SUARA SENJA

SUARA SENJA

Bab 1 "Hidup harus tetap maju"

"Permisi, bapa dan ibu sekalian, mohon maaf bila kehadiran kami mengganggu waktu istirahat bapak dan ibu sekalian. Kami mohon izin untuk ngamen dan menyanyikan satu lagu dari Elcat yang berjudul Bentuk Cinta untuk menemani waktu istirahat bapa dan ibu semuanya.

..."Aku tak tau apa yang lain...

...Darimu hari ini...

...Apa itu karena sepatu flatmu...

...Atau kukumu yang baru kau warnai...

...Pernahkah kau bertanya...

...Seperti apa bentuk air tanpa wadah...

...Pernah pernahkah kau mengira...

...Seperti apa bentuk cinta...

...Rambut warna warni bagai gulali...

...Imut lucu walau tak terlalu tinggi...

...Pipi chuby dan kulit putih...

...Senyum manis gigi kelinci...

...Membuatku tersadar bentuk cinta itu...

...Ya kamu..."...

Aku bernyanyi dan memainkan gitar sambil kutatap lekat wajahnya. Nala, ialah gadis yang selalu kupuja dalam diam, yang kucintai walau tak tersampaikan. Entah kau menyadarinya atau tidak, tapi aku akan menjagamu walau kau tak tau.

...“Membuatku tersadar bentuk cinta itu...

...Ya kamu..."...

Suara Nala menyambung lirik.

Melihatmu berkata cinta sambil menatapku, membuat jantung ini semakin berdebar. Aku sangat ingin mendengar suaramu, lagi dan lagi, setiap saat, setiap waktu.

"Wa... Jawa!!! Ada POL-PP wa! Ayo cepet pergi dari sini..." ucap Nala sambil menarik bajuku.

"Ya entar dulu sih Nal, duitnya blom di tarikin ini."

"Wah, gila lo. Ayu turun dari bus cepet, gue ga mau ketangkep lagi." ucap Nala yang kemudian menarik merah bajuku.

Namaku Awan, tapi orang-orang disekitar memanggilku Jawa. Yang sedang menarik bajuku ini adalah Nala, pasangan duetku ketika mengamen di bus ataupun rumah makan. Kata orang suaraku dan Nala sangat bagus dan cocok banget kalo nyanyi bareng. Mulai saat itulah kami memutuskan u tuk ngamen sama-sama setiap hari.

Di setiap ada aku, pasti ada Nala. Setiap pulang sekolah, kita selalu janjian untuk ketemuan di terminal, buat ngamen bareng. Semuanya kita lakuin bareng-bareng, nyanyi bareng, makan bareng, dikejar-kejar POL-PP pun bareng. Nala adalah sosok yang terindah yang pernah ku temui, cantiknya, manisnya, suara indahnya, pokoknya dia sempurna.

Itulah kehidupanku sehari-hari bersama orang yang selalu ku kagumi, dari pagi hingga senja.

...****************...

Nala merupakan sesosok gadis periang, memiliki wajah yang manis dan cantik. Nala memiliki ambisi yang besar dalam hidupnya, yaitu ingin menjadi penyanyi yang terkenal duatusaat nanti. Awan adalah sosok laki-laki yang memiliki badan yang kurus dan tidak terlalu tinggi, dia memiliki suara yang khas ketika bernyanyi. Walaupun suara dengan wajahnya tidak singkron, kulit yang hitam beserta rambut yang memerah karena sering terbakar matahari, dan wajah yang cenderung suram.

Mereka berdua memiliki suara yang indah ketika menyanyikan sebuah lagu bersama. Bahkan mereka saling mengisi suara satu sama lain layaknya penyanyi profesional. Nala selalu jadi sorotan orang-orang saat mengamen, terutama para lelaki. Karena wajahnya yang sangat cantik ditambah dengan suara yang indah, ini menjadi paket lengkap untuk menjadi sebuah bintang.

Awan pun sangat mengagumi Nala, tanpa ia sadari, entah sejak kapan dirinya itu menyukai bahkan menyayangi Nala. Namun, dengan keterbatasan yang ia miliki, dirinya sangat sadar, bahwa Nala tidak mungkin mau menerima cintanya. Karena itulah Awan tidak pernah sekalipun mengungkapkan perasaannya pada Nala.

"Hari ini lumayan Wa. Lumayan cape, tapi hasilnya juga lumayan banyak." ucap Nala sambil menghitung hasil ngamen.

"Syukur deh. Nal, kita makan di caffe samping terminal yu..." ajak Awan.

"Gila... baru dapet hasil lumayan udah ngajak foya-foya." sahut Nala.

"Mesen kopi aja sama roti bakar. Gue mau liat, katanya disana ada live musiknya gitu. Nah, siapa tau kita bisa ikutan untuk nyanyi disana. Lumayan kerjaannya resmi." ujar Awan.

"Wah, bener juga. tapi kayanya gue ga bisa Wa. Gue ga akan di izinin keluar malem sama nyokap. Waktunya belajar, masih untung gue boleh ngamen. Hehehe..." jawab Nala.

"Ya udah, jangan bantah perintah orang tua. Lo enak masih ada yang ngelarang. Kalo gue udah harus bawa diri gue sendiri." ucap Awan dengan wajah yang murung.

"Iya, iya... Ya udah, gue balik dulu ya wa. Besok ketemu disekolah. Bye..." ucap Nala lalu pergi meninggalkan Awan.

"Bye..." ucap Awan.

'i lope yu' gumam Awan dalam hati, yang kemudian senyum-senyum sendiri.

Tidak lama setelah Nala pergi, datanglah segerombolan anak jalanan menghampiri Awan.

"Wah, wah... Ada yang lagi seneng nih. Lagi ngayal jadian ama Nala lo ya?" Ucap Angga salah satu anak jalanan yang mendekati Awan.

"Jangan ngayal ketinggian pak. Nanti kalo ga kesampean jatuhnya sakit. Nanti stres yang ada, Hahahaha..." sahut Boni salahsatu dari anak jalanan yang lain.

"Bon, kayanya hari ini dapetnya banyak dia. Bisa kali, makan enak malem ini." ujar Angga sambil mengangkat kedua alisnya.

Dengan segera Awan memasukkan uang hasil mengamennya kedalam saku miliknya.

"Wah, mulai pelit ni bocah. Enaknya di apain nih bon?" ucap Angga memprovokasi Boni.

Seketika Awan berlari untuk menghindari pemalakan dari Boni dan gank nya. Serempak anak jalanan itu pun mengejar Awan yang melarikan diri. Awan berlari menuju tempat keramaian agr dapat bersembunyi dari Boni dan kawan-kawannya. Namun, usaha Awan pun sia-sia, karena Boni dan teman-temannya berhasil mengejarnya.

Awan pun berlari kesebuah gang kecil untuk dapat lolos dari kejaran Boni dan teman-temannya tersebut. Hingga pada akhirnya, Awan mendapati jalan buntu dan tidak bisa lagi lari.

"Ok bang, gue nyerah bang. Gue bagi bang hasil ngamen gue bang." ucap Awan yang terpojok.

"Ngapain lo pake lari segala? Woy, hajar dan ambil duitnya semua." ucap Boni dan menyuruh keempat temannya untuk menghajar Awan.

Awan sama sekali tidak melawan, berbagai pukulan dan tendangan, mendarat di sekujur tubuh dan wajah Awan. Hal ini terjadi bukan hanya sekali, hampir setiap hari Awan mendapat peru dungan dari para anak-anak jalanan itu. Mereka mengambil semua uang hasil mengamen Awan hari ini.

Dengan langkah gontai dan wajah yang penuh lebam, Awan pulang kerumah kecilnya yng terbuat dari papan dan kardus, lebih pantas disebut gubuk daripada rumah. Meskipun terbuat dari kardus dan papan kayu yang tipis, rumahnya dapat terlindungi dari hujan dan panas matahari, karena terletak di kolong jembatan sebuah tol besar.

Sesampainya di rumah, Awan menaruh gitarnya dan segera membaringkan dirinya pada kasur yang terbuat dari tumpukan kardus. Sebelumnya Awan layak di sebuah perumahan, Setelah orang tua angkatnya meninggal sepuluh tahun lalu. Awan di buang oleh keluarga dari orangtua angkatnya, dipinggir jalan. Beruntungnya dia di temukan oleh seorang nenek tua pengemis yang dengan sukarela merawatnya.

Pada saat Awan berusia 15 tahun, nenek angkat yang merawat dirinya pun meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya dan tidak mampu berobat ke rumah sakit. Banyak para tetangga yang menyalahkan dirinya, mereka mengungkapkan bahwa dirinya hanya menjadi beban untuk sang nenek. Itulah sebabnya tidak ada yang menyukai dirinya di lingkungan tempatnya tinggal.

Tak banyak yang bisa ia lakukan, ia hanya beranggapan bila hidup ini harus terus berjalan, walaupun jalannya berliku, namun harus tetap maju.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Minakim

Minakim

Justru itu yang buat adrenalin terpacu, semakin berliku jalannya semakin gigih kita melaju semakin dewasa kita setiap harinya

2023-01-06

0

𝐊𝐔𝗥𝐍𝐈 𝐂𝗔𝐂𝗔𝙃

𝐊𝐔𝗥𝐍𝐈 𝐂𝗔𝐂𝗔𝙃

lagu apa itu

2023-01-04

1

🌹Arumi ❣️

🌹Arumi ❣️

kasihan juga ya nasib Awan, di buang begitu saja oleh keluarga angkatnya

2023-01-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!