Jantung Bu Maria seakan berhenti berdetak mendengar pengakuan pria tua yang jika dilihat dari pakaiannya, tentulah pria ini bukan pria biasa.
"Apa maksud Anda?" tanya Bu Maria dengan perasaan yang mulai bergemuruh. Pikirannya mulai melayang pada praduga. Mungkinkah laki-laki ini adalah kerabat dari Miki? batinnya
"Maksud saya sudah jelas, Bu. Saya yang telah meninggalkan bayi itu di sini, dan saya juga yang akan mempertanggungjawabkan perbuatan saya dengan meminta hak adopsi terhadap anak itu," tegas Tuan Hanzel.
"Dasar orang tidak waras!" dengus Bu Maria yang semakin merasa kesal dengan perkataan tak berarah dari tamu tak diundangnya.
"Hhh...."
Tuan Hanzel menghela napas. Tidak ada gunanya juga bersitegang dengan seorang wanita paruh baya yang sedang duduk anggun di depannya.
"Begini saja, Bu. Saya datang kemari untuk menebus dosa saya di masa lalu. Karena berniat menolong seorang gadis malang, saya justru telah mengambil kehidupan bayi kecil yang seharusnya tumbuh dalam sebuah keluarga. Dan bayi itu adalah Miki, anak yang akan diadopsi oleh anak angkat saya," tutur Tuan Hanzel.
"Anak angkat?" ucap Bu Maria, kaget. "Ish, apalagi ini? Tolong jangan terlalu bertele-tele, Tuan. Sungguh saya tidak punya waktu untuk melayani kekonyolan Anda," lanjut Bu Maria mulai geram.
"Baiklah Ibu Maria yang terhormat. Sekali lagi saya katakan, anggap saja permintaan saya ini adalah penebusan dosa saya terhadap anak itu. Saya mohon dengan sangat, tolong berikan hak asuh Miki kepada putra angkat saya, Argha," kata Tuan Hanzel seraya mengatupkan kedua telapak tangannya.
"Jadi, tuan Argha Putra Adisastra itu putra Anda?" tanya Bu Maria penuh penekanan.
"Benar," jawab singkat Tuan Hanzel.
"Huh, dengan latar belakang Anda yang mengaku telah membuang Miki kemari, bagaimana mungkin saya bisa memberikan hak adopsi kepada putra Anda. Jangan-jangan, putra Anda sama bejatnya dengan Anda," ucap sinis Bu Maria.
"Jaga bicara Anda, Nyonya!" seru Maxi. "Astaga, untung saja Anda perempuan, seandainya Anda laki-laki, sudah aku robek mulut Anda yang pedas itu!" lanjut Maxi geram.
Bu Maria hanya memutar kedua bola matanya, jengah dengan perkataan seorang ajudan sok jagoan yang selalu melindungi atasannya. Sekali pun sang atasan berbuat salah.
"Saya bisa pastikan jika Argha akan memperlakukan Miki layaknya Ayah kandung," ujar Tuan Hanzel.
"Hmm, sepertinya Anda yakin sekali akan hal itu, Tuan. Apa jangan-jangan, Argha memang ayah kandungnya Miki?" selidik Bu Maria.
"Jangan salah paham dulu, Bu Maria. Tidak baik berprasangka buruk. Kebenarannya adalah, saya yang membawa Miki kemari atas permohonan ibu kandungnya, Ilona. Dan laki-laki itu, dia sahabat dari Ilona. Dan saya yakin, Ilona tidak semata-mata menyerahkan Miki begitu saja kepada Argha, melainkan karena ingin memberikan yang terbaik untuk anak itu. Saya berani jamin jika Argha dan Gintani akan menjadi orang tua yang sangat baik untuk Miki," papar Tuan Hanzel.
"Gintani?" ulang Bu Maria seraya mengernyitkan keningnya.
"Ya, Gintani. Istri dari Argha."
Tuan Hanzel mengeluarkan selembar foto dari dompetnya. Rupanya, itu adalah foto Argha Gintani dan almarhum Richard yang pernah dia ambil saat pesta dulu. Sejurus kemudian, Tuan Hanzel menyerahkan foto tersebut ke tangan Bu Maria.
Senyum tipis terukir di kedua sudah bibir Bu Maria saat melihat wajah Gintani yang begitu meneduhkan. Sinar bening yang terpancar dari kedua bola mata milik Gintani, seakan menjadi magnet tersendiri bagi wanita paruh baya itu. Entah kenapa, tiba-tiba saja sebuah keyakinan muncul dalam hatinya. Ya! Bu Maria yakin jika Miki akan tumbuh menjadi pribadi yang baik dengan didikan wanita itu.
Setelah melihat foto Gintani dan Argha, hati Bu Maria pun luluh. Pada akhirnya, dia pun berniat untuk menyerahkan hak asuh Miki kepada Argha.
