Bab 2

Setelah memakai kembali pakaiannya, Alira langsung menuju ke Rumah dengan menahan nyeri di bagian intim nya.

Entah kenapa dia sama sekali tidak ingat apapun tentang kejadian semalam.

Ah, bukan tidak ingat melainkan belum ingat karena kemelut nya kejadian ini.

Alira menangis dalam diam, dia ingat saat melihat tatapan jijik dari seluruh keluarga besar nya.

Bahkan, tatapan Ayah dan Bunda nya pun terlihat sangat penuh kekecewaan dan juga malu.

"Apa, kenapa dan bagaimana ini semua terjadi?" monolog Alira dengan penuh air mata.

Hingga taxi yang di tumpangi Alira pun sampai di Rumah mewah sang Ayah.

Dia melangkah dengan mantap dan melihat disana ada keluarga sang Paman.

"Ayah, Bunda"

Alira memanggil kedua orangtua nya dengan lirih.

Sang Ayah menatap nya penuh kecewa, lalu dia bangkit dari duduk nya dan menghampiri sang Putri.

"Kemasi barang-barang mu dan pergi dari sini, kamu ini aib dan noda yang ada di keluarga ku"

Deg.

Ucapan sang Ayah kembali membuat hati nya begitu sakit dan nyeri.

Dia menatap Ayah nya berkaca-kaca dan juga penuh kekecewaan.

Tanpa berkata apapun, Alira melangkah ke kamar nya di lantai atas.

Dia hanya membawa baju seadanya dan juga berkas penting milik dia.

Tak.

Tak.

Alira berhenti tepat di hadapan Ayah, Bunda, Fila dan kedua orang tua Fila.

"Ini kan yang kalian inginkan, baik aku akan pergi dan ingat satu hal ini. Siapapun dalang di balik ini, akan aku cari sampai ke akar nya dan akan merasakan dingin nya jeruji besi"

"Dan untuk Ayah, aku kecewa padamu! Tanpa mendengar penjelasan ataupun mencari bukti yang akurat, kau malah menuduh serta mengusir ku"

"Aku pergi dan jangan pernah mencari aku kembali"

Alira melangkah pergi setelah berucap dengan lantang dan tak gentar, dia berani karena dia tidak salah dan dia yakin bahwa ada jebakan semalam yang mana membuat nya sampai melakukan hal fatal.

'Kalian selalu menganggap aku lemah bukan, dan mulai saat ini kalian akan melihat sisi lain dari seorang Alira'

Ucap Alira dengan lirih sambil menatap bangunan mewah di hadapannya.

Ya, selama ini dia selalu di olok lemah dan tak gaul oleh keluarga sang Ayah.

Dan saat ini, dia akan menunjukan siapa dia sebenarnya.

Langkah pertama yang Alira tuju adalah, Hotel. Dia akan mencari bukti disana sekecil apapun itu.

Karena dia sudah menaruh curiga pada seseorang yang memang selalu bermasalah dengan nya.

Barang Alira dia titipkan di mobil taxi yang sudah Alira boking untuk beberapa saat.

Hampir 1 jam Alira berada di Hotel dan senyum nya surut karena tidak ada apapun dan petunjuk apapun.

"Sebelum pergi, aku akan ke kampus dulu" gumam Alira melangkah ke arah taxi.

*

Dan disinilah Alira sekarang, dia sudah berada di stasiun kereta api.

Entah akan kemana kaki dia melangkah, namun satu hal yang Alira lakukan.

'Tidak akan menyerah dan putus asa'

Alira akan buktikan pada seluruh keluarga nya, bahwa dia tidak salah dan juga bisa berdiri dengan kaki nya sendiri.

"Ayah, Bunda, aku pergi" gumam Alira setelah kereta yang di tumpangi nya melaju dengan kencang.

Selama perjalanan berlangsung, dia terus saja memikirkan apa yang sebelum nya terjadi dengan malam pesta itu.

Hingga dia ingat satu hal,

'Minuman dan pelayan'

Ya, Alira ingat setelah pelayan memberikan minuman dan setelah ia meminum nya dia tidak mengingat apapun kembali.

"Apa karena minuman itu" monolog Alira.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1 minggu sudah kepergian Alira dari Rumah orangtua nya, dan hari ini juga jadwal wisuda untuk Alira.

"Ayah, apa benar langkah yang kita ambil ini?"

Sebuah pertanyaan dari sang Istri yang mana membuat seorang pria tersebut menyimpan koran pagi nya.

"Sangat benar, dia itu sudah memberikan aib, noda dan kotoran pada wajah Ayah. Dia gak pantas menjadi penerus seorang Wira Sensen" tegas Ayah Alira, Wira.

Ya, Ayah Alira masih terus saja merutuki kelakuan Putri nya yang sangat mencoreng nama baik yang selalu dia jungjung tinggi.

"Biarkan saja, biar merasakan bagaimana sulitnya hidup tanpa kita dan kemewahan" tegas nya kembali dengan sorot mata tajam.

Selepas berbicara hal itu, Ayah Wira pergi dari sana dengan wajah penuh emosi.

Ya, dia selalu emosi kala membahas Alira yang sudah membuat aib bagi keluarga nya itu.

"Alira tidak akan kesusahan di luaran sana, Yah. Karena dia tak pernah merasa bahagia dengan kemewahan ini" lirih Bunda dengan tetesan air mata.

Sedangkan sang Suami , dia masuk ke dalam ruang kerja nya dan membuka beberapa berkas yang belum dia kerjakan.

"Anak tak tau diri, aku sudah menyekolahkan dan memfasilitasi nya dengan lengkap dan sekarang malah membuat malu. Dan aku yakin, dia pasti akan hamil dari perbuatan nya itu" gumam Ayah Wira dengan penuh emosi.

Ayah Wira sama sekali tak tau bagaimana gerak-gerik sang Putri selama ini, bahkan dia menyangka bahwa Alira sekolah dari biaya dia, namun semua nya salah.

Beasiswa.

Ya, Alira kuliah dari beasiswa yang dia ambil karena kepintarannya.

Dan semua uang dari sang Ayah, dia tabungkan untuk keperluan lainnya.

Fasilitas?

Dia tidak menikmati nya, dia hanya memakai mobil saja untuk kendaraan agar dia terhalang dari hujan dan panas nya Kota Surabaya.

Dan semua itu hanya Bunda nya saja yang tau, karena sang Ayah yang jarang di Rumah dan selalu saja kerja, kerja dan kerja tanpa ada waktu bersama dengan Alira.

**

Hening.

Hampa

Dan Sunyi.

Ya, itulah yang di rasakan Bunda Alira selama 1 minggu ini. Karena biasa nya Alira akan membantu memasak dan juga bercerita dengan riang nya setiap pagi.

Dan kini, hanya keheningan saja yang ada disana.

Tap.

Tap.

Ayah Wira melangkah ke arah meja makan, dia duduk dan langsung saja sang Istri dengan sigap mengambil beberapa makanan untuk sarapan.

Lalu keduanya sarapan dengan diam, bahkan para pelayan pun selalu menyingkir jika sang majikan sudah memulai acara makan.

Sampai beberapa saat, acara sarapan pun sudah selesai dan Bunda mengantar kepergian Suami nya sampai di depan Rumah.

"Hati-hati di Rumah, aku pergi dulu" pamit Ayah Wira.

Bunda mengangguk dan melambaikan tangan saat mobil sang Suami pergi dari jangkauan mata nya.

Huh.

Lagi dan lagi hanya helaan nafas yang bisa Bunda Nisa keluarkan dengan kasar.

"Apa sama sekali Ayah tidak khawatir akan keberadaan, Alira?" gumam nya penuh tanda tanya.

Ting.

Sebuah pesan masuk pada ponsel wanita paruh baya itu.

Dan, seketika tangis nya pecah dengan penuh haru.

"Kau memang hebat dan selalu hebat, Nak. Baik-baiklah di luaran sana" ucap Bunda Nisa saat tau bahwa Putri nya menjadi mahasiswi dengan nilai tertinggi tahun ini.

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Alaah yang ada hujung2 nya dengan gampangnya kamu maafin,Dengan alasan klise kata " MAAF dan MENYESAL" Udah dengan dua kata itu aja dengan gampang di maafin..Biasa mah mana2 novel Alurnya sama aja...😂

2024-12-22

0

Winsulistyowati

Winsulistyowati

Alira Semangat ya..👍👍💪💪

2023-02-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!