BAB 20

Ulfi dan Sarah kini berjalan meninggalkan kawasan santri putra sambil membawa buku titipan ustadz Ammar.

"Sarah, tadi kata ustadz Ammar kita mau ketemu dimana?" tanya Ulfi yang tadi tidak begitu jelas mendengar penjelasan Ammar saat menitipkan buku itu. Bukan karena ia tidak ingin mendengar, hanya saja fokusnya terbagi saat ia menatap tajam suaminya itu.

"Katanya tadi di depan kantor SMA," jawab Sarah.

"Kok jauh banget, kayak orang pengen ketemuan aja," gerutunya.

"Iya yah, padahal bisa kan ustadzah ambil bukunya besok saja saat bertemu di kantor," timpal Sarah.

Semenjak Sarah menyampaikan perasaannya ke ustadz Ammar kepada Ulfi, ia merasa lebih nyaman untuk menceritakan keresahannya yang berhubungan dengan ustadz Ammar. Meskipun Ulfi merasa tudak nyaman dengan sikap Sarah, Ulfi tetap memilih diam agar rahasianya tidak ketahuan.

"Sarah, itu ustadzah Maryam, ayo," ucap Ulfi sambil menunjuk ke arah wanita berkerudung pink yang tampak begitu cantik.

Mereka pun berjalan bersama menghampiri ustadzah Maryam.

"Assalamu 'alaikum, ustadzah," ucap kedua gadis itu, membuat wanita itu langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Wa'alaikum salam," jawab wanita itu dengan suara lembut dan senyuman manisnya.

"Afwan ustadzah, ini ada buku titipan dari ustadz Ammar," ujar Sarah dengan begitu sopan, seketika raut wajah wanita itu berubah.

"Kok kalian yang bawa bukunya? Kalian dari mana? ustadz Ammarnya kemana?" cecar ustadzah Maryam yang begitu penasaran.

"Kami tadi kebetulan dari rumah ustadz Ammar untuk menyetor hafalan, lalu beliau menitipkan buku ini kepada kami untuk di berikan kepada ustadzah," jelas Sarah.

Untuk urusan berbicara dengan para ustadz dan ustadzah, Ulfi menyerahkannya kepada Sarah yang memang sangat santun dan terarah dalam berbicara, berbeda dengan dirinya yang kadang keceplosan sana-sini saat sedang gugup.

"Oh begitu, ya sudah, syukron," jawab ustadzah Maryam lalu pergi. Tampak jelas dari wajahnya bahwa saat ini ia sedang kecewa.

Kini Ulfi maupun Sarah kembali ke asrama, namun belum juga masuk ke kamar, Ulfi langsung di panggil oleh ustadzah Fauziyah, sehingga ia mengurungkan niatnya masuk ke dalam kamar.

"Iya ustadzah?"

"Kamu diminta ustadz Ammar untuk ke rumahnya sekarang, katanya kamu belum selesai praktek gerakan sholat," ucap ustadzah Fauziyah lirih, "oh iya, katanya sebaiknya kamu pergi sendiri saja," lanjutnya dengan senyuman penuh arti.

"Lah, kenapa baru bilang sekarang sih? Kan tadi aku masih disana, ish dasar menyebalkan," gerutu gadis itu dalam hati.

Meskipun kesal, Ulfi tetap melangkahkan kakinya menuju ke rumah suaminya itu.

"Assalamu 'alaikum, kakek?" panggil Ulfi yang berada di depan rumah kakek Hasan.

"Wa'alaikum salam, Ulfi ada apa?" tanya kakek Hasan setelah membuka pintu.

"Heheh, kakek, Ulfi mau pinjam pintu belakang rumah kakek," jawabnya sambil cengar-cengir.

"Pinjam pintu belakang?" tanya sang kakek, namun yang di tanya langsung saja masuk dan berjalan menuju pintu belakang rumahnya.

"Ini kakek, Ulfi mau ke rumah ustadz Ammar, dan pintu belakang rumah kakek menjadi akses paling aman supaya tidak ada yang melihat dan curiga," jelas Ulfi lalu keluar menuju halaman belakang.

"Ckckck, dasar anak itu." Kakek Hasan hanya bisa menggeleng pelan melihat tingkah ajaib cucunya itu.

Tok tok tok

Ulfi mengetuk pintu belakang rumah Ammar tanpa mengeluarkan suara.

Ceklek

Pintu pun terbuka dan menampakkan wajah Ammar yang tersenyum manis kepadanya.

"Kenapa ustadz memanggil saya lagi?" tanya Ulfi yang masih sedikit kesal.

"Kamu belum mempraktekkan gerakan sholat kan? Sekarang saya mau lihat kamu menghafal bacaan sholat beserta gerakan sholatnya.

"Kenapa nggak bilang dari tadi aja ustadz, capak tahu kesana-kemari," gerutu gadis itu dengan wajah yang di tekuk.

