5 Wajah Suami Keduaku
Tristan segera bergegas menuju hotel. Menurut telepon dari nomor orang yang tidak dikenal, Emma-istrinya berada di kamar hotel.
Tristan membuka pintu kamar hotel dengan kartu yang ia dapat di meja resepsionis. Saat ia melihat ranjang, ia melihat tubuh polos istrinya yang sedang tertidur.
Sprei yang kusut, pakaian istrinya yang berantakan di lantai, belum lagi bekas-bekas kejadian ...
Tristan tahu istrinya telah dinodai oleh seseorang. Ia melihat kartu nama di meja kecil samping ranjang. Ia meremas kartu nama itu dan melemparkannya begitu saja.
Ia menangis di pinggir ranjang. Ia mengacak-acak rambutnya. Ia merasa telah gagal menjadi suami. Ia tidak bisa melindungi istrinya sendiri.
Tristan mengambil handuk dari kamar mandi. Ia membasahi handuk itu dengan air di wastafel dan memerasnya.
Ia mengelap tubuh istrinya.
"Tris ..." Emma tersadar. "Kita sudahan?" Emma melihat Tristan yang sudah berpakaian lengkap. Emma mengira ia telah tidur dengan suaminya dan melakukan itu.
Rupa-rupanya ada yang memasukkan obat ke minuman Emma yang membuatnya hilang kesadaran dan tidak mengingat apa yang terjadi padanya sebelumnya.
"Iya. Ayo kita pulang." Tris memunguti pakaian istrinya.
Emma melihat jam dinding. "Masih jam delapan malam. Sayang uangnya. Besok aja check out nya. Kita bisa habiskan malam ini di sini." Emma memeluk Tristan dari belakang.
Tristan meremas erat tangan kanannya. Ia lalu menjatuhkan pakaian Emma. Ia berbalik dan mulai mencium Emma.
Ciuman Tristan semakin panas. Jari-jari Emma dengan lincahnya membuka pakaian Tristan. Nafas keduanya semakin cepat. Detak jantung mereka juga tak kalah cepat.
Tristan mencapai puncaknya. Ia berebah di samping Emma. Menatap lembut wajah istrinya yang tak tahu apa-apa.
Em, beruntung kau tidak mengingat apa yang terjadi padamu tadi. Biarlah ini akan selalu menjadi rahasiaku. Kau tak perlu tahu.
Dua bulan kemudian Emma dinyatakan hamil. Tidak hanya satu bayi saja tetapi bayi kembar.
Mereka mulai memikirkan nama untuk anak mereka.
Saat pillow talk.
"Kamu ingin anak perempuan atau laki-laki?" Emma bertanya.
"Perempuan atau laki-laki aku tak mempersalahkannya. Yang penting bayi-bayi kita sehat. Kamu juga sehat."
"Aku beruntung bisa menikah denganmu. Terima kasih sudah mau mempertahankan aku." Hubungan mereka tidak disetujui oleh ibu Tristan karena asal usul Emma yang tidak jelas.
"Aku yang berterima kasih karena kau mau menikah denganku. Jika anak kita laki-laki, mau kamu beri nama apa?"
"Antony ... Satunya lagi belum." Emma masih memikirkan nama kedua. "Mungkin Leonardo?"
"Leonardo lagi. Leonardo lagi. Setiap hari aku tak pernah absen lihat wajahnya." Tristan cemberut. Emma adalah fans Leonardo Dicaprio. Setiap hari Emma menyetel film aktor peraih Oscar itu.
"Kamu cemburu?"
"Nggak usah ditanya. Aku sampai hafal semua dialognya di film."
"Tapi dia sesuatu yang tidak mungkin bisa aku raih. Aku menyukainya tapi aku mencintaimu." Emma mencium bibir Tristan. Tristan balik mencium Emma.
"Kamu yang mulai." Tangan Tristan bergerak lincah membuka dua kaitan di balik punggung Emma.
"Stop. Dokter bilang kita tidak boleh."
"Boleh. Tapi jangan kasar." Tristan mulai melancarkan aksinya. Tetapi ia tahu apa yang harus ia lakukan. Ia membuang benihnya di luar.
Tristan memeluk Emma. "Cup." Satu kecupan dari Tristan di pelipis Emma.
"Aku mau jujur," ucap Emma ragu-ragu.
"Ada apa?"
"Akhir-akhir ini aku sering bermimpi aku tidur dengan pria asing. Ia berambut pirang dan bermata biru."
"Leonardo lagi?"
"Bukan. Pria itu bukan Leonardo."
"Itu cuma mimpi." Tristan tahu siapa pria itu. Pria itulah yang telah meniduri istrinya. Apa motif pria itu ia tidak tahu. Selamanya ia akan menjaga rahasia ini. Sampai ia masuk ke liang kubur.
Keesokkan harinya.
Tristan bersiap-siap pergi bekerja. Emma memasangkan dasi untuk Tristan.
"Doakan aku. Proyek kali ini sangat penting untuk perusahaan."
"Aku selalu berdoa supaya suamiku bisa mendapatkan proyek yang ia incar."
T&E Company adalah perusahaan yang didirikan oleh Tristan. Ia sebelumnya pernah bekerja di Mason Company.
Tristan membawa asistennya. Mereka menuju ke ruang meeting.
Satu persatu perusahaan membeberkan proposal mereka tentang rencana pembangunan gedung perusahaan yang baru.
Giliran Tristan. "Mungkin Anda tidak tertarik karena harga penawaran kami yang melebihi perusahaan lain. Tetapi ada harga ada kualitas. Mahalnya harga yang kami pasang dikarenakan kami akan membuat gedung yang tahan gempa.
Seperti yang pernah kita tahu. Sepuluh tahun yang lalu daerah yang akan dibangun gedung baru pernah mengalami gempa. Banyak korban jiwa karena tertimpa reruntuhan. Kita tentu saja tak ingin hal tersebut terjadi lagi."
Para pimpinan mulai terbujuk. Harga yang sesuai begitu pikir mereka. Para pimpinan mulai berdiskusi.
"Selamat untuk T&E Company. Kalian yang memenangkan tender. Tolong bangun gedung yang aman untuk kami semua yang bekerja di perusahaan inj." Pimpinan tertinggi menyalami Tristan.
Tristan balas menyalami pimpinan itu.
"Terima kasih, Pak. Kami tidak akan mengecewakan kalian semua."
Tristan ingin berteriak kegirangan. Ia ingin melompat-lompat di tempat.
Tetapi di sisi lain ada yang terlihat marah. Ia adalah James Mason dari Mason Company. Ia kalah tender lagi dari Tristan.
James mendekati Tristan. Ia berbisik. "Bagaimana rasanya meniduri bekasku?"
Darah Tristan langsung mendidih. Ia ingin memukul pria itu di tempat. Tapi ia masih tahu diri. Ia masih berada di dalam ruang meeting kliennya.
Tristan mengepalkan tinjunya. Teleponnya berbunyi. Dari Emma.
"Tris, kamu di mana? Aku sudah ada di depan gedung," kata Emma.
"Aku turun sekarang." Tristan segera bergegas turun ke bawah. Ia tak ingin Emma dan James bertemu.
Terlambat. Tristan melihat James mendekati Emma. Emma hanya tersenyum. Sedangkan James pergi begitu saja setelah menatap Emma sekali.
"Apa ia mengatakan sesuatu?" Tristan tak ingin rahasia di kamar hotel itu diketahui oleh istrinya .
"Tidak. Tris, kau tahu? Pria itu yang selalu muncul di mimpiku. Apa kau kenal dia?"
"Tidak. Aku tidak mengenalnya. Kami saingan. Omong omong, aku menang kali ini. Hadiah untukku." Tristan menunjuk pipinya. Ia ingin dikecup.
"Aku sudah siapkan hadiah lainnya." Emma memperlihatkan kotak bekal buatannya.
Itu bukan hadiah tapi siksaan.
Mereka menuju taman dan duduk di bangku.
Tristan terpaksa menelan masakan istrinya. Ia terbatuk-batuk. Emma memberinya minum.
"Besok besok jangan bawa bekal lagi."
"Masakanku nggak enak ya?" Emma tahu ia masih kurang dalam hal masak memasak.
"Nggak. Enak kok." Tapi boong. "Aku nggak ingin kamu repot-repot masak. Supaya kamu bisa fokus dengan hal yang lain."
"Hal lain apa?"
"Aku dan bayi-bayi kita." Tristan menyentuh perut Emma yang sedikit buncit.
...***...
Di usia kandungan lima bulan.
Tristan mengantar Emma ke dokter kandungan. Mereka ingin mengetahui jenis kelamin bayi kembar mereka.
"Perempuan. Perempuan." Dokter menggerakkan alat USG di perut Emma.
Sepulangnya dari klinik kandungan. "Ternyata perempuan semua." Emma menginginkan satu perempuan dan satu laki-laki supaya ia tidak melahirkan lagi. Sepasang sudah cukup baginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Alice Shan
wah kayaknya seru nih
2023-06-17
0