Bab 5

SEBUAH JEBAKAN

Acara kencan pertama dengan Austin tentu saja menjadi acara makan malam layaknya mereka berdua biasa menghabiskan waktu. Sheila terlihat nyaman bersama Austin karena memang sebelum ia dekat dengan Arion,dirinya terlebih dahulu dekat dengan Austin. Pria itu juga terlihat biasa saja membuat Sheila nyaman mengobrol bersama.

Yang kedua bersama Arion , menjadi salah satu makan malam romantis yang tak akan pernah ia lupakan .Ia sangat menikmati acara tersebut. Mereka berdua sangat bersenang - senang . Tak perlu khawatir apa pun yang menggelayuti hatinya tentang wasiat dua keluarga mereka.

Dan ... terakhir , di malam hari ini ia akan makan bersama dengan Erland. Sheila sengaja memperlambat kedatangannya, dan dibuat jengkel dengan Erland yang tak juga datang hingga menu makanan yang disajikan sudah mulai dingin.

Sheila menghabiskan waktu dengan menelepon Arion dan melakukan panggilan video dengan pria itu hingga menghabiskan waktu dengan makanan pembuka. Tentu saja sembari menunggu kedatangan pria itu.Satu - satunya alasan ia tetap diam di tempatnya adalah Arion yang mengatakan bahwa dirinya harus memastikan tidak ada lagi yang keberatan dengan pernikahan mereka berdua di depannya . Yang Sheila sendiri pun tak tahu harus berkata apa kepada Erland.

"Apakah dia masih belum datang? Aku sudah menghubungi sekretaris kakek untuk memberitahunya bahwa kau sudah menunggu di sana lebih dari satu jam . "

Dan tepat saat itu, orang yang dibicarakan tiba-tiba berdiri di samping meja dan langsung duduk begitu saja.

"Arion , sepertinya aku harus memutus panggilannya. Erland sudah datang . "

“Dia sudah datang?” Sheila mengangguk.

"Oke. Sampai jumpa satu jam lagi ."

"Aku mencintaimu."

"Aku ... " Sheila melirik ke arah Erland dan merasa sedikit sungkan, Sheila mengarah lurus ke depan.

"Aku juga , Arion. "

Panggilan terputus .

"Kupikir kau tidak datang, jadi aku sengaja datang terlambat." kata Erland.

"Sangat terlambat . Lalu apa yang membuatmu berpikir aku tidak datang malam ini ? "

Erland berkerut kening , "Bukankah pemenangnya sudah diputuskan?"

Sejak awal tinggal di kediaman Kyler , satu-satunya anggota keluarga yang paling membuatnya tak nyaman tentu saja adalah Erland. Dan bukan hanya dirinya sendiri, rasanya Erland tak pernah sungguh-sungguh membaur dengan anggota keluarga yang lain. Pria itu selalu sendiri , di mana pun . Bahkan dengan banyaknya wanita - wanita yang terang - terangan menunjukkan ketertarikannya kepada pria itu .

"Saya baru saja mendengar kabar dari sekretaris kakek kalau kau sudah datang sekitar satu jam yang lalu. Bukankah kau juga terlambat ?" Erland menaikan salah satu alisnya

"Ya , aku ... " Sheila menjilat didahnya sendiri yang tiba - tiba kering. Kepalanya berputar memikirkan sebuah alasan.

"A - aku ... tadi aku ketiduran . Jadi aku belum bersiap dan ... aku terlambat . "

Tatapan Erland menajam , melucuti setiap ekspresi di wajah Sheila.

"Tidak apa - apa.Saya bahkan lebih terlambat. Saya ada sedikit urusan kantor. "

"Bagaimanapun, ini hanya syarat untuk memenuhi keinginan kakek ,bukan? Siapa pemenangnya sudah ditentukan . Kita berempat tahu siapa yang akan menggantikan kakek. " lanjut Erland

Sheila terdiam , mencari keseriusan di wajah Erland .

"K - kau ... kau menyerah?"

Erland terkikih pelan, " Kau ingin aku berjuang?"

"Tidak, maksudku aku hanya memastikan saja. " geleng Sