"Bercerai? Apa maksud Tuan?" Emma tetap ingin mempertahankan rumah tangganya dengan Tris.
"Kau ingin anakmu selamat atau tidak?"
"Tapi Nana itu anak Tuan juga." Emma tak habis pikir. James itu ayah kandung Nana.
Apa Tuan James selalu sekejam ini?
Emma kembali ke rumah sakit. Ia melihat Nana. Ia lalu melihat Tris. Air matanya menetes.
"Ada apa?" Tris mendekati da memeluk Emma. Emma hanya menangis. Ia ingin Nana tetap hidup. Tetapi ia juga tidak mau bercerai.
"Tuan James mau membantu mendonorkan sumsum tulang belakangnya."
"Syukurlah." Tris merasa lega. Ia tak ingin kehilangan Nana.
"Tetapi ia mengajukan syarat. Aku bercerai darimu dan menikah dengannya."
"APA?!" Tris tentu saja terkejut.
xxx
Beberapa hari berlalu. Emma berharap masih ada donor lain.
Kondisi Nana mulai kritis. Emma dilema. Ia menatap Tris. "Tris, maafkan aku ..."
Tris tahu ia menghargai keputusan Emma. Tris menyayangi Emma dan juga Nana.
Emma menemui James lagi. Ia bersedia bercerai dari Tris dan menikah dengan James hanya jika sumsum tulang belakang James cocok dengan Nana.
Beberapa tes dilakukan dan hasilnya cocok. Transplantasi sumsum tulang belakang dilakukan. Kondisi Nana perlahan mulai pulih.
Emma tahu ia harus berpisah dari Tris. Saat Nana keluar dari rumah sakit. Ia dan Nana akan langsung menuju ke rumah James.
Emma mengajak Rara pergi ke tempat Rara ingin pergi. Ia mengajak Rara bermain seharian.
"Yaya mau ke sini sama Nana. Sama Papa."
Ra, maafkan Mama. Hari itu mungkin tak pernah ada.
Emma lalu mengajak Rara makan di tempat favorit Rara. Restoran pizza.
"Nana boyeh makan ini?" Rara ingin membungkus pizza untuk Nana.
"Kulitnya mungkin boleh." Emma menitikkan air matanya dan buru-buru menghapusnya.
Emma lalu membelikan banyak mainan untuk Rara.
"Yaya boyeh beyi ini?" Rara menunjuk mainan yang agak mahal.
"Boleh."
"Dua boyeh?"
"Boleh."
"Satu Yaya. Satu Nana." Rara ingin membelikan mainan untuk Nana.
Rara tertidur saat Emma mengantarnya pulang. Ia membaringkan Rara di tempat tidur. Ia mengecup putri pertamanya itu untuk yang terakhir kalinya.
Rara, Mama minta maaf. Papa pasti bisa jaga Rara dengan baik.
Emma lalu memeluk Tris untuk yang terakhir kalinya. Air matanya mulai menetes. "Tris, maafkan aku ..." Perpisahan mereka tak bisa dihindari lagi.
"Aku yang seharusnya minta maaf. Aku tak bisa berbuat apa-apa untuk Nana." Tris juga ikut menangis. Sebagai kepala keluarga ia merasa tak berdaya.
"Aku titip Rara. Tolong jaga dia dengan baik. Kalau kau menikah lagi, pastikan istri barumu itu juga menyayangi Rara."
"Aku tak akan menikah lagi."
Emma menangis lagi. Emma lalu menuju ke mobil milik James yang kemudian mengantarkannya ke rumah sakit.
Air mata Emma terus jatuh. Ia terus mengingatkan dirinya jika ini harga yang harus dibayar untuk kesembuhan Nana.
Di rumah sakit.
Sebelum masuk ke kamar tempat Nana dirawat, Emma melihat wajahnya lagi. Memastikan jika tidak ada air mata di sana. Ia tak ingin Nana melihat air matanya. Ia lalu mengetuk pintu kamar dan masuk.
"Mama ..." Nana melihat mata sembab ibunya.
Emma memberikan mainan untuk Nana. Mainan yang dipilih Rara tadi.
Nana mulai bermain dengan mainan itu.
"Nana suka?"
"Suka. Nana mau teyepon Yaya."
"Rara masih tidur. Nanti kita telepon Rara kalau Rara sudah bangun."
Janji yang tidak mungkin bisa Emma realisasikan karena James sudah menyita ponsel Emma. James tidak memperbolehkan Emma untuk menghubungi keluarga lamanya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments