Bertanya

Pagi menjelang, Ansel yang baru saja bangun dari tidurnya tertegun melihat Clara tidak ada di sampingnya. Seingatnya, tadi malam dia melihat Clara tidur di sampingnya saat dia terbangun karena haus.

Dia segera pergi ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya, lalu turun untuk sarapan. Di lantai bawah, sudah terlihat pelayan yang sedang sibuk menyiapkan sarapan untuknya.

Dan saat dia sudah tiba di ruang makan, dia melihat Clara sedang ikut membantu para pelayan menyajikan makanan. Clara memang orang yang sangat ramah. Itulah sebabnya keluarga Ansel sangat menyukainya.

"Selamat pagi," sapa Clara dengan lembut disertai senyuman ramahnya.

"Pagi," sahut Ansel sambil membalas senyuman Clara.

"Pagi ini, apa yang ingin kau makan?"

"Mengapa kau menanyakan ini? Bukankah kalian sudah menyajikannya?" Ansel melihat beberapa lauk sudah tersaji di atas meja makan.

"Ya, aku hanya ingin memastikan tidak ada makanan kesukaanmu yang terlewat."

Ansel kembali memperhatikan meja. Dan semua menu makanan adalah makanan kesukaannya. Dia tidak perlu meragukan saya ingat Clara. Wanita itu mengenalnya lebih baik dari siapapun.

Setelah makanan tersaji semua, mereka pun memulai sarapan pagi itu. Clara terlihat biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa.

"Oh ya, mengapa tadi kau tidak membangunkanku?"

"Kau tertidur sangat lelap. Aku tidak tega membangunkanmu." Clara mengulas sedikit senyuman, lalu kembali fokus ke piringnya.

"Mengapa dia tidak menanyakan tentang aku yang tidur lebih dulu," batin Ansel ketika melihat gelagat Clara yang seperti tidak ada masalah. Padahal sebelumnya dia berpikir wanita itu akan kecewa padanya karena tidur lebih dulu di malam pengantin mereka.

Setelah mereka selesai sarapan, Ansel langsung pergi ke kamar kerjanya karena ada pekerjaan yang harus dicek hari ini.

Clara yang melihat Ansell meninggalkannya begitu saja merasa kecewa. "Apakah begini suasana pengantin baru?" batinnya sambil menatap lirik.

Ansel yang sudah sampai di kamar kerjanya langsung mengecek beberapa file yang telah dikirimkan oleh sekretarisnya. Begitu lama waktu yang digunakannya hingga ketika dia melihat ke arah jam dinding, ternyata dia sudah melewati beberapa jam sejak sarapan.

Dia meregangkan otot tubuhnya karena terasa pegal terus-menerus duduk di depan monitor.

Dia pun segera kembali ke kamar untuk mengambil ponselnya. Namun, saat dia mencarinya, dia tidak menemukannya.

"Sedang mencari apa?" tanya Clara yang baru saja memasuki kamar itu.

"Ponselku. Seingatku aku meletakkannya di atas nakas," ucap Ansel sambil terus mencari ponselnya di sekitar nakas itu.

"Yakin? Bukankah kau punya kebiasaan buruk?" Clara menyilangkan tangannya di dada sambil menatap datar.

Ansel mencoba mengingat-ingat, namun dia tidak mengerti dengan maksud Clara.

Clara menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berjalan menuju ke kamar mandi. Dia pun keluar dengan ponsel Ansel di tangannya.

"Kebiasaan burukmu adalah membawa ponsel saat mandi. Aku tidak mengerti lagu apa yang membuatmu tergila-gila sehingga harus mendengarnya setiap kali mandi." Clara memberikan ponsel itu kepada sang pemilik.

Ansel menepuk dahinya. Dia baru ingat jika tadi dia membawa ponselnya saat mandi. Dia selalu memutar satu lagu jika sedang mandi dan itu menjadi kebiasaan buruknya sejak dulu.

"Kau mengenalku lebih baik dari siapapun." Ansel tersenyum sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku.

"Oh ya, ada yang ingin aku tanyakan."

"Tanya apa?" Ansel duduk di atas sofa kamar itu. Bermaksud mendengarkan apa yang ingin ditanyakan Clara.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***