BAB 7

Malam semakin sunyi dan dingin, seorang gadis tampak sedang meringkuk di samping teras rumah warga. Niat hati ingin mencari mobil yang bisa membawanya ke kota, namun hingga pukul 9 malam, tak ada satupun mobil yang lewat kecuali mobil milik warga sekitar yang lalu lalang.

Dinginnya malam tak jua membuat gadis itu mengurungkan niat kaburnya dan berjalan kembali ke pesantren, keinginanya untuk pergi dari penjara suci itu telah bulat, apapun resikonya ia siap hadapi.

Hingga tak ia sadari, matanya perlahan mulai terpejam karena kelelahan.

Namun, baru beberapa menit ia masuk ke dalam alam bawah sadarnya, gadis itu terbangun oleh suara seseorang.

"Hey bangun!" ucap seseorang dari arah samping.

"Hey bangun!" ucapnya dengan suara yang lebih tinggi.

"Engh." Ulfi melenguh sambil memicingkan mata melihat ke arah pria yang tidak asing di matanya.

"Firdaus!" ucap gadis itu lalu berusaha berdiri.

"Kenapa disini?" tanya laki-laki itu datar bak sebuah papan tulis.

"Ee anu, sebenarnya..-"

"Jika tidak ada urusan, kembali lah ke pondok," ujar Firdaus tanpa menunggu Ulfi menyesaikan perkataannya, lalu hendak melangkah masuk ke dalam rumah itu.

"Tunggu," cicit Ulfi membuat langkah Firdaus terhenti.

"Kamu sendiri kenapa disini?" tanya Ulfi penasaran. Setahu gadis itu, anak yang tinggal di pesantren tidak boleh seenaknya keluar masuk tanpa alasan yang jelas.

"Bukan urusanmu," jawabnya ketus tanpa menoleh ke arah Ulfi lalu hendak kembali melangkah.

"Tunggu, tolong bantu aku," ucap Ulfi lagi membuat langkah kaki Firdaus kembali terhenti.

"Tolong bantu aku menghubungi nomor agent transportasi menuju ke kota, aku ingin ke kota, ku mohon, plis plis," pinta Ulfi sambil menempelkan kedua telapak tangannya di depan dada sebagai bentuk peemohonannya, meskipun laki-laki itu tidak melihatnya karena posisinya yang membelakangi Ulfi.

"Minta tolong saja sama kakekmu," jawabnya lagi dengan ketus.

"Astaga kamu ini kenapa ketus sekali, dan satu lagi kalau berbicara dengan seseorang jangan membelakanginya, dasar kutub tidak sopan." Ulfi mulai kesal dengan sikap Firdaus kepadanya. Tubuhnya yang lelah di tambah perutnya yang sejak tadi keroncongan, membuat Ulfi habis kesabaran.

"Apa? Kutub?" Laki-laki itu berbalik menghadap Ulfi sehingga wajah tampannya yang selama ini tersembunyi karena menunduk kini terekspos sempurna tepat di bawah lampu teras rumah.

"Wow," lirih Ulfi tanpa sadar, membuat laki-laki itu kembali menunduk.

"Sebaiknya kamu pulang sekarang," ucap Firdaus langsung membuka rumah dan disaat yang sama ibu Firdaus muncul karena mendengar suara anaknya berbicara dengan seseorang.

"Ada apa nak, kami bicara sama siapa?" tanya ibu Firdaus hendak melihat ke luar namun di halangi oleh tubuh anaknya yang jauh lebih tinggi darinya.

"Tidak ada apa-apa ummi," jawab Firdaus.

Ulfi yang mengira Firdaus akan membiarkannya berbicara dengan ibunya akhirnya menelan pil kecewa karena laki-laki itu berusaha menghalangi ibunya yang berada di balik pintu untuk melihat keluar.

"Ish, dasar kutub menyebalkan, kamu tidak tahu dengam siapa kamu berurusan," batin Ulfi menyeringai licik.

"Huaaaa, hiks hiks, tanteee..." Gadis itu kembali memperlihatkan aktingnya.

Ibu Firdaus yang mendengar suara tangisan seorang gadis di teras rumahnya langsung mendorong tubuh anaknya ke samping, dan kini Ulfi yang sedang menangis tersedu-sedu sambil berjongkok terlihat jelas.

"Astaghfirullah, kamu kenapa menangis nak?" ujar ibu Firdaus sambil menghampiri Ulfi dan ikut berjongkok di hadapan Ulfi.

"Tante, tolong bantu saya, saya sangat merindukan keluarga saya yang di kota dan saya tadi meminta anak tante untuk menghubungi agen transportasi agar saya bisa ke sana tapi bukannya menolong dia malah mengusir saya tante, hiks," adu Ulfi, membuat wanita yang kira-kira usianya hampir memasuki kepala empat itu menatap tajam ke arah Firdaus, namun yang di tatap hanya menggelengkan kepalanya.

"Astaga gadis ini jago sekali berakting," batin Firdaus.

"Maaf atas sikap anak tante yah nak, dia memang orangnya begitu," ujar ibu Firdaus sambil mengusap punggung Ulfi.

"Kalau malam seperti ini, mobil transportasi sudah lewat semua, palingan besok pagi baru ada lagi," sambung ibu Firdaus lagi. "Oh iya, seragam sekolah ini kan seragam di pesantren, kenapa kamu tidak ke pesantren saja dan menunggu di sana?" lanjutnya bertanya.

"Saya takut pulang tante, sudah hampir malam dan aaya takut, lagi pula kamar juga sudah di kunci," jawab Ulfi.

"Jadi gimana dong nak?"

"Tante, apa boleh saya bermalam disini malam ini saja sampai besok pagi agar saya bisa langsung pulang ke kota besok pagi?"

Ibu Firdaus tentu saja terkejut, ia lalu menoleh ke arah Firdaus, dan laki-laki itu kembali menggeleng dengan mulut yang membentuk ucapan 'jangan' tanpa bersuara.

"Tapi..-"

"Ku mohon tante, apa tante tega membiarkan anak gadis seperti saya terlantar tengah malam begini, hmm?" ucap gadis itu memelas dengan mata yang kembali berkaca-kaca.

"Hmm baiklah nak, bermalam lah disini malam ini," ucap ibu Firdaus kemudian.

"Ummi..-"

"Tidak apa-apa nak, saling membantu tidak akan merugikan kita," ucap ibu Firdaus cepat sebelum anaknya itu protes.

"Terima kasih tante, tante memang baik." Ulfi langsung menghambur memeluk wanita yang berada di hadapannya.

💮💮💮

Di asrama putri

Sarah dan lima temannya yang tinggal di kamar satu kini tengah berkumpul di kamar ustadzah Fauziah. Mereka berenam sedang duduk melantai sambil membentuk setengah lingkaran.

Sementara ustadzah Fauziah sedang mondar-mandir di hadapan mereka.

"Kapan terakhir kalian bertemu dengannya?" tanya ustadzah Fauziah.

"Saat jam terakhir sekolah tadi ustadzah, kami tidak melihatnya lagi setelah pulang sekolah dan sepertinya dia tidak pulang ke asrama karena tas dan sepatunya tidak ada di kamar," jawab Sarah panjang lebar.

"Apa dia sedang bersama pak Hasan yah?" monolognya. Sebagai pembina asrama, ustadzah Fauziah telah di beri amanah secara langsung olek kakek Hasan untuk memantau cucunya itu.

Akhirnya, ustadzah Fauziah mengambil ponselnya lalu menghubungi kakek Hasan.

"Assalamu 'alaikum pak," ucap ustadzah Fausziah kepada kakek Hasan di seberang telepon.

(...)

"Maaf mengganggu, apa Ulfi ada bersama bapak?"

(...)

"Apa? Asfaghfirullah, kata temannya disini, mereka terakhir bertemu saat jam terakhir sekolah."

(...)

"Baik pak, wa'alaikum salam."

"Bagaimana ustadzah?" tanya Lisa.

"Dia juga tidak ada, tapi kakeknya akan mencarinya," jawab ustadzah Fauziah.

"Apa Ulfi kabur yah?" cicit Sinta.

"Huss, jangan mengadi-ngadi deh," sela Lisa.

"Kalian berdoa saja, semoga segera ada kabarnya," ujar ustadzah Fauziah.

"Apa Ulfi cucu kakek Hasan?" celetuk Fira membuat semua orang menoleh ke arahnya.

💮💮💮

Di rumah kakek Hasan

Usai menerima telepon dari ustadzah Fauziah, raut wajah kakek Hasan tampak begitu khawatir. Bagaimana tidak, Ulfi adalah cucu satu-satunya, dan ia sangat menyayanginya. Mendapat kabar tentang hilangnya sang cucu membuatnya cukup terpukul.

"Ada apa Hasan?" tanya kakek Ghafur yang kebetulan tinggal di rumah yang sama dengan kakek Hasan. Keduanya sepakat tinggal di lingkungan pesantren yang mereka bangun saat istri mereka telah tiada, hal itu mereka lakukan untuk menghibur mereka yang kadang di landa rasa sepi dan rindu.

"Cucu ku, cucuku hilang, dia tidak ada di asramanya," ucap kakek Hasan dengan suara yang mulai bergetar.

"Tenanglah dulu, aku akan meminta cucuku untuk mencarinya, kebetulan dia sedang izin pulang untuk melihat adiknya yang sakit." Kakek Ghafur mengambil ponselnya untuk menghubungi anaknya agar ia bisa berbicara dengan cucunya tersebut.

Setelah beberapa saat berbicara, kini ia mengakhiri teleponnya.

"Syukurlah, cucumu sedang berada di rumah anakku, katanya dia ingin menunggu mobil ke kota besok."

"Apa dia sedang berencana untuk kabur?"

"Mungkin saja, besok aku akan menyuruh anak bungsuku untuk menjemputnya."

"Bagaimana jika dia tidak mau dan malah kabur lagi?"

"Tenang saja, itu tidak akan terjadi." Kakek Ghafur kini tersenyum penuh arti.

💮💮💮

Keesokan harinya.

Ulfi sudah bersiap-siap pulang pukul 6 pagi ini, karena kata ibu Firdaus, mobil akan datang menjemputnya sebentar lagi.

"Tante, terima kasih sudah membiarkan Ulfi bermalam disini dan menghubungi supir transportasi untuk Ulfi."

"Iya nak, lagi pula bukan tante yang urus itu, semua sudah di urus oleh Firdaus."

"Firdausnya mana tante?"

"Dia sudah kembali ke pesantren sejak sholat subuh tadi."

"Oooh." Ulfi membulatkan bibirnya sambil mengangguk.

Tak lama setelah itu, sebuah mobil berhenti di depan rumah itu. Dengan begitu semangat, Ulfi langsung menaiki mobil itu dan duduk di samping supir.

Mobil pun mulai melaju. Ulfi begitu menikmati angin pagi yang begitu sejuk menerpa wajahnya melalui jendela mobil yang sengaja ia buka.

"Mau kemana dik?" tanya supir yang saat ini memakai masker sehingga tidak terlihat jelas wajahnya.

"Ke kota pak," jawabnya santai.

"Oh.."

Kerana begitu mengantuk akibat ia terlalu cepat di bangunkan subuh tadi, Ulfi perlahan mulai terlelap di dalam mobil. Berharap saat membuka mata nanti ia sudah sampai di kota.

-Bersambung-

Terpopuler

Comments

meE😊😊

meE😊😊

pas bgun tau2 udh ad d psantren lgi 🤣🤣

2023-01-24

1

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Aku juga dulu waktu di pondok juga berfikiran mau kabur tapi kagak jadi gegara pondoku di kelilingi makam umum🤣😂

2022-12-31

4

Achi

Achi

❤️❤️❤️❤️❤️

2022-12-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!