang ada di dalam kamar?
Apakah salah kamar?
Apakah ada yang memberikan informasi palsu?
Seorang reporter mendorong Jonathan dan melihat seorang wanita yang sedang duduk berbalut selimut. “Nona Daniella,” teriak salah seorang wartawan. Dia yakin wanita itu adalah Daniella.
Cepret! Cepret! Seketika para reporter memotret Daniella dari ambang pintu. Daniella seketika mulai pucat, gugup melandanya, dia semakin mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya.
“Nona Daniella bisa kau keluar dan memberi penjelasan ....” Suara seorang reporter terhenti. Jonathan mendorong para reporter itu. Dia berusaha untuk menutup pintunya.
Tidak bisa mendapatkan berita besar dari Evan seorang pengusaha yang terkenal, setidaknya para reporter masih mendapatkan berita besar dari seorang model terkenal menghabiskan malam panas dengan seorang pria asing. Pria yang tidak dikenal identitasnya, meskipun masih tergolong pria tampan. Namun, apa artinya jika tidak memiliki kekayaan.
“Tuan, apa kalian memiliki hubungan khusus?” tanya seorang reporter.
“Tuan, apa kau pelanggan Nona Daniella?” tanya seorang reporter pada Jonathan.
Pertanyaan-pertanyaan dari reporter membuat hati Daniella semakin sakit, dia sudah dengar bahwa dirinya dijadikan bahan gossip sesama teman modelnya yang menuduhnya menjadi pelakor di kehidupan rumah tangga Evan. Meskipun dia tahu bahwa dia bukan istri Evan. Namun, dia terlebih dulu pacaran dengan Evan, dan saat ini, para reporter menganggapnya sebagai wanita panggilan.
Para reporter semakin mendorong Jonathan untuk berusaha masuk. Namun, tidak akan Jonathan biarkan. “Keluar kalian semua!” seru Jonathan.
Para reporter tidak ada yang mematuhi perintah Jonathan.
Bugh!
Jonathan meninju salah satu reporter yang mengakibatkan reporter yang terkena pukul tersungkur. Seketika para reporter lainnya terdiam melihat aksi Jonathan.
Bruk! Jonathan membanting pintu keras, dia tidak peduli dengan reporter yang dipukulnya. Para reporter pun salah dengan tidak tahu malu masuk ke dalam kamar hotel Jonathan.
Para reporter hanya mendapat info bahwa ada perselingkuhan oleh pengusaha terkenal dan juga model papan atas. Namun, ternyata informasi tersebut salah, tidak ada Evan di dalam kamar tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments