Bagian 5

Sekitar 15 menit mereka membuat opening untuk konten pertama mereka. Setelah selesai, mereka berlima berjalan ke arah lobi untuk menaiki tangga ke lantai 2.

"Jalan duluan Ham, masa yang pegang kamera paling depan," dorong Deni kepada yang lain.

"Iya iya, eh Fik sini depan temenin gue," pinta Ilham menarik tangan Fikri.

"Yailah takut banget lu," sindir Fikri.

"Den, langsung mulai ngerekam dari tangga aja, biar keliatan semua," saran Riska yang ada di depannya.

"Okay, memori cuma cukup rekam 40 menit nih, kita enggak bisa lama disini, pas selesai langsung pindahin ke laptop biar bisa lanjut ngerekam di lantai satu," ucap Deni.

"Iya enggak apa den," ucap Citra.

"Yaudah, gue mulai," ucap Deni.

Mereka berjalan selangkah demi selangkah menuju ruangan gudang sambil melihat sekeliling ruangan. "Permisi, kami numpang masuk sebentar," ujar Citra.

Deni, Citra dan Ilham masuk ke ruang gudang untuk merekam apa yang ada disana, sementara Riska dan Fikri menunggu di luar pintu.

Huuffff... angin kecil berhembus pelan di sekitar mereka.

"Iiih leher gue kayak ada yang tiup, jadi merinding gue, udah ngerekam semuanya kan Den? Yuk lanjut ke tempat selanjutnya," ucap Citra pelan.

"Ada kelelawar disini, berapa lama ini gudang enggak di bersihin?" tanya Ilham pada mereka sambil melihat ke bagian atas dengan senter.

"Kata Pak Dimas sih udah lama pintu gudang enggak dibuka," ucap Citra.

"Kalau kelelawar kan bisa masuk dari sela ventilasi," tambah Citra.

"Iya juga sih," ucap Ilham.

"Terlalu banyak sarang laba-laba sama barang yang udah enggak di pake disini jadi susah buat bergerak, yuk keluar," ucap Deni sambil membersihkan bajunya dari sarang laba-laba.

Mereka bertiga berjalan keluar menuju pintu gudang. Sesaat sebelum keluar pintu gudang, tangan Deni yang memegang kamera terkena air yang jatuh dari atas.

"Aduh tangan gue kena air nih, Cit minta tolong usapin pake tisu," ucap Deni.

"Hahaha.... dikencingin kelelawar si Deni," canda Ilham.

Citra mengarahkan senternya ke tangan deni untuk mengusapnya menggunakan tisu tapi yang terlihat ternyata adalah tetesan darah. "Den, ini darah den," kata Citra dengan suara pelan.

"Iya gue liat kok Cit," balas Deni.

Tangan kiri Deni yang memegang senter dan tangan kanan yang memegang kamera secara bersamaan menyorot bagian atas dari asal tetesan darah yang jatuh. Tepat dari atas lemari, terlihat sosok wanita dengan muka penuh darah tersenyum sangat lebar melihat ke arah Deni.

"Astagfirullah, lari lari!!!" perintah Deni.

"Aaaaaaa!!" Citra berteriak.

Fikri dan Riska yang berada di luar ikut panik melihat teman-teman mereka yang berlarian keluar dan ikut berlari.

"Cit, lu ngapain teriak dah," protes Ilham.

"Gue takut banget sumpah," balas Citra.

"Turun tangga, turun tangga," pandu Fikri.

Fikri yang berada paling depan saat belok untuk menuruni tangga tiba-tiba terjatuh. Melihat sesuatu yang sangat mengerikan menatapnya. Ia langsung putar balik berlari menuju teman-temannya, "Masuk kelas, jangan turun tangga! Ada setan!" ujarnya panik.

Citra membuka salah satu ruang kelas di dekat tangga namun tidak terbuka-buka karena tangannya terlalu gemetar untuk memasukan kunci ke dalam lubang pintu. Deni yang penasaran dengan sosok yang dilihat Fikri ingin mendekat sedikit untuk bisa merekam sosok tersebut.

"Udah kebuka nih, masuk cepet!" seru Citra.

"Sebentar, gue harus rekam ini dulu," ucap Deni berani yang berdiri di depan Citra. Saat ingin zoom ke arah tangga, tiba-tiba sosok hitam tersebut sudah berada tepat di depan kamera Deni, dengan muka hancur tidak terbentuk.