"Maaf, masuklah dulu untuk istirahat, setelah sholat maghrib saja nanti kamu praktekkan, kalau sekarang tanggung, bentar lagi maghrib," ujar Ammar.

Tanpa salam dan bicara apapun, Ulfi langsung masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa.

"Ustadz, tanggung banget sih nyuruh saya kesini, pasti besok kena hukuman lagi karena saya tidak hadir sholat berjamaah di masjid." Gadis itu masih saja menggerutu tiada henti hingga semua perkara ia jadikan masalah.

"Nggak apa-apa, hitung-hitung kamu belajar ngerjain urusan rumah tangga, ambil hikmahnya saja," ucap Ammar santai.

"Ih, kok ustadz ngomongnya gitu, tanpa kena hukuman pun saya bisa belajar ngurus pekerjaan rumah tangga dengan cara yang lebih baik. Hah, susah memang bicara sama ustadz killer menyebalkan," umpat Ulfi lagi.

Ammar yang mendengar umpatan istri kecilnya itu hanya menggeleng kecil sembari bersiap-siap untuk sholat berjama'ah di masjid.

Beberapa menit berlalu, Ulfi yang merasa sangat bosan menunggu akhirnya tertidur di sofa. Saking nyenyaknya tidur, suara ketukan pintu dari Ammar pun tidak bisa membangunkannya.

"Astaghfirullah malah ketiduran, pasti belum sholat."

Ammar duduk di samping Ulfi yang sudah melepas kerudungnya, tangannya terulur untuk mengusap lembut surai rambut gadis itu. Bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman menawan tatkala melihat mulut Ulfi yang sedikit terbuka saat tidur.

"Pasti sulit menjalani kehidupan barumu ini, berusahalah meski terpaksa, semoga Allah mengubah keterpaksaan itu menjadi keikhlasan," lirihnya lalu mengecup kening Ulfi dengan begitu lembut.

Melihat Ulfi tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun meski ia telah mengusiknya dengan sebuah kecupan, Ammar akhirnya membangunkan Ulfi dengan cara menggoyang tubuhnya.

"Ulfi, bangun, sholat dulu yah," ucap pria itu dengan begitu lembut.

Namun yang di bangunkan justru hanya memperbaiki posisi tidurnya.

"Baiklah jika kamu tidak ingin di bangunkan dengan cara ini, maka saya akan menggunakan cara lain." Ammar menjeda berkataannya sambil tersenyum miring. "Saya cium saja yah," lanjutnya menanti respon sang istri.

Ummmm

Ammar sengaja memperbesar suaranya saat hendak mendaratkan ciuman di pipi Ulfi, namun si empunya pipi dengan cepat membuka mata.

"Iiiih ustadz ngapain sih," Ulfi refleks bangkit dari tidurnya dan mendorong tubuh Ammar hingga ia terjungkal ke belakang.

"Astaghfirullah punggungku," pekik Ammar sembari memegangi punggungnya yang terasa ngilu.

"Makanya jangan macam-macam ustadz," ketus Ulfi sembari memalingkan wajahnya.

💮💮💮

Seteleh menyelesaikan sholatnya, Ulfi kini sedang berdiri di hadapan Ammar sambil memakai mukena.

Meski sedikit lambat, Ulfi mampu mempraktekkan gerakan sholat itu lengkap dengan bacaan sholatnya dengan sangat baik. Hingga akhirnya ujiannya berakhir.

"Alhamdulillah, kamu berhasil Ulfi, mulai saat ini tidak ada lagi alasan bagi kamu untuk meninggalkan sholat," ujar Ammar dan di angguki Ulfi.

Tok tok tok

Mendengar ketukan pintu, Ulfi bergegas lari ke dalam kamar sembari mambawa barang-barangnya.

"Assalamu 'alaikum," ucap seorang wanita di depan pintu.

"Maryam? Ada apa? Kenapa kamu kesini?" tanya Ammar sembari menutup pintu rumahnya dari luar dan mempersilahkan Maryam duduk di kursi teras.

"Ustadzah itu lagi, kenapa dia kesini? apakah benar ustadzah Maryam menyukai ustadz Ammar? Batinnya bertanya-bertanya.

"Kenapa juga pintunya di tutup, issssh bikin penasaran saja, apa yang mereka bicarakan yah? Kok lama banget?" lanjutnya dengan sederet pertanyaan yang hanya terdengar olehnya. Ia berjalan mendekati pintu untuk mendengar pembicaraan mereka.

Namun sayang, saat ia berjalan mendekati pintu, tangannya tidak sengaja menyenggol sebuah vas bunga kaca yang berada di atas meja, dan

Prangg

-Bersambung-

Terpopuler

Comments

Authophille09

Authophille09

jiwa kepo Ulfi meronta-ronta😂

2022-12-25

1

Azla

Azla

ustzh maryam sepertinya sangat menyukai Ammar

2022-12-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!