"Raisa kamu tidur di kamar sebelah, aku tidur di kamar utama," kata Bryan.
"Nggak, aku yang tidur di kamar utama kamu yang tidur di kamar sebelah," protes Raisa.
Bryan yang tidak mau mengalah segera memasukkan kopernya ke dalam kamar utama lalu dia segera merebahkan diri di tempat tidur.
Raisa yang kalah cepat dengan Bryan segera menyusul lalu dirinya menarik tangan Bryan.
"Kamu apa-apaan sih Raisa," protes Bryan.
"Ini kamar aku kamu yang disebelah," sahut Raisa.
Bryan yang enggan untuk pergi saling tarik dengan Raisa sehingga Raisa tertarik dan jatuh di atas Bryan.
Mata Bryan dan Raisa saling pandang lalu Raisa segera turun dari atas Bryan.
"Ya sudah aku yang di kamar sebelah," kata Raisa lalu segera pergi ke kamar sebelah.
Raisa memegangi dadanya yang tadi bersentuhan dengan dada Bryan.
"Astaga menang banyak dia, ngapain juga jatuh sih Raisa, kini dada kamu nggak virgin lagi," kata Raisa dengan menyesal.
Waktu berjalan dengan cepat tak terasa waktu sudah menunjukan pukul delapan malam. Bryan yang lapar pergi ke kamar Raisa meminta istrinya supaya menyiapkan makanan.
"Hey siapkan makan malam," kata Bryan yang langsung masuk ke kamar Raisa.
"Siapkan-siapkan enak sekali kamu meminta aku menyiapkan makan malam, memangnya aku babu kamu," sahut Raisa yang kesal dengan Bryan.
"Kan memang tugas kamu mengurusi suami," ucap Bryan.
"Hello, kita ini suami istri jadi-jadian jadi nggak usah mengklaim sebagai suami aku," tukas Raisa.
Tak ingin berdebat lebih panjang lagi, Bryan pergi sendiri ke dapur untuk melihat isi kulkas, ternyata di sana tidak ada apa-apa.
"Astaga heran aku sama papa, kulkas segede ini dibiarkan menyala tanpa isi," gerutu Bryan lalu menutup pintu kulkas dengan keras.
Bryan kembali ke kamarnya, dia yang sangat lapar mengambil kunci mobilnya untuk makan diluar.
Saat menutup pintu kamar kebetulan Raisa keluar kamar juga.
"Kamu mau kemana?" tanya Raisa.
"Makan diluar, di dapur gak ada apa-apa," jawab Bryan.
"Trus aku gimana Bryan," ucap Raisa.
"Itu urusan kamu lah, kalau lapar sana makan tuh pintu kulkas atau minum saja air kran biar kenyang," sahut Bryan.
"Astaga, ada gitu ya cowok kejam macam kamu," timpal Raisa.
Bryan tidak menggubris Raisa dia juga malas berdebat karena cacing-cacing di perutnya sudah mengadakan konser besar-besaran.
Raisa segera mengejar Bryan, selain dia lapar Raisa juga takut ditinggal sendiri di rumah.
"Bryan ikut," teriak Raisa
"Nggak," sahut Bryan.
"Pokoknya aku ikut." Raisa bersikeras untuk ikut.
Bryan sungguh kesal sekali dengan Raisa namun dia juga tidak bisa melarang Raisa untuk ikut.
"Kamu ngapain sih ikut," gerutu Bryan.
"Aku kan juga lapar Bryan lagian aku takut di rumah sendiri," sahut Raisa.
Bryan hanya menghela nafas, lalu menyalakan mobilnya. Sesampainya di kafe, Bryan dan Raisa mencari tempat duduk.
"Aku ke toilet dulu," kata Raisa.
"Ngapain ngomong, kalau mau ke toilet ya sudah sana," timpal Bryan.
"Ish nyesel aku," sahut Raisa lalu pergi.
Raisa berjalan menuju toilet dan dia berpapasan dengan Devan gebetannya.
"Devan," tegur Raisa.
"Raisa," balas Devan.
"Kamu kesini sama siapa?" tanya Devan.
Raisa nampak kikuk, jelas tidak mungkin bilang kalau dirinya datang dengan Bryan suaminya.
"Aku datang sendiri, kalau kamu?" tanya Raisa.
"Aku sama teman-teman," jawab Devan.
Raisa dan Devan mengobrol asik hingga lupa kalau dirinya kebelet buang air kecil.
Devan harus kembali karena mungkin teman-temanya sudah menunggu.
