BAB 19

Kini jam pelajaran pun di mulai, dan kali ini yang mengajar di kelas 2 SMA itu adalah ustadzah Maryam. Pembawaan ustadzah Maryam yang begitu tenang saat menyampailan materi, membuat para santri yang menjadi anak didiknya merasa nyaman dan lebih mudah dalam memahami. Apalagi cara berbicara ustadzah Maryam yang lembut, sehingga para santri tidak merasa canggung saat ingin menanyakan sesuatu.

Berbeda dengan ustadz Ammar yang pembawaannya tegas, sehingga kadang santri agak canggung dan ragu untuk mengajukan pertanyaan.

Kurang lebih 90 menit telah berlalu. Setelah mengucapkan salam, ustadzah Maryam langsung keluar dari kelas itu.

"Masya Allah, bidadari surgaku," ujar Syafri, pandangannya sejak tadi tidak lepas dari wanita cantik itu hingga hilang di balik pintu.

"Woy, jaga mata woy," celetuk Lisa.

"Apaan sih Lis, mengagumi kan bukan dosa," kilah Syafri lalu berjalan ke pintu kelas dan mengintip ustadzah Maryam yang sedang berjalan menuju kantor.

"Mengagumi dari mata turun ke hati, hati-hati jangan sampai mengotori hati karena setan paling suka bermain hati," imbuh Ika menyindir Syafri.

"Iya ibu Ika, aku kan hanya manusia biasa, mana bisa aku mengontrol hatiku kepada siapa dia akan berlabuh," sanggah Syafri.

Mereka terus saja beradu argumen hingga bel tanda jam istirahat telah berbunyi.

"Guys ke kantin yuk, aku traktir," ajak Ulfi kepada teman sekamarnya.

"Oke," jawab mereka kompak.

Ulfi beserta teman-teman satu kamarnya kini sedang berjalan bersama menuju koperasi untuk membeli jajanan sederhana.

Traktirnya berapa banyak nih Ulf?" tanya Sinta.

"Sepuas kalian aja," ujar Ulfi sembari tersenyum miring.

Ia teringat pagi tadi saat Ammar memberikan uang jajan kepada Ulfi dengan nominal yang lumayan. Entah bisikan darimana, Ulfi justru hendak mengerjai suaminya itu dengan membuatnya pusing perihal uang jajannya.

Mereka begitu menikmati jajanan mereka hingga suara ustadzah Maryam yang datang bersama ustadz Ammar membuat perhatian mereka teralihkan pada dua orang yang tampak seperti pasangan yang begitu serasi.

"Ish, kenapa dia ikutan kesini juga sih? Malah datang sama wanita lain lagi," gerutu Ulfi dalam hati dengan tatapan tajam yang ia lemparkan kepada sang suami.

Ustadz Ammar maupun ustadzah Maryam terlihat begitu asik menikmati jajanan sembari bercerita, tak jarang mereka tertawa bersama dengan begitu akrabnya, namun tanpa mereka sadari, dua pasang mata sedang menatap mereka dengan begitu kesalnya.

Yah, mereka adalah Sarah dan Ulfi. Berbeda dengan Ulfi yang menatap tajam ke arah pria bernama Ammar, Sarah justru menatap tajam ke arah wanita yang bernama Maryam.

Karena merasa semakim kesal, akhirnya muncul ide lagi di kepala gadis itu.

"Teman-teman, makanlah sepuasnya, aku akan mentraktir kalian sampai kenyang," ujar Ulfi dengan suara yang lebih tinggi hingga membuat Ammar menoleh kepadanya. Ia tentu saja melakukannya dengan sengaja agar perhatian Ammar tertuju padanya.

Sementara Ammar yang melihat Ulfi sedang menatap tajam ke arahnya justru menahan senyum.

"Apa dia cemburu?" batin Ammar.

"Kenapa kamu tersenyum Ammar? Ada apa?" tanya Maryam, wanita itu merasa Ammar tersenyum karena dirinya, padahal tentu saja bukan karena dia.

"Tidak apa-apa," jawab Ammar lalu hendak pergi lebih dulu.

"Tunggu aku Ammar," ujar Maryam sembari mengekori Ammar yang kini berjalan kembali ke arah kantor.

Ulfi dan teman-temannya kini kembali memperhatikan interaksi kedua orang dewasa itu.

"Fix, sepertinya ustadzah Maryam menyukai ustadz Ammar," lirih Lisa.

"Iya kan? Aku juga berpikiran seperti itu," timpal Ira.

Sinta yang mengetahui perasaan Sarah hanya bisa mengelus tangan Sarah yang diam sejak tadi.

"Sepertinya mereka itu teman deh, bisa saja kan teman kuliah yang bertemu kembali," imbuh Ika.

"Iya juga, masuk akal itu. Tidak mungkin juga ustadzah Maryam bisa langsung akrab dengan ustadz Ammar jika ia baru pertama kali berkenalan hari ini." Ira ikut berargumen.

Ulfi dan Sarah serta Fira kali ini hanya menjadi pendengar saja, entah apa yang mereka pikirkan saat ini.

💮💮💮

Setelah jam sekolah berakhir dan sholat dzuhur telah selesai di tunaikan, Ulfi dan teman sekamarnya pulang bersama. Yah hari ini gadis itu memutuskan untuk tinggal lagi di asrama karena ia ingin fokus menghafal bacaan sholat.

Sambil berbaring, ia kembali memantapkan hafalannya agar ia bisa menyetornya 3 hari lagi dengan lancar tanpa tersendat.

"Gimana? Sudah hafal?" tanya Sarah yang datang menghampirinya.

Ulfi segera bangkit dan ikut duduk. "Hah, masih sementara usaha," jawabnya.

"Semangat yah Ulf, nanti setorannya ke siapa?" tanya Sarah.

"Setoranya ke ustadz Ammar," jawabnya.

Kening Sarah seketika mengerut. "Kenapa setorannya ke ustadz Ammar? Biasanya kan di kakek Hasan?"

"Aku juga tidak tahu, aku hanya di suruh sama ustadz Ammar," jawabnya tidak bohong.

Tidak mungkin juga ia jujur kepada Sarah kalau Ammar kini adalah suaminya.

"Ulfi, saat kamu akan menyetor nanti panggil aku yah?" ujar Sarah sedikit bersemangat, sangat berbeda dengan raut wajahnya tadi yang terlihat begitu lesu.

"Oh kamu mau ikut? ada apa?" tanya Ulfi heran.

"Hmm, aku akan menyampaikan rahasiaku kepada kamu, disini yang tahu rahasiaku hanya Sinta, tapi aku akan membiarkan kamu mengetahuinya," ujar Sarah berbisik.

"Apa itu?" tanya Ulfi ikut berbisik.

"Sebenarnya aku menyukai ustadz Ammar," jawab Sarah berbisik membuat mata Ulfi seketika membola.

"Kamu serius?" tanya Ulfi dan Sarah hanya mengangguk malu.

"Sejak kapan?" tanya Ulfi lagi yang begitu penasaran.

"Sejak kelas 2 SMP, itu pertama kalinya ustadz Ammar mulai mengajar di pondok ini," jawab Sarah.

Entah kenapa, ada rasa tidak nyaman yang sulit ia uraikan saat mendengar ungkapan rasa suka temannya sendiri kepada pria yang kini sudah sah menjadi suaminya.

💮💮💮

Hari kembali berganti dengan begitu cepat. Kini tiba saatnya bagi Ulfi untuk menyetorkan hafalan sholatnya.

"Sarah, ayo," ajak Ulfi setelah memakai kerudung merah yang akan ia lepas hari ini juga sebagai tanda hukumannya berakhir.

"Tunggu," ucap Sarah sembari memperbaiki kerudungnya di depan cermin.

"Ekhem, cieeee," sindir Sinta saat ia tahu bahwa Sarah akan menemani Ulfi ke rumah ustadz Ammar.

Sementara wajah Sarah komi merona malu dengan sindiran temannya, dan itu tidak luput dari pandangan Ulfi.

Mereka berjalan bersama menuju rumah ustadz Ammar yang berada di kawasan santri putra. Sarah yang sebelumnya sangat jarang menginjakkan kakinya di kawasan itu merasa risih, berbeda dengan Ulfi yang selalu tampak santai dari dulu hingga saat ini.

"Assalamu 'alaikum," ucap Ulfi sambil mengetuk pintu rumah ustadz Ammar yang tertutup.

"Wa'alaikum salam," jawab ustadz Ammar dari dalam rumah.

"Akhirnya ka...-" ucapan dan senyuman Ammar seketika terputus saat ia menyadari bahwa istrinya itu datang tidak sendirian, melainkan bersama Sarah, temannya.

"Duduklah," titah Ammar sembari menunjuk ke arah dua kursi yang berada di teras rumahnya.

Padahal jika Sarah tidak ada di sana, Ammar ingin mengajak Ulfi masuk ke dalam rumah agar ia bisa lebih leluasa mengetes bacaan sholat sekaligus gerakan sholat Ulfi. Namun, lagi-lagi ia harus bersabar, setelah beberapa hari tidak bertemu, pas ketemu malah bersama temannya, itu artinya Ulfi tidak akan lama dan akan kembali lagi ke asramanya.

Ulfi mulai menyetor bacaan sholatnya tanpa mempraktekkan gerakan sholat, mulai dari wudhu, lalu dilanjutkan dengan niat sholat, takbiratul ihram, rukuk, i'tidal, sujud, lalu duduk di antara dua sujud, tahiyat awal, tahiyat akhir hingga salam.

Ammar tersenyum bahagia karena Ulfi mampu mengahafalkan tiap doanya dengan begitu lancar. Ada rasa bangga pada istrinya itu karena dia masih mau berusaha meski kadang hanya karena keterpaksaan.Tapi baginya, itu lebih baik daripada tidak melakukannya sama sekali.

Kini Ulfi dan Sarah akan berpamitan untuk kembali ke asramanya, namun langkah mereka terhenti saat ustadz Ammar memanggilnya.

"Tolong berikan buku ini kepada ustadzah Maryam," ucapnya, membuat raut wajah kedua gadis itu seketika berubah.

-Bersambung-

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Makanya Ulfi jgn sok jual mahal,Noh banyak yg antri mau jd isteri Ammar..

2024-01-18

1

Authophille09

Authophille09

ah ciee Ulfi🤭 cemburunya malah traktir seisi kantin. menang banyak dong mereka.

2022-12-25

1

teti kurniawati

teti kurniawati

knp setoran nya sm ustadz cowok? 🤭

2022-12-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!