"Aku tidak memperhatikan karyawan satu-satu, Yah. 'Kan banyak di mess, dan supir antar jemput juga bukan aku saja."
"Kalau begitu, tolong perhatikan karyawan mess mulai hari ini. Siapapun dia, hal kecil apapun yang dilakukannya, karena bisa berakibat fatal."
"Iya, baiklah. Aku tahu."
"Mmh."
Iwabe melihat mimik Ayahnya yang sedikit beda. "Iya, apalagi?"
"Jangan lupa tengok ibumu, dia sudah kangen padamu."
"Iya, iya."
Iwabe dan direktur perusahaan itu, Sastra Dirga, tidak mirip. Itu karena Iwabe berwajah seperti ibunya, yang asli Jepang dan direktur itu sebagai ayahnya berwajah Jawa.
Tentu saja, Iwabe yang berusaha menyembunyikan identitasnya demi memeriksa pegawai-pegawai nakal di perusahaan itu, merasa nyaman dengan posisinya sekarang ini sebagai pengurus mess dan sopir antar jemput karyawan. Bahkan, sekretaris ayahnya pun tak tahu, ia adalah putra direktur.
Ia bisa dengan mudah tahu, pegawai mana yang 'menjilat' atasannya, dan mana yang jujur.
Ya sudah, Yah. Aku balik dulu."
"Be ...." Direktur itu menyodorkan kartu hitamnya. "Ini, kau pegang untuk kebutuhanmu."
"Sudah, tidak apa-apa, Yah. Gajiku cukup kok, buat diri sendiri. Nanti saja kalau Abe nikah." Pria gondrong itu menepuk bahu ayahnya, menenangkannya.
"Carikan ayah menantu yang cantik ya?"
Iwabe tergelak. Ayah dan anak itu memang sangat akrab.
Baru saja pria itu keluar dari ruang kerja ayahnya, ia bertemu CEO Nathan.
"Eh, kamu gak ada pekerjaan 'kan?" ujar pria itu tanpa basa basi.
"Apa?!"
"Kau menggantikan supirku yang sakit hari ini."
"Tapi aku harus kembali ke mess."
"Kamu tidak tahu aturan sekali ya? Ini 'kan jam kantor. Urusan mess nanti setelah jam pulang kantor. Apa kamu tidak tahu itu?" omel CEO itu.
"Tapi ada yang ...."
"Kamu denger gak sih, perintahku? Mau aku pecat?"
Iwabe tak bisa berkata-kata karena kesal. "Iya, Pak." Akhirnya kalimat itu yang keluar dari bibirnya agar bisa menyelamatkan semuanya.
"Ya sudah, tunggu di tempat parkir sana! Aku mau bicara dulu dengan Pak Direktur." Pria itu kemudian masuk ke ruang direktur diantar sekretaris direktur.
"Nye, nye, nye, nye, ...." Iwabe menirukan kecerewetan pria itu karena dongkol.
----------+++---------
Iwabe mendatangi kamarnya dan terkejut. Seorang wanita dan seorang bocah laki-laki duduk di kursi di depan kamarnya.
Tentu saja kedatangan keduanya sudah diketahui, tapi ada yang berbeda. Bocah laki-laki itu ... bule sementara ibunya orang Indonesia.
Iwabe mendekat, fokus menatap bocah itu sedang wanita itu fokus menatap Iwabe yang wajahnya beda dari orang Indonesia. "Ini ...."
Wanita itu, segera sadar. "Oh, ini anak Saya."
"Anakmu?" Iwabe mengangkat alis. Paling, tidur sama bule terus ditinggal. Sekarang, karena malu dia pakai jilbab. Huh, munafik! Pasti belum pernah nikah. Kalau ditanya pasti pernah, tapi kalau suruh tunjukkan surat nikah, pasti banyak alasannya. Ya sudahlah, bukan urusanku juga.
Wanita seperti ini pasti mengejar bule-bule yang banyak duitnya, padahal, wajahnya tidak jelek juga. Malah cenderung manis.
Pria itu berdehem karena terlalu lama mematung. "Saya Iwabe, pengurus mess di sini. Kebetulan kalian duduk di depan kamar Saya."
"Oh, iya. Saya diberi tahu pegawai di sini, jadi Saya kemari. Lagipula, yang punya kursi di beranda, hanya Bapak saja seorang jadi pastinya Bapak pengurus mess di sini." Nasti menurunkan Bian dari pangkuan dan berdiri.
"Mmh. Oya, maaf Saya telat karena ada urusan kantor tadi."
"Eh, tidak apa-apa."
"Eh, oh, ya. Kamu di sebelahku kebetulan, kamarnya."
Nasti menoleh ke arah mana Iwabe menunjuknya. "Oh, oh, itu. Syukurlah."
Iwabe mengerut kening. Maksudnya?
"Ah, ternyata tidak perlu jauh-jauh bawa kopernya."
Awas aja kalo berani godain aku di sebelah, batin Iwabe. Kamar Iwabe berada di perbatasan mess untuk perempuan dan laki-laki agar ia bisa mengawasi siapa saja yang melewati batas yang tidak boleh dilewati karena di tempat itu dilarang pacaran.
"Ayo, Nak kita masuk. Eh kuncinya?" Nasti berbalik ke arah pria itu.
"Oya, sebentar." Iwabe kemudian pergi ke kamar mengambil kunci dan membuka kamar di sampingnya.
"Ini, kamarnya."
Nasti kemudian masuk dan melihat fasilitas yang ada. Hanya ada spring bed di lantai, lemari, meja kecil dan kamar mandi. "Oh, alhamdulillah, lengkap juga ternyata."
Bocah itu berlarian di dalam kamar dan arahnya tak tentu membuat Iwabe sedikit pusing melihatnya.
"Anakmu ini dititipkan saat kerja 'kan?" tanya pria itu memastikan.
"Oh, iya. Rumah orang tuaku ...."
"Ya, aku hanya memastikan saja, karena aku juga bekerja saat itu. Tidak ada orang di sini kecuali satpam dan orang sakit," ucap pria itu dengan lugas.
"Kalau masak?"
"Tidak boleh masak di kamar ya? Ada ruang masak di gedung serba guna di belakang, juga lemari es. Kau boleh masak di sana."
"Oh, iya."
"Sudah mengerti 'kan? Kalau ada pertanyaan kau bisa mendatangi kamarku di sebelah," ucap pria itu dengan wajah datar.
"Oh, iya. Terima kasih, Pak."
"Mmh." Tanpa basa basi ia keluar dan masuk ke kamarnya. Ia menutup pintu.
Aneh juga, wanita itu seperti habis menculik anak orang bule. Sama sekali tidak mirip dengan ibunya, batin pria itu.
Sedang Nasti tersenyum simpul mendapati pengurus mess adalah orang Jepang yang bahasa Indonesianya sangat lancar, seakan ia memang dibesarkan di Indonesia.
--------+++--------
Saat Iwabe berbaring, ia bisa mendengar sayup-sayup suara wanita itu berbicara dengan anaknya. Memang berisik sekali.
"Bian, kamu jangan lari-lari berputar terus apa gak pusing kamu, Nak?"
"Mama, Mama ...."
"Ayo, kosmetik Mama jangan dibongkar gitu ...."
"Bian, jangan loncat-loncat di atas tempat tidur, Sayang. Ini sudah waktunya tidur."
Anehnya, suara berisik itu sama sekali tidak mengganggu pria itu karena suara Nasti yang lembut pada anaknya.
"Ayo, Bian. Tidur."
Pria itu bahkan tersenyum mendengarnya. Wanita itu ... eh, aku lupa tidak tahu namanya. Pria itu mengetuk keningnya. Kenapa aku lupa menanyakan namanya?
-----------+++----------
"Siapa namamu?"
"Nasti." Wanita itu menggandeng Bian.
"Oh."
"Kenapa?"
"Aku lupa menanyakan namamu kemarin."
"Oh ...."
Iwabe melirik wanita itu. Mmh. Pasti ge-er.
Nasti merapikan baju anaknya dan tas di punggung si kecil. "Nanti jangan nakal ya? Jangan main di dapur lagi."
"Iya, Ma." Kemudian Nasti menarik anaknya pergi.
"Eh, kamu tidak naik bus?" tanya pria itu.
Nasti berhenti dan menoleh. "Tapi aku takut tidak bisa tepat waktu datang ke sininya. Lebih baik berangkat saja dulu karena aku masih belum mengerti arah jalannya."
"Eh, bagaimana kalau aku antar kamu ke rumah orang tuamu?"
"Apa?"
Orang-orang yang berada di atas bus ribut, membuka jendela dan ikut bicara.
"Apa gak terlambat ini, pergi ke kantornya?"
"Gila, jam berapa sampai kantornya?"
Nasti pun terlihat bingung. "Tapi ...."
"Orang tuamu tinggal di mana?"
"Cipelangi."
Orang-orang di bus kembali ribut.
"Deket sih."
"Tapi lawan arah."
"Ya sudah, aku antar." Pria itu memutuskan.
Namun orang-orang di bus kembali ribut.
"Wah, enak bener ya?"
"Nanti kalau terlambat bagaimana?"
Iwabe menatap penumpang busnya satu-satu. "Yang protes boleh keluar dan ganti bus lain," tegasnya.
Seketika bus senyap.
___________________________________________
Makin seru kan reader? Baca terus ya dan beri semangat authornya dengan memberi like, komen, vote atau hadiah. Ini visual Bian, si bocah aktif. Salam, ingflora. 💋
Intip yuk novel teman author yang lain.
Pernikahan Rahasia Anak SMA 2
Author: LichaLika
Zara Adelia, gadis cantik dan juga seorang Nona muda yang masih duduk di kelas 12 SMA, terpaksa menjalani pernikahan rahasia dengan seorang pria yang lebih dewasa darinya. Ia dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang pria dari kalangan sederhana, kedua orang tua Zara sangat yakin jika pria tersebut bisa membuat Zara bahagia. Pria tersebut tak lain adalah guru olahraga sekaligus guru BP nya di sekolah. Sedari dulu Zara sangat tidak menyukai guru olahraga nya itu.
Akankah Zara bisa hidup bahagia bersama pria yang bukan pilihannya? Nyatanya sehari-hari Zara harus berhadapan dengan suami sekaligus guru olahraga nya di sekolah. Mungkinkah cinta mulai bersemi di antara mereka?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Roslina Dewi
lucu banget
2022-12-29
1
listiyarifien alfatih
utututu.. jadi inget Emirku yg baru berusia 9 bulan.🙈
mangats lagi Kaka!!💪🏼💪🏼
2022-12-07
1
anikkkk
cakep bgt bian😍😍😍😍
2022-12-02
1