"Ya sudah," kata Raisa.
Raisa menatap punggung Deven dengan tersenyum, bagi Raisa Devan adalah lelaki perfect tapi papanya sangat tidak menyukai Devan sehingga melarangnya untuk pacaran dengan Devan.
Setelah selesai dari toilet, Raisa kembali lagi ke mejanya nampak Bryan sudah selesai makan.
"Kamu sudah selesai makan?" tanya Raisa.
"Sudah, ini mau pulang," jawab Bryan.
"Tunggu aku dong Bryan," sahut Raisa lalu memakan makanannya.
"Lagian ke toilet hampir setengah jam, apa sih yang dikeluarkan, atau jangan-jangan kamu nyemplung ke dalam korset ya," gerutu Bryan.
Raisa hanya melirik Bryan dengan kesal, dirinya yang tengah asik menikmati makannya tidak ingin berdebat dengan sang suami.
Keesokannya, saat Raisa ingin berangkat dia mengecek ponselnya dan ternyata ponselnya mati sehingga Raisa tidak bisa memesan taksi online.
"Gimana nih, apa aku bareng sama si burik ya, tapi kalau teman-teman pada tau gimana?" Dengan mondar-mandir Raisa bermonolog dengan dirinya sendiri.
Takut telat, Raisa pergi ke kamar Bryan kebetulan Bryan juga akan berangkat.
"Bryan aku nebeng ya," pinta Raisa.
"Kenapa sih nggak naik taksi online saja, kalau ada yang lihat aku bareng sama kamu gimana?" tanya Bryan.
"Hp aku mati," jawab Raisa.
"Menyebalkan sekali," sahut Bryan.
Mau nggak mau Bryan memberikan tumpangan pada sang istri.
"Kalau pulang nanti pulang sendiri ya, ogah aku ngasih tumpangan lagi," kata Bryan.
"Iya iya, takut amat," sahut Raisa.
Papa Raisa dan Papa Bryan memantau perkembangan anak-anak mereka ternyata meski satu rumah kelihatannya mereka tidak menunjukan perkembangan yang signifikan sehingga para papa memberikan limit untuk saldo ATM, e-wallet dan lain-lain sehingga mereka harus bisa berhemat.
"Keliatannya itu ide yang bagus, kita blokir kartu kredit mereka dan membatasi uang pada mereka supaya mereka bisa mandiri dan melakukan pekerjaan rumah bersama," kata Papa Raisa.
"Kalau Bryan memiliki uang yang lebih pasti di luar rumah dia akan memiliki kekasih," sahut Papa Bryan.
Begitu pula dengan Raisa, kalau uangnya lebih pasti dimanfaatkan oleh gebetannya itu," tukas Papa Raisa.
Di sisi lain Raisa dan Bryan berteriak karena kartu kreditnya diblokir, mereka juga melihat terkejut dengan uang jatah bulanan yang jauh dari biasanya.
"OMG papa, apa-apaan ini masa ngasih uang bulanan hanya lima juta cukup apa coba," gerutu Bryan.
Bryan langsung protes pada papanya lewat sambungan telpon, dia ingin papanya memberi uang bulanan seperti biasanya namun papa Bryan bilang kalau lima juta itu cukup, toh tagihan listrik dan air papanya yang tanggung. Untuk urusan dapur, Bryan nanti akan diberi voucher oleh papanya sehingga mereka bisa belanja urusan dapur di supermarket.
"OMG papa papa, kalau begini mental aku bisa down," sahut Bryan lalu memutuskan sambungan telponnya secara sepihak.
Tak hanya Bryan Raisa juga memprotes papanya, uang lima juga itu untuk apa, harga skincare yang dia gunakan saja hampir dua jutaan, belum lagi beli baju dan lain-lain.
"Papa apa mau membunuh mental aku," teriak Raisa lalu memutuskan sambungan telponnya.
Baik Raisa maupun Bryan membuang teleponnya di tempat tidur, mereka merasa kalau papa mereka sangat tidak adil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Aqila Khairunisa
mau uang jajan nya nambah.. minta tambahan SM briyan 😂😂
2023-01-05
0
ˢ⍣⃟ₛ🍾⃝𝓡ͩ𝓱ᷞ𝔂ͧ𝓷ᷠ𝒾𝓮ͣᴸᴷ㊍㊍
makin kemari makin seru ceritanya... nyicil dulu.. gak bisa baca maraton..lagi sibuk...
2023-01-02
1
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
setuju, kapan ada perkembangan nya kalau berantem melulu
2022-12-16
1