9. Tingkat 1 level atas

Suara teriakan Dara yang sangat keras membuat White bergidik. Ia sangat tahu betapa sulitnya seorang manusia biasa mengubah tubuhnya menjadi kultivator, ia berharap Dara bisa menahannya hingga akhir.

Di dunianya dulu, mereka yang terlahir sebagai seorang kultivator tidak akan merasakan sakit yang begitu menyakitkan, saat mereka meminum Pil Roh untuk membuka meridian mereka.

Itu di karenakan tubuh mereka sejak lahir sudah mempunyai Dasar tubuh kultivator. Berbeda dengan manusia biasa jika mengkonsumsi Pil Roh Suci akan merasakan sakit yang luar biasa.

kulit dan dagingnya di kuliti, organ Vital di hancurkan, tulang di patahkan, lalu semuanya di pulihkan kembali seperti semula dengan tubuh yang seperti terlahir kembali.

Pil Roh Suci umumnya adalah pil tingkat 3, namun pil yang di konsumsi Dara merupakan Pil tingkat 7 yang di buat langsung oleh Liu Annchi yang merupakan Alkemis tingkat 9 pada saat itu.

Wuuushhh!!!!

Tiga tembakan sinar kuning keluar memancar dari tubuh Dara. White tertegun melihat junjungannya naik 3 level sekaligus saat ia baru saja berhasil membuka meridiannya.

"Wooahhhh sungguh bakat yang mengerikan!!!" gumam White terkejut dan tertegun.

Seorang kultivator biasa yang minum Pil Roh Suci untuk membuka meridiannya sebelum memulai kultivasi. Tidak akan langsung berhasil masuk tingkat 1 level rendah. Mereka butuh satu bulan untuk mengumpulkan Chi di pusat energi mereka untuk masuk ke tingkat satu level rendah.

Bahkan seorang jenius hanya meningkat ke tingkat satu level menengah setelah membuka meridiannya. Tapi kini Dara, yang hanya manusia biasa yang beruntung memiliki warisan jiwa dan memori Liu Annchi si jenius super dari kekaisaran Bintang. Justru langsung meloncat ke level atas begitu meridiannya terbuka.

"Haaaahhh...." Dara menghela nafasnya pelan, lalu membuka kedua matanya.

"Level atas? Sepertinya aku bukan jenius kultivasi ternyata, tidak apa aku akan pelan-pelan meningkatkan nya" ucap Dara melihat tubuhnya sudah di selimuti Chi yang kuat.

White yang mendengarnya hampir menjatuhkan rahangnya.

"Kalau orang seperti anda di sebut bukan jenius lalu orang-orang itu di sebut apa? Bisa mati berdiri mereka kalau mereka dengar, Yang Mulia" gumam White

Dara bilang seperti itu karena saat pertama kali Liu Annchi berkultivasi, ia langsung naik ke tingkat dua level menengah. Tapi Dara juga termasuk Jenius yang mana naik tiga level sekaligus saat ia yang awalnya Manusia biasa.

Dara merasakan tubuhnya mendapatkan peningkatan. Selain menjadi lebih kuat, ia juga lebih cantik dari sebelumnya, tingginya bertambah sekitar 5 sentimeter, kulitnya putih mulus tanpa cacat, rambutnya panjang, hitam berkilau, wajahnya sangat cantik rupawan seperti Dewi. Persis seperti Liu Annchi.

"Selamat sudah naik 3 level sekaligus yang Mulia" ucap White.

"Hmm, terimakasih White" ucap Dara

"Yang Mulia sangat cantik sekali, hamba pikir tidak ada manusia yang secantik anda di muka bumi ini" sanjung White.

"Tidak ada manusia yang paling cantik White, di seluruh belahan dunia pasti ada yang lebih cantik dariku, hanya saja kau belum melihatnya. Aku hanya beruntung, menjadi salah satu yang di berikan lebih dari pada yang lain" ucap Dara tidak tinggi hati.

"Sudah sore, antar aku ke pinggir hutan White" ucap Dara.

"Baik yang Mulia, silahkan naik ke punggungku" ucap White.

Wusshhh....

White melaju dengan sangat cepat membelah hutan.

