Bab 3–Tetangga Sebelah

Lengkaplah sudah penderitaan Reva pagi itu. Kombinasi antara kepalanya yang berdenyut-denyut hebat, perut lapar dan mata sepat membuatnya muak bahkan sebelum harinya dimulai. Matahari tak muncul sejak kemarin. Jendela di kamarnya masih basah bekas hujan tadi malam. Saat itu udara sangat dingin dan perut Reva mulai keroncongan. Kulkas yang baru saja ia beli kemarin masih kosong melompong tak berisi.

“Aaargh! Lapar!” Reva mengumpat kepada dirinya sendiri, tetapi urung keluar dari kamarnya untuk membeli makanan. Hantu yang semalam ia jumpai masih lekat menggelayuti pikirannya.

Untuk memuaskan hasrat, Reva mulai mengulir layar ponsel, mendambakan sesuatu untuk memenuhi perutnya pagi itu. Beberapa menu makanan favoritnya terlihat dari balik layar ponsel. Sepertinya lontong kari atau sup pangsit ayam lezat sekali dinikmati. Namun, tetap masih enggan juga rasanya ia turun ke bawah, apalagi kalau harus berpapasan dengan pria angker itu lagi. Reva benar-benar paranoid!

Ah, cukuplah sudah! Reva tak tahan lagi. Ia akhirnya menekan tombol ‘ORDER’ pada sebuah layanan pesan-antar makanan, kemudian ia bersiap untuk mengambil pesanannya di meja resepsionis yang terletak di lobby apartemen. Lima belas menit adalah tenggat yang tertera di aplikasi tersebut. Waktu yang dibutuhkan sampai pesanan Reva tiba di tujuan. Selama itu, ia menunggu dengan sangat gelisah.

Rasanya tak karuan sekali. Entah tiba-tiba perutnya mulas, entah tiba-tiba ingin buang air kecil, entah itu jantung yang berdebar intens. Apa pun itu, perasaan Reva rasanya tak baik. Meski begitu, ia tetap berusaha berdamai dengan masalahnya sembari menarik napas panjang berkali-kali.

Lima menit waktu tersisa. Reva membuka pintu kamarnya untuk segera menuju ke resepsionis.

Saat itu, saat Reva hendak mengunci pintu sebelum meninggalkan kamarnya, ia mendengar suara pintu di sebelahnya juga dibuka oleh penghuni di dalamnya.

Unit A07121—unit yang terletak persis di sebelah A07122 milik Reva—pintunya perlahan terbuka dan seseorang dari dalam melangkah ke luar.

“Hati-hati, Sayang,” ujar seorang wanita sehabis menyalami pria yang terlihat sebagai pasangannya.

Nadia! Nadia Citra Melvi, berdiri di samping seorang pria yang tak lain dan tak bukan adalah Rafael. Ternyata, dugaan Reva tepat sekali. Rafael memang masuk ke kamar di sebelahnya tadi malam.

Rafael sekilas menoleh ke arah Reva yang berdiri memunggunginya. Dari tampilannya, sepertinya ia hendak berangkat ke kantor. Di sisi lain, Reva yang masih memegangi gagang pintu terus menundukkan kepalanya sampai pria itu benar-benar beranjak pergi.

Nadia—wanita cantik yang ternyata tinggal bersama Rafael—untungnya tak melihat Reva karena posisi tubuhnya masih berada di dalam rumahnya. Hanya lengannya yang tadi menjulur keluar untuk melambai ke arah Rafael. Namun begitu, Reva sudah sangat mengenal wanita itu. Suaranya sangat khas dan Reva sangat peka. Ia jarang sekali melupakan seseorang, apalagi mahkluk keji seperti Nadia yang sudah memporak-porandakan hidupnya.

Astaga! Reva membatin. Apa lagi ini? Bertemu Rafael dan Nadia di tempat yang sama, di waktu yang bertepatan, bagi Reva terasa seperti sudah jatuh tertimpa tangga.

***

Reva baru saja pulang dari berbelanja kebutuhan dapur saat ia melihat seorang anak perempuan yang terlihat cemas di depan unit A07121, si tetangga sebelah. Anak itu memakai seragam Sekolah Dasar dan sepertinya usianya masih sangat kecil. Ia mondar-mandir dengan resah sambil terus memegangi botol minum yang ia kalungkan di leher. Ketika melihat Reva datang, anak itu terus saja menatapnya seperti ingin meminta tolong tetapi merasa enggan karena ia tak kenal.

“Kamu sendirian?” tanya Reva yang menyadari bahwa anak itu sedang gelisah.

Bocah cilik itu hanya mengangguk dengan kedua manik mata yang terus saja berusaha menilik ke sana kemari.

“Rumahmu di mana?” tanya Reva lagi, masih dengan kantung belanja di tangan kanan dan kirinya.

“Di sini,” tunjuk anak itu ke pintu dengan plakat berkode A07121.

Hah? Di situ? Tunggu dulu!

Reva terperangah, lalu ia menatap anak itu lekat-lekat. Setelahnya, yang ia temukan adalah sambaran kenyataan yang sangat menyakitkan.

Tanpa sadar, Reva mulai memetakan setiap garis lekukan di wajah anak itu dan berusaha menghubungkannya dengan dua sosok yang terus saja berkelana di kepalanya. Setiap rincian fitur anak itu dicocokkan dengan fitur dari dua wajah yang selama itu menghantui hidup Reva. Mata mirip ayah. Hidung mirip ibu. Alis mirip ibu. Bibir mirip ayah. Rahang mirip ayah. Itulah yang Reva temukan. Anak ini benar-benar buah hati mereka. Kombinasi yang seimbang antara Rafael dan Nadia. Reva sangat yakin akan hal itu.

“Ibumu di mana?” tanya Reva lirih. Ia sebenarnya ingin sekali bersikap masa bodoh saja dan meninggalkan anak itu sendirian untuk membuat kue. Namun, apa daya hati kecilnya sungguh tak tega.

Sebelum anak itu sempat menjawab, seorang wanita menjerit kepadanya dari ujung koridor, “KAIA!” Wanita itu, Nadia, dengan gegas menghampiri si anak sembari kerepotan mencari kunci kamarnya dari tas yang ia kenakan di pundaknya. “Ayo, masuk, Kaia!” bentaknya tanpa mau melirik Reva yang sedang berdiri tak jauh darinya. “Masuk! Sekarang!”

Reva hanya bisa geleng-geleng saja menyaksikan tingkah Nadia yang sama sekali belum berubah sejak dahulu. Sedetik kemudian Reva tersentak karena perempuan dengan rambut sebahu itu masuk sambil membanting pintu.

Cewek gila! Reva memaki dalam hati. Anak itu mungkin tak lebih dari delapan tahun. Bisa-bisanya dibiarkan menunggu seorang diri seperti itu!

***

Seharian itu sepertinya Reva hanya akan bersantai manja menikmati waktu luangnya. Bahaya jika ia membiarkan dirinya terlalu kelelahan, bisa-bisa ia jatuh sakit lagi. Setelah tubuhnya semerbak mewangi dan perutnya terisi penuh, Reva menghabiskan waktunya dengan membaca buku dan menonton film-film favoritnya. Namun, tak peduli seberapa keras pun ia mencari pengalihan, otaknya tetap berpusat pada satu hal; apalagi kalau bukan tentang tetangga barunya ... atau lamanya?

Jadi dia memilihnya?

Jadi dia benar-benar menikahinya?

Jadi mereka benar-benar menikah setelah semua itu?

Jadi mereka sudah punya anak?

Jadi mereka tinggal di sebelah?

Jadi kami benar-benar bertetangga?

Sial!

Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar-putar di kepala Reva yang kian terasa berat. Ia tak habis pikir, dari delapan milyar manusia di bumi, mengapa harus dua mahkluk keparat itu yang tinggal di sebelahnya? Reva sangat berharap bahwa mereka hanya menyewa unit itu tanpa benar-benar membelinya, dan mereka akan segera pindah. Karena jika tidak, Reva-lah yang akan pindah. Ah, belum apa-apa Reva sudah berpikir untuk pindah. Sial sekali!

