"Arrrrggggg," Raisa berteriak karena skincare miliknya telah habis.
Dia sungguh bingung harus bagaimana kalau wajahnya tidak memakai skincare pasti akan penuh jerawat.
Tiba-tiba Bryan muncul di dalam otaknya, dia ingin meminjam uang pada Bryan untuk membeli skincare.
"Bryan, ya Bryan yang bisa menolong aku," gumam Raisa.
Raisa segera pergi ke kamar Bryan, kebetulan kamar Bryan tidak dikunci sehingga Raisa langsung masuk saja.
Aaaaaaaa
Raisa berteriak saat membuka pintu karena lagi-lagi matanya harus menyaksikan Bryan tanpa busana.
Brak
Raisa menutup pintu kamar Bryan dengan keras lalu dia kembali ke kamarnya.
"Astaga dua kali lihat si burik," kata Raisa.
"Aaaaa," Dirinya berteriak kembali.
Bryan yang selesai memakai baju pergi ke kamar Raisa dia ingin protes karena Raisa masuk kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Brak
Brak
Bryan menggedor pintu kamar Raisa.
"Woy Raisa, keluar!" teriak Bryan.
Raisa yang kesal segera membuka pintu kamarnya.
"Ada apa sih!" Raisa kesal karena Bryan menggedor-gedor pintu kamarnya.
"Ada apa ada apa, ngapain kamu masuk kamar aku, pasti kamu sengaja ya karena ingin lihat aku tanpa busana," sahut Bryan.
"Astaga, ngapain juga aku tertarik lihat milik kamu yang burik itu," timpal Raisa.
Bryan yang kesal membalikan badan lalu pergi namun Raisa memanggilnya.
"Bryan," panggil Raisa.
Bryan berhenti lalu membalikkan badan lagi.
"Ada apa?" tanya Bryan.
"Aku ingin meminjam uang," jawab Raisa.
Bryan tertawa keras, dirinya saja kekurangan uang la ini Raisa malah ingin meminjam uang.
"Apa? pinjam uang? aku saja kekurangan uang," kata Bryan.
"Apa jatah bulanan kamu juga dikurangi?" tanya Raisa lagi.
Bryan mengangguk, semenjak menikah dengan Raisa Bryan menganggap hidupnya sangat menyebalkan, dia menginginkan kehidupannya yang dulu saat dia masih kuliah di Amerika Serikat.
"Ini semua karena pernikahan gila ini," ucap Bryan dengan frustasi.
Tak hanya Bryan Raisa juga merasa sangat frustasi, baru kali ini papanya berbuat seperti ini dan ini juga karena pernikahan gila yang terjadi beberapa waktu yang lalu.
"Padahal skincare aku habis." Tubuh Raisa melemas lalu bersandar di dinding.
"Nggak usah pakai skincare, kalau ingin putih pakai aja batu kapur, kalau ingin glowing olesi minyak, kalau ingin merah merona pakai aja batu bata." Bryan memberikan sarannya.
Raisa menatap Bryan sambil mendengus kesal, bisa-bisanya memberi saran yang tak masuk akal.
"Sinting," ucap Raisa.
Bryan tertawa lalu pergi meninggalkan Raisa yang bingung, Bryan duduk di teras samping rumahnya berpikir bagaimana untuk mendapatkan uang tambahan dari papanya.
Raisa menyusul Bryan yang duduk di teras samping, dia ingin menyudahi perang diantara mereka.
"Kita sebaiknya gencetan senjata," kata Raisa yang mengagetkan Bryan.
"Gencetan senjata?" tanya Bryan lagi.
"Iya," jawab Raisa.
"Kita sebaiknya bekerja sama untuk mendapatkan jatah uang kita kembali," imbuh Raisa.
Bryan mengerutkan alisnya, merasa ambigu dengan ucapan Raisa.
"Bisa kamu jelaskan?" tanya Bryan.
"Kita bekerja sama dengan pura-pura menyerah dan menerima pernikahan ini, kita tunjukan pada papa-papa kita kalau kita ini pasangan bahagia," jelas Raisa.
Bryan tersenyum lalu mencubit pipi Raisa.
"Astaga Raisa otak kamu tumben encer padahal kamu pendek," kata Bryan yang membuat Raisa kesal.
Setelah mengobrol Raisa dan Bryan memutuskan pergi ke rumah papanya untuk meminta voucher belanja di supermarket sekalian mereka akan memulai sandiwara mereka.
"Malam pa," sapa Bryan.
"Malam Om," sapa Raisa.
"Malam," balas papa Bryan.
Bryan dan Raisa menjelaskan tujuan mereka datang, papa Bryan yang sudah menyiapkan Voucher belanja segera mengambilnya.
"Kalian mau belanja berdua?" tanya Papa Bryan.
"Iya pa, Bryan kini sadar kalau memang seharusnya Bryan menerima Raisa sebagai istri," kata Bryan yang membuat Papanya kaget.
Papa Bryan mengerutkan alisnya, beliau mencium bau-bau udang di balik rempeyek namun papa tetap mencoba mempercayai anaknya.
Untuk menyakinkan papanya, Bryan memegang tangan Raisa dengan tersenyum manis, Raisa nampak kikuk namun dia langsung tersenyum sambil menatap Bryan.
"Kami akan mencoba saling mencintai pa," ucap Bryan lalu mencium Raisa.
Raisa melongo tak percaya, kenapa jadi seperti sandiwara mereka? padahal tidak ada cium mencium dalam skenario mereka.
"Bryan kamu jangan mencuri kesempatan dalam kesempitan, gak ada cium-cium," bisik Raisa.
"Biar lebih hidup saja," sahut Bryan.
Melihat sikap Bryan ke Raisa membuat papa Bryan senang, dia yakin kalau Bryan dan Raisa bisa saling mencintai.
"Kalian sudah makan?" tanya Papa Bryan.
Raisa dan Bryan menggeleng lalu papa Bryan mengajak mereka untuk makan malam bersama
"Ya sudah, ayo kita makan malam bersama," ajak papa Bryan.
Sikap Bryan sungguh manis pada Raisa, hingga membuat Raisa bingung dan kikuk.
"Kamu mau makan apa?" tanya Bryan yang membuat Raisa kikuk dan bingung dengan sikap suaminya tersebut.
Papa Bryan tersenyum, begini kan enak dipandang mata, tidak dengar terus macam tom n Jerry.
"Kalau kalian seperti ini kan papa senang," kata Papa Bryan.
"Iya pa," sahut Bryan.
Setelah makan mereka berdua pamit untuk pulang, karena sudah makan mereka memutuskan untuk belanja keperluan dapur keesokan harinya.
"Kamu ke mobil dulu, aku ingin bicara sama papa sebentar," titah Bryan.
"Baiklah," sahut Raisa sambil meminta kunci mobil Bryan.
Bryan mendekati papanya.
"Pa, bisa Bryan mengobrol sebentar?" tanya Bryan.
"Bisa," jawab Papa.
Bryan yang membutuhkan uang lebih mengambinghitamkan Raisa untuk mendapatkan uang lebih dari papanya.
"Begini pa, Raisa minta uang pada Bryan untuk membeli skincare, tapi Bryan tidak memiliki uang karena harga skincare Raisa yang sangat mahal," kata Bryan dengan raut wajah sedih.
Melihat anaknya yang bersedih tentu tak tega apalagi ini untuk keperluan Raisa.
"Berapa harga skincare istri kamu?" tanya Papa Bryan.
"Sekitar sepuluh juta pa," jawab Bryan.
"Ya sudah nanti papa akan transfer lebih, besok ajak istri kamu untuk beli skincare dan belanja lainnya," sahut papa Bryan.
Bryan tersenyum puas, akhirnya dia bisa hang out dengan teman-temannya besok malam.
"Yes, berhasil," batin Bryan dengan tersenyum senang.
Setalah mendapatkan apa yang dia mau, Bryan pamit untuk pulang.
"Ya sudah Bryan pamit dulu pa," pamit Bryan.
Keesokannya, Raisa dimarahi papanya karena meminta skincare yang mahal pada Bryan yang membuat Papa Raisa merasa malu pada Papa Bryan.
"Pasti ini akal-akalan si burik, keliahatannya dia mengibarkan bendera peperangan lagi," gumam Raisa dengan marah.
Raisa yang kesal mencoba membangunkan Bryan namun Bryan yang masih tidur tidak mendengar gedoran pintu Raisa.
"Awas saja kalau bangun," kata Raisa dengan gejolak di dadanya.
Beberapa saat kemudian Raisa kembali ke kamar Bryan dan sudah terbuka.
"Bryan?" teriak Raisa.
"Apa?" sahut Bryan dari kamar mandi.
Raisa yang dikuasai amarah langsung masuk saja. Bryan yang asik berendam air hangat di bathub jadi kaget.
"Apa sih, pagi-pagi sudah berteriak," gerutu Bryan.
"Apa maksud kamu mengambinghitamkan skincare aku untuk meminta uang pada papa kamu," maki Raisa.
Bryan tertawa, dan ini membuat Raisa semakin kesal terjadilah debat diantara mereka hingga terjadilah tarik menarik hingga akhirnya Raisa terjatuh masuk ke dalam bathub dan saat bersamaan datanglah papa papa mereka.
"Oh, papa kira ada apa kok terdengar teriakan nggak taunya kalian lagi anu," kata Papa Raisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Aqila Khairunisa
Bryan ngk laki akh 🤪
2023-01-05
0
ˢ⍣⃟ₛ🍾⃝𝓡ͩ𝓱ᷞ𝔂ͧ𝓷ᷠ𝒾𝓮ͣᴸᴷ㊍㊍
haiis... bryan.. pengen ku tabok pantatnya pakek wajan gosong... iih...pengen gue ucel ucel ...
2023-01-02
1
ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐
Yaampun Bryan kamu ini bener bener masa istrimu digituin sih ...Ayoo papa buat Bryan bekerja keras....
2022-12-19
0