Bryan mendengus kesal, dia sungguh tak habis pikir dengan sang papa yang tega melakukan ini semua padanya.
Kekesalannya bertambah saat melihat Raisa turun dengan memakai kaosnya.
"Kamu apa-apaan kenapa memakai kaos aku," protes Bryan.
"Ya mau gimana lagi daripada aku turun tanpa baju, lagian pelit amat sih! iya nanti aku kembalikan," sahut Raisa.
"Awas saja kalau sampai rusak," ancam Bryan.
"Lagian cuma dipake gini gak akan rusak," sahut Raisa bersungut kesal.
Papa Bryan hanya tersenyum melihat tingkah mantu dan anak semata wayangnya, dia yakin kalau bersama Raisa, Bryan akan menjadi lebih baik dan tidak terpengaruh para wanita diluar sana seperti kebiasannya di L.A Amerika serikat.
"Kamu mau makan apa Raisa?" tanya Papa Bryan mencoba menguraikan kekesalan Raisa.
"Roti saja om." Tangan Raisa mengambil roti dan juga selai.
Tanpa sengaja Raisa menjatuhkan selai coklat di baju Bryan dan ini membuat Bryan marah.
"Woy baju aku," teriak Bryan.
Raisa melirik Bryan lalu mengambil tisu.
"Slow napa sih, nggak usah ngegas. Lagian kan bisa dibersihkan, heran aku," gerutu Raisa.
Bryan melongo menatap Raisa, dia sungguh kesal dengan Raisa yang santai setelah mengotori kaos mahalnya.
"Itu kaos mahal, awas saja kalau rusak." Bryan lagi-lagi mengancam.
"Terus saja mengancam, berapa sih harganya heran aku," sahut Raisa yang tak terima.
"20.000 ribu dolar," ungkap Bryan.
Raisa yang memakan rotinya jadi tersedak mendengar harga kaos Bryan yang seharga rumah.
"Gila, beli kaos harganya mahal amat memang kaos kamu ada toiletnya," sahut Raisa dengan tertawa.
Papa Bryan juga ikut tertawa, inilah salah satu alasan kenapa papa Bryan meminta Bryan untuk pulang karena di L.A dia selalu menghamburkan uang untuk membeli barang yang nggak jelas.
Bryan hanya melirik tanpa merespon ucapan Raisa, menurutnya kaos itu tidak begitu mahal karena langsung ditandatangani oleh artis kesayangannya Justin Buber.
Seusai makan, Raisa pamit untuk kembali ke villa papanya tapi Papa Bryan melarangnya untuk pulang sendiri.
"Raisa pulang sendiri saja om," kata Raisa.
"Bryan sekarang itu suami kamu jadi sudah kewajibannya untuk mengantar kamu kemanapun kamu pergi," jelas Papa Bryan.
Bryan yang enggan mencoba menolak namun lagi-lagi papanya mengancam sehingga mau nggak mau dirinya pergi mengantar Raisa kembali ke vila orang tuanya.
"Halo pengantin baru," sapa papa Raisa setelah Raisa masuk ke dalam vila.
"Pengantin baru apaan, kita tuh bukan pengantin baru pa, lebih tepatnya dia tuh musuh aku sekarang," sahut Raisa dengan ketus sembari melirik Bryan sang suami.
"Lemes sekali mulut cewek ini, dia pikir aku mau apa menikah dengannya. Sudah pendek, jelek, hitam pula, heran sama papa ngebet banget jadikan dia mantu," batin Bryan.
Raisa mencoba protes dengan papanya dia ingin berpisah dengan Bryan namun sama seperti papa Bryan, kalau Raisa bersikeras untuk pisah maka semua fasilitas yang dia gunakan saat ini akan diambil.
Raisa hanya bisa pasrah dan mencoba menjalani hidupnya dengan Bryan dan mengatur strategi agar Bryan tidak betah dengannya.
Waktu terus berlalu, Bryan dan Raisa sudah kembali ke kota mereka, dan segala aktivitas akan di mulai.
Raisa adalah seorang mahasiswi semester tiga sedangkan Bryan mahasiswa semester tujuh yang sebelumnya sekolah di salah satu universitas di negara Amerika Serikat. Rencannya Bryan akan sekolah di satu kampus yang sama dengan Raisa.
"Pagi-pagi sudah rapi mau ke pasar ya," kata Bryan saat melihat Raisa sudah rapi dengan segala outfitnya.
Raisa menetap Bryan dengan kesal, pasalnya entah mengapa Bryan seakan cari gara-gara.
"Mata kamu soek, masa iya cantik gini mau ke pasar," protes Raisa.
"Ya kan emak-emak kalau ke pasar juga cantik-cantik, bedakkan lapis tujuh, bibir merah semerah darah, alisnya seperti ekor kuda, bulu matanya cetar membahana," sahut Bryan dengan tertawa.
Mendengar ocehan sang suami membuat Raisa mendengus kesal, Bryan sungguh menyebalkan sekali.
"Lucu," kata Raisa.
"Sinting, makin kesini kamu semakin nggak waras," sambungnya.
"Gimana mau waras kalau aku harus hidup dengan wanita seperti kamu," sahut Bryan.
Raisa yang tidak ingin pusing lebih memilih pergi dan segera berangkat daripada debat dengan Bryan.
"Om Raisa berangkat dulu," pamit Raisa.
"Kenapa nggak bareng sama Bryan?" tanya Papa Bryan.
"Males Om," jawab Raisa lalu berangkat.
Sebenarnya hari ini hari pertama Bryan masuk kampus dimana Raisa kuliah tapi Raisa masih belum tau kalau Bryan akan kuliah disana juga.
Sesampainya di kampus Raisa duduk di bangku dia pusing memikirkan nasibnya yang menurutnya paling sial.
"Kenapa sih hanya aku yang dapat kesialan paling sempurna seperti ini, nikah dengan orang asing yang menyebalkan sekali, masa depan aku suram kalau sama dia." Raisa bermonolog dengan dirinya sendiri di dalam hati hingga suara temannya membuat dirinya kaget.
"Apaan sih, ngagetin aja gak lihat apa orang lagi melamun," protes Raisa.
Rea dan Lala saling pandang lalu tertawa, mereka kemudian duduk di samping Raisa.
"Pagi-pagi melamun kesambet Lo," kata Rea.
"Aku tuh lagi memikirkan nasib masa depan aku bestie," sahut Raisa dengan lemas.
"Kenapa emangnya, masa depan sudah jelas kenapa masih kamu pikir," timpal Lala.
Raisa yang tidak ingin teman-temannya tau kalau dirinya sudah menikah hanya mengusap rambutnya dengan kasar.
***********
"Eh tau nggak ada mahasiswa pindahan dari luar negeri," kata Rea.
"Masak sih," sahut Lala.
"Iya La, aku tadi lihat dia dikerumuni banyak mahasiswi," timpal Rea.
"Kamu tau nggak gantengnya ga ada obat, level up, maksimal pokoknya," imbuh Rea.
Raisa mengerutkan alisnya penasaran dengan mahasiswa pindahan yang dikatakan oleh Rea sahabatnya.
"Penasaran aku seganteng apa sih," sahut Raisa.
"Kalau bagi kamu sih ya ga ada yang lebih ganteng dari Devan," tukas Lala.
Devan adalah gebetan Raisa sejak pertama kali kuliah namun Devan tidak menyukai Raisa dia mau dekat dengan Raisa hanya untuk memanfaatkannya saja.
Papa Raisa, Pak Anton tau kalau Devan hanya ingin memanfaatkan Raisa tentu melarang putrinya untuk dekat-dekat dengan Devan namun Raisa enggan mengikuti nasehat sang papa.
Dari sinilah dia bercerita dengan sahabatnya Pak David yang merupakan partner bisnisnya.
Sudah lebih dari tiga tahun Papa Raisa tidak pernah bertemu dengan papa Bryan dan kini mereka dipertemukan dalam sebuah proyek yang mereka kerjakan bersama.
Siapa sangka Papa Bryan juga mengkhawatirkan anaknya sehingga timbul niatan untuk menjodohkan mereka namun ternyata Tuhan meridhoi niat mereka dan menjodohkan anak-anak mereka terlebih dahulu.
Bryan yang lelah dan lapar pergi ke kantin untuk makan dan minum dan betapa kagetnya dia melihat Raisa juga ada di sana.
Tatapan keduanya saling pandang namun mereka tidak saling menyapa.
Seolah tidak ingin semua tau kalau mereka ada hubungan.
"Itu Lo mahasiswa barunya, lihatlah langsung dikerubungi mahasiswi," kata Rea yang turut ikut mengerubungi Bryan.
Raisa memegangi kepalnya yang tiba-tiba pening.
"Astaga burik gitu kenapa dibilang ganteng tanpa obat," batin Raisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
🐝⃞⃟𝕾𝕳 Puput☘︎🦄✰⃝⚜️🥀
wkwkw😂😂 kedua sama sama gak bisa berkutik di ancam jadi gembel. Emang ya harta segala-segalanya pasti apapun akan di lakukan🤣
2023-01-02
1
🍭ͪ ͩSUHU🐝₆₉🔵
bryan tdk baik benci raisa nanti jatuh cinta dan bucin baru tau rasa 🤣
2023-01-02
1
🦂⃟ғᴀᷤᴛᷤᴍᷫᴀ 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛN⃟ʲᵃᵃ࿐📴
burik burik gitu suami kamu lho Raisa 🤭
2023-01-02
1