Bab 3 Kebenaran Itu Pahit

Emma beserta bayi kembar mereka diperbolehkan untuk pulang.

Di rumah.

Emma menyimpan dua gelang bayi yang hendak ia pakaikan ke tangan bayi kembarnya untuk membedakan seandainya mereka mirip (kembar identik). Satunya bertuliskan Shakira. Satunya lagi bertuliskan Sabrina.

Ternyata ini tidak berguna.

Emma tak butuh gelang itu karena dua putri kembarnya itu sangat berbeda. Shakira, putri pertamanya berambut hitam. Sedangkan Sabrina, putri keduanya berambut pirang.

Selesai memandikan bayi kembarnya, Emma mengenakan pakaian kembar.

Imut. Lucu. Mama gemesss lihat Rara sama Nana.

Bayi kembar itu tumbuh dan bertumbuh. Sekarang mereka berusia tiga tahun.

"Papa ..." Rara dan Nana menyambut kedatangan Tris yang baru saja pulang dari kantor.

Tris langsung menggendong mereka sekaligus. Satu di tangan kiri, satu di tangan tangan. Ia mencium mereka.

"Hmm ... Bau. Belum mandi ya?"

"Beyum," Rara menjawab sambil terkekeh-kekeh kecil.

"Mandi sama Papa." Nana menjawab.

Tris memandikan Rara dan Nana. Tetapi saat ia meyabuni leher Nana, ia melihat benjolan. Selesai mandi dan berpakaian Tris memberitahu Emma.

"Ada benjolan di leher Nana."

Emma melihat sekilas. "Paling paling nanti kempes sendiri."

"Tapi perasaanku nggak enak. Besok coba kamu periksakan Nana ke dokter."

Rara mengalihkan perhatian Tris. "Papa ... Waka ... Waka ... E ... E ..." Rara menyanyikan lagu Waka Waka dari Shakira, penyanyi berdarah latin itu, sambil menari. Nama asli Rara juga diambil dari nama penyanyi lagu tema piala dunia tahun 2010 itu.

Rara ingin menari bersama Tris. Tris membuka YouTube melalui smart TV dan menyetel lagu itu di TV.

Tris, Rara dan Nana mulai menari bersama.

Keesokkan harinya.

Emma membawa kedua putrinya ke rumah sakit. Hanya Nana yang diperiksa. Rara hanya menemani.

"Apa maksud Dokter?" Emma tidak mempercayai perkataan dokter. Nana divonis mengidap Limfoma.

"Anak Anda terkena Limfoma."

*Limfoma \= kanker kelenjar getah bening.

Dokter melanjutkan. "Sabrina harus segera menjalani pengobatan."

Selesai berkonsultasi dengan dokter, ada panggilan masuk dari Tris. "Nana bagaimana?"

Emma menangis. "Nana terkena Limfoma. Kata dokter, Nana harus kemo." Emma sudah membayangkan rambut Nana akan banyak yang rontok dan badan Nana akan semakin kurus.

Tris menjawab. "Bila itu yang dikatakan dokter, kita harus melaksanakannya."

...***...

Nana mulai menjalani kemo. Rambut Nana mulai rontok, nafsu makannya juga hilang.

"Nana harus makan supaya sehat. Nana mau main sama Rara lagi kan?"

Tetapi Nana masih menutup mulutnya. Nafsu makannya tidak ada. Semua makanan terasa hambar di lidahnya. Emma melancarkan senjata terakhirnya. Ia menelpon mama mertuanya yang sedang menjaga Rara.

"Mama ..." Rara yang menjawab panggilan video dari Emma.

"Oma ke mana?"

"Masak. NANA!" Rara melihat Nana kembarannya.

"Nana nggak mau makan. Rara bantu Mama bujuk Nana makan."

"Iya." Rara mulai menasehati Nana dengan bahasa khas anak kecil. "Nana hayus makan. Yaya mau main sama Nana."

Nana akhirnya mau makan. Ia ingin cepat sehat dan bisa bermain dengan Rara.

Setelah beberapa kali pengobatan, Nana dinyatakan sembuh. Tetapi Emma tetap waspada. Kanker adalah penyakit yang bisa kambuh.

Tetapi kesehatan Nana tidak berlangsung lama. Satu tahun kemudian kanker itu muncul lagi. Kali ini Nana hanya bisa diobati dengan donor sumsum tulang belakang.

Emma dan Tris mencoba melakukan tes. Tetapi sumsum tulang belakang mereka tidak cocok.

Sambil menunggu donor, kesehatan Nana menurun. Emma mempersiapkan hatinya untuk menerima hal pahit.

Saat berada di rumah sakit, Emma mencoba untuk memeriksa golongan darah Nana. Hasilnya mengejutkan.

Eh? Golongan darah Nana B? Nggak mungkin. Pasti hasilnya tertukar.

Emma mencoba tes lagi. Hasilnya tetap sama. Golongan darah Nana tetap B.

"Tris, Nana memang putriku. Tapi ia bukan putrimu. Golongan darahnya B." Golongan darah Emma dan Tris A. Anak-anak mereka hanya akan bergolongan darah A atau 0.

Tris memberitahu Emma kejadian di hotel.

"Kau tahu siapa ayah kandung Nana?"

"Aku tahu. Ia James Mason."

Tanpa berpikir panjang Emma langsung mendatangi James. Bagi Emma, James bisa menyelamatkan Nana.

Emma bergegas ke gedung perusahaan Mason Company.

"Nyonya, Anda tidak bisa masuk begitu saja." Asisten James menghentikan Emma.

"Biarkan dia masuk."

"Tuan. Putriku Nana itu putrimu. Tolong selamatkan dia. Nana butuh donor sumsum tulang belakang. Aku akan melakukan apa saja untukmu." Emma menangis. Ia seharusnya marah dan dendam kepada James tetapi ia kesampingkan semuanya demi Nana.

"Apa saja?" James merasa mendapatkan kesempatan emas

"Iya, Tuan." Emma sudah putus asa.

"Ceraikan suamimu. Menikahlah denganku."

Terpopuler

Comments

Alice Shan

Alice Shan

waduh, emma... itu perkataan yang berbahayaz

2023-06-17

0

Alice Shan

Alice Shan

waduh 🥲

2023-06-17

0

Alice Shan

Alice Shan

kalo boleh tau, shakira gimana ya wujudnya? kayak orang indo kah? mata rambut hitam?

2023-06-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!