Reva juga menyesal mengapa ia bisa begitu terlambat mengetahui hal itu. Andai ia tahu siapa tetangganya. Andai ia bertanya-tanya terlebih dahulu. Andai ia bertemu dua orang itu sebelum proses pembelian terjadi. Andai ia memilih apartemen yang lain. Andai, andai, dan andai yang tak kunjung usai hingga gelap kembali datang memayungi langit Bandung. Sudahlah, tak ada gunanya pula terus berandai-andai seperti itu.

Sementara Reva melamun, seseorang mengetuk pintu kamarnya dari luar.

“Kris!” pekik Reva ketika ia melihat siapa tamunya.

“Halo, Va,” ujar pria itu, Kris, yang baru saja kembali dari Jakarta untuk urusan pekerjaan. “Bagus, lho, interiornya.”

“Makasih, Kris. Tabunganku habis tapi,” jawab Reva dengan wajah cemberut sembari melangkah ke dapur hendak membuatkan minuman untuk Kris.

“Habis ini semangat kerja lagi, ya,” tukas Kris seraya menaruh ransel dan membuka sepatunya. “Kamu betah di sini, Va?”

“Kayaknya besok aku jual lagi.”

“APA KAMU GILA?”

“Ternyata aku nggak betah.”

“Memangnya kenapa?”

“Ya, begitu, deh, aku mau rumah yang ada halamannya.”

“Kamu, ‘kan, udah mikirin itu sebelum eksekusi beli apartemen ini! Tumben, kok, labil?"

“Ah, udahlah, kamu nggak ngerti.”

“Bukan gitu, Va, kamu itu habis-habisan banget beli tempat ini. Nggak sayang sama perjuangan kamu kemarin-kemarin kalau cepat-cepat dijual?”

“Aku udah nggak punya apa-apa lagi sekarang. Dana darurat pun aku pakai kemarin."

“Kamu sebenarnya ada masalah apa, sih? Aku boleh tahu, ‘kan? Kamu nggak punya siapa-siapa lagi, lho, selain aku.”

Reva tak menjawab pertanyaan itu. Ia sendiri merasa tak yakin lagi dengan kapasitas berpikirnya. Di satu sisi, ia sangat ingin melarikan diri. Namun, di sisi lain, ia sangat menyukai rumah barunya. Segalanya pas baginya. Angin dinginnya, suasananya, fasilitasnya, mungkin tak ada lagi tempat yang seperti itu dalam jangkauan budget Reva. Ia tak bisa dan tak ingin ke mana-mana lagi.

“Va, kayaknya kamu kelelahan. Katanya, tempat baru memang auranya bikin nggak betah, dan bikin kamu menyesal. Tapi, lama-lama kamu pasti bisa adaptasi, kok!”

Bukan, Kris. Bukan aura tempat ini alasannya, tapi aura tetangga sebelah!

Terpopuler

Comments

Authophille09

Authophille09

seng sabar Va🤭 hidup mmg penuh ujian, kalo sedikit berarti ujian🤣

2022-12-18

0

Astari Atelier

Astari Atelier

dah bilang aja ke kris yg sebenarnya. kali aja dia mau bantuin ngusir tetangga biar cpt pindah. wkwk

2022-12-07

2

Asmiyati Ulfah

Asmiyati Ulfah

Wkk Reva Reva, gppa ya va pindah-pindah apartemen yg penting gk pindah-pindah ke lain hati aja

2022-12-07

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1–Kehidupan Baru
2 Bab 2–Hantu dari Masa Lalu
3 Bab 3–Tetangga Sebelah
4 Bab 4—Konfrontasi
5 Bab 5—Di Bawah Rintik Hujan
6 Bab 6—Pernikahan Sembilan Tahun
7 Bab 7—Buah Hati
8 Bab 8—Kotak Kenangan
9 Bab 9—Selamat Tinggal, Sayang
10 Bab 10—Undangan
11 Bab 11—Krisna
12 Bab 12—Reuni
13 Bab 13—Cerita Kita
14 Bab 14—Kejutan
15 Bab 15—Menunggu
16 Bab 16—Kerja Sama
17 Bab 17—Efek Bola Salju
18 Bab 18—Melindungi dan Dilindungi
19 Bab 19—Antara Dia dan Dirinya
20 Bab 20—Kompromi
21 Bab 21—Pertemuan Dua Wanita
22 Bab 22—Mama
23 Bab 23—Rumah Masa Kecil
24 Bab 24—Cincin di Jari Manis
25 Bab 25—Cerita dari Balkon
26 Bab 26—Jeritan dari Hati
27 Bab 27—Pintu Rahasia
28 Bab 28—Emosi
29 Bab 29—Balas Dendam
30 Bab 30—Pertikaian Besar
31 Bab 31—Koma
32 Bab 32—Diary
33 Bab 33—Dimensi Lain
34 Bab 34—Salah Paham
35 Bab 35—Dibuang dan Dilupakan
36 Bab 36—Keluarga Baru
37 Bab 37—Telah Kembali
38 Bab 38—Sebuah Tempat di dalam Benak
39 Bab 39—Bunga
40 Bab 40—Fenomena Alam
41 Bab 41—Sejuta Kerinduan
42 Bab 42—Terkekang
43 Bab 43—Pengintaian I
44 Bab 44—Pengintaian II
45 Bab 45—Pengintaian III
46 Bab 46—Burung di Sangkar Emas
47 Bab 47—PTSD
48 Bab 48—Cinta Lama
49 Bab 49—Dilema
50 Bab 50—Cermin
51 Bab 51—Blind Spot
52 Bab 52—Semua Tak Sama
53 Bab 53—Perceraian?
54 Bab 54—Kriminal
55 Bab 55—Mantan Kekasih
56 Bab 56—Biang Kerok
57 Bab 57—Masih Ada Waktu
58 Bab 58—Kebebasan
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1–Kehidupan Baru
2
Bab 2–Hantu dari Masa Lalu
3
Bab 3–Tetangga Sebelah
4
Bab 4—Konfrontasi
5
Bab 5—Di Bawah Rintik Hujan
6
Bab 6—Pernikahan Sembilan Tahun
7
Bab 7—Buah Hati
8
Bab 8—Kotak Kenangan
9
Bab 9—Selamat Tinggal, Sayang
10
Bab 10—Undangan
11
Bab 11—Krisna
12
Bab 12—Reuni
13
Bab 13—Cerita Kita
14
Bab 14—Kejutan
15
Bab 15—Menunggu
16
Bab 16—Kerja Sama
17
Bab 17—Efek Bola Salju
18
Bab 18—Melindungi dan Dilindungi
19
Bab 19—Antara Dia dan Dirinya
20
Bab 20—Kompromi
21
Bab 21—Pertemuan Dua Wanita
22
Bab 22—Mama
23
Bab 23—Rumah Masa Kecil
24
Bab 24—Cincin di Jari Manis
25
Bab 25—Cerita dari Balkon
26
Bab 26—Jeritan dari Hati
27
Bab 27—Pintu Rahasia
28
Bab 28—Emosi
29
Bab 29—Balas Dendam
30
Bab 30—Pertikaian Besar
31
Bab 31—Koma
32
Bab 32—Diary
33
Bab 33—Dimensi Lain
34
Bab 34—Salah Paham
35
Bab 35—Dibuang dan Dilupakan
36
Bab 36—Keluarga Baru
37
Bab 37—Telah Kembali
38
Bab 38—Sebuah Tempat di dalam Benak
39
Bab 39—Bunga
40
Bab 40—Fenomena Alam
41
Bab 41—Sejuta Kerinduan
42
Bab 42—Terkekang
43
Bab 43—Pengintaian I
44
Bab 44—Pengintaian II
45
Bab 45—Pengintaian III
46
Bab 46—Burung di Sangkar Emas
47
Bab 47—PTSD
48
Bab 48—Cinta Lama
49
Bab 49—Dilema
50
Bab 50—Cermin
51
Bab 51—Blind Spot
52
Bab 52—Semua Tak Sama
53
Bab 53—Perceraian?
54
Bab 54—Kriminal
55
Bab 55—Mantan Kekasih
56
Bab 56—Biang Kerok
57
Bab 57—Masih Ada Waktu
58
Bab 58—Kebebasan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!