....

Di pondokan Dimas sedang terpana melihat kakaknya datang dan kini tengah berdiri di depannya. Kecantikan kakaknya itu membuatnya terpesona, tidak pernah ia lihat gadis secantik kakaknya.

"Wooahhh kak, aku pikir aku salah lihat bidadari masuk ke pondokan kita. Ternyata itu kakak" ucap Dimas dengan mulut terbuka.

"Kamu ada-ada saja dek" ucap Dara terkekeh

"Tapi serius kak, kakak cantik banget. Kaya abis perawatan di salon yang ada di TV, artis di TV aja kalah sama kakak" ucap Dimas.

"Kamu ini, emang di desa kita ada salon apa? Kakak cuma abis nyobain herbal dari hutan buat di oles ke kulit. Gimana hasilnya menurut kamu dek?" tanya Dara tidak ingin Adiknya mencurigai sesuatu.

"Wah, herbalnya sangat ajaib kak. Kakak terlihat lebih cantik" ucap Dimas mengacungkan jempolnya

"Ya sudah kakak panasin makanan dulu, terus kita makan bersama" ucap Dara.

Setelah siap, keduanya makan dengan lahap, lalu kembali berbincang setelahnya.

"Bagaimana ujian kamu dek? tanya Dara

"Lancar kak, tinggal nunggu kelulusan dan transkip nilai ujian" ucap Dimas.

Dara mengangguk paham, setelah malam datang keduanya pun masuk ke kamar masing-masing.

Dara membuka ponselnya, meskipun di kampungnya tidak ada yang punya HP canggih seperti dirinya. Namun masih ada beberapa yang mampu beli android murah. Jadi sinyal di sana ada meskipun terbatas.

Contohnya Dara, pondokannya yang terpencil dan ponselnya hanya ada sinyal satu kadang dua saja, tapi itu cukup untuk browsing di internet.

Ia mempelajari setiap kehidupan di kota lewat internet, setidaknya ia memiliki gambaran bagaimana kehidupan di luar desanya itu, terutama di ibukota. Agar ia bisa cepat beradaptasi di sana.

Melihat itu Dara sangat takjub melihat teknologi dunia yang memang sudah sangat canggih. Ibukota juga hampir di gambarkan sama seperti yang ia lihat di TV.

Begitu kegiatan sehari-hari Dara di pondokan. Selain Melatih kultivasinya, Dara juga belajar banyak di internet.

....

Tiga Minggu kemudian...

"Kak Dara..." seru Dimas berlari dari luar rumah.

Dara yang ada di belakang, bergegas keluar dan melihat adiknya yang sedang memegang map biru sambil tersenyum.

"Ya Dek" ucap Dara

"Kak, lihat hasil ujian ku sudah keluar, aku Lulus kak, dan nilaiku semuanya di atas 9" ucap Dimas dengan bangga.

"Wah, adik kakak memang sangat pintar, selamat dek. Jangan cepat puas dan terus fokus belajar ya, biar kelak menjadi orang yang sukses. Jadilah anak yang rendah hati dan tidak sombong" ucap Dara mengikuti ucapan ibunya saat masih hidup.

"Iya kak pasti, oh iya, kakak jadi kasih aku hadiah?" tanya Dimas penuh harap

"Jadi dong, bentar kakak ambil dulu" ucap Dara kemudian mengambil papper bag berisi ponsel yang sama dengan ponselnya tapi beda warna dari kamarnya.

"Ini, hadiahnya" ucap Dara menyodorkannya pada Dimas

"Woah beneran kak? Tapi gimana cara pake nya? Dimas nggak ngerti" ucap Dimas berbinar namun seketika kembali bingung dan menggaruk kepalanya.

"Kakak ajarin, kakak udah punya lebih dulu, tapi kakak nggak bilang sama kamu biar kamu semangat ujiannya" ucap Dara

"Kalau gitu, ajarin sekarang ya" ucap Dimas berbinar senang mendengar itu.

"Ya, tapi janji jangan bawa ponsel ini keluar rumah, jangan bilang ke teman-teman kamu. Nanti yang ada mereka iri dan bicara yang nggak-nggak tentang kita" ucap Dara