Hmmmm...... Suara dari sosok hitam tersebut.

"Aaaaahhhhh!" teriak Citra yang berdiri di belakang Deni.

"Astagfirullah!" Deni refleks melepaskan kamera dan senter di tangannya lalu menyusul teman-temannya masuk ke dalam kelas.

Mereka berlima berada di bagian bangku paling belakang di kelas. Deni menghadap tembok dengan nafas yang tidak teratur.

"Ini beda banget sama di video yang sering gue tonton di UTube, ini jauh lebih seram," ucap Riska yang bersandar di tembok sebelah Ilham.

Citra melihat Fikri sudah tergeletak di ubin sambil mengatur nafas dengan kedua tangan menutup mukanya.

"Fik, yang tadi di tangga ada apa?" tanya Ilham.

"Susah di jelasin, Deni sama Citra mungkin tadi sempet ngeliat, karena dia ngerekam dulu sebelum masuk ke kelas," ucap Fikri.

"Yaudah, kita tenangin diri dulu disini," ucap Riska.

"Tinggal kita pikirin gimana caranya buat turun tangga terus keluar ke tempat parkiran," ucap Citra.

"Kita disini aja sampai jam lima pagi, ini udah paling aman fix no debat," ujar Deni mencoba bertahan.

"Berarti konten kita gagal ya," ucap Riska.

"Lupain konten dulu, yang lebih penting kita keluar selamat dari sini," ucap Ilham.

"Iya Ham," ucap Riska.

"Gue paling apes kayaknya, ngeliat dua makhluk dari jarak deket semua, kapok gue bikin konten kayak gini," ucap Deni yang masih shock.

"Maaf ya temen-temen, karena bikin konten ini usul gue, jadi enggak enak sama lu semua gue" ucap Riska merasa bersalah.

"Enggak apa Ris, ini kan kemauan kita semua, enggak usah di pikirin," ucap Ilham.

Lalu hening.

Citra melihat jam di ponselnya menunjukan pukul 02:48.

"Subuh masih dua jam lagi, login game dulu ah biar waktu gak kerasa," pikirnya.

Citra pun memainkan game untuk menetralkan suasana.

1 jam berlalu.

"Yaahh lowbet, lagi asik padahal," gerutunya.

Citra menengok sebelah kanan terlihat Ilham dan Riska sudah tertidur, begitu pula di sebelah kiri terlihat Fikri sudah mengorok dan Deni yang tertidur dalam posisi duduk dengan tangan melipat.

"Buset dia pada pules, pada capek kali ya," ucap Citra. "Ikut tidur juga ah, Bismillahirrahmanirrahim."

Baru beberapa menit Citra memejamkan mata, ia dikejutkan dengan bau busuk yang menyengat.

"Hmmm, bau telor busuk anjirrr." ucapnya dengan tangan kanan menutup hidung.

"Fikri pasti nih tidur kentutnya bau banget bikin gue mau muntah, bikin orang jadi enggak bisa tidur, gue sumpel pake jaket gue juga nih," gerutu Citra.

Citra membuka mata lalu melepaskan jaket dan mengambil senternya yang masih menyala menyoroti ubin.

"Eh ini apa depan gue?" Citra menyoroti senter yang ada di depannya.

Pocong berdiri tepat di depan Citra yang hanya berjarak satu meja dengan muka pucat penuh lubang di sekeliling wajah dengan mata yang tertutup.

"Aaaaaaaaahhhhhh pocooonngg!!!" teriakan Citra membangunkan semua temannya.

Citra bergegas bangun dan berlari dari sebelah kiri melompati Fikri yang terlentang di ubin berlari meninggalkan kelas. Ia mengambil senter dan kamera yang tergeletak di depan kelas sambil berlari menuruni tangga.

"Gue harus ke parkiran secepatnya," pikirnya.

Citra berhasil menuruni tangga tanpa ada gangguan.

"Pintu lobi di depan, ayo Citra lari sedikit lagi!" perintahnya pada dirinya sendiri.

Setelah keluar dari lobi, Citra berlari ke tenda dan masuk ke dalamnya. Citra langsung merebahkan badannya di alas tenda. "Huuuuuuu, aman," ucap Citra sambil mengatur nafas.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

top 👌👌,,

2022-12-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!