"Baiklah, akan saya pertimbangkan lagi keinginan putra Anda. Sepertinya pembicaraan kita sudah selesai, Tuan. Saya rasa, Anda tidak harus diberi tahu, 'kan ... di mana pintu keluar ruang ini berada?" ucap Bu Maria mengusir dengan halus kedua tamunya.
"Kau?!"
Maxi berdiri dengan wajah yang sudah semakin memerah karena marah. Namun, Tuan Hanzel memberikan isyarat agar Maxi duduk kembali.
"Baiklah Bu Maria, tidak usah khawatir. Saya tahu kapan dan ke mana kaki saya akan melangkah. Ayo, Maxi!"
🍁🍁🍁
Setelah dua hari tanpa kabar, akhirnya Argha mendapatkan panggilan juga dari pihak panti asuhan yang membesarkan Miki. Hari ini, surat adopsi Miki telah keluar, dan hari ini juga Argha sudah bisa membawa Miki keluar dari panti asuhan tersebut. Meski ada sedikit keraguan di hati Argha, tapi Argha tetap melanjutkan niatnya untuk mengadopsi Miki.
"Ayo Miki, kita pulang!" ajak Argha kepada bocah kecil itu.
Miki tak menjawab. Namun, dia pun tak membantah ajakan Argha. Sebelum Miki pergi, dia meminta waktu pada Argha untuk menemui para pengasuh dan teman-temannya.
"Apa aku boleh berpamitan kepada semua teman-temanku?" tanya Miki menatap Argha begitu dingin.
Argha mengangguk, dia memberikan izin dan membiarkan Miki untuk berpamitan kepada para warga panti.
Miki kembali masuk ke dalam. Satu per satu, dia menyalami teman-temannya dan para pengasuh di sana. Miki menghampiri Bu Maria. Dia pun memeluk Bu Maria dengan erat. Air mata perpisahan mulai menetes di kedua pipinya.
"Sst ... jangan menangis, Nak! Kamu sangat beruntung karena ada orang yang bersedia merawatmu. Baik-baik di tempat barumu ya, Nak. Patuhi semua perintah dan nasihat orang tuamu di sana. Yang terpenting, tolong jangan bertingkah yang aneh-aneh, yang bisa merugikan diri kamu sendiri," ucap Bu Maria, menasihati putra asuhnya.
Miki tak mampu berkata apa pun. Semua kalimat terasa hilang begitu saja saat dia menyadari jika setelah semua ini, semuanya akan terasa berbeda. Miki hanya bisa menganggukkan kepalanya sebagai tanda dia telah mengerti ucapan bu Maria.
"Miki pergi dulu, ya, Bu. Ibu jaga diri baik-baik. Nanti kalau Miki sudah besar dan menjadi orang sukses, Miki pasti akan datang ke tempat ini lagi untuk menjenguk Ibu," ucap Miki.
Ibu Maria merasa terharu dengan semua ucapan Miki. Dia pun kembali memeluk Miki.
Setelah selesai berpamitan, Miki kembali menghampiri Argha. Sejurus kemudian, dia mengikuti langkah Argha yang telah masuki mobilnya. Mata beningnya menatap kosong rumah yang selama 7 tahun membesarkannya hingga hilang dari pandangan.
🍁🍁🍁
Untuk sesaat, Argha membawa Miki ke rumah Tuan Hanzel. Dia hendak berpamitan karena akan kembali ke Indonesia.
"Tolong cari istri dan anak kamu, Nak. Bawa dia kemari, Daddy sangat merindukan dia," ucap Tuan Hanzel.
Argha hanya tersenyum kecut mendengar permintaan ayah angkatnya. Hatinya kembali teriris tatkala mengingat kehancuran rumah tangganya yang disebabkan oleh sahabatnya sendiri.
"Akan argha usahakan, Dad," jawab Argha.
Tuan Hanzel tersenyum, seraya berkata, "Do'a Daddy selalu bersama kalian."
"Terima kasih, Dad. Kalau begitu, Argha pulang dulu. Daddy jaga kesehatan, jangan terlalu capek dan banyak pikiran juga," pesan Argha.
'Iya, Nak. Sampaikan salam Daddy untuk ayah kamu," sahut Tuan Hanzel.
"Iya, Dad. Nanti Argha sampaikan," pungkas Argha.
Miki yang tidak ingin turun dari mobil, hanya memutar kedua bola matanya saat menyaksikan basa-basi kedua pria berbeda generasi itu. Dia merasa jengah dengan Argha yang bisa bersikap ramah, tapi tega membuangnya.
"Huh, pria munafik!" ucap Miki geram seraya menatap tajam ke arah Argha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Putri Minwa
wow keren
2024-05-07
0
Neulis Saja
next
2023-02-14
1
Lilis Lestari
akhirnya yg di tunggu2 datang jg.
2023-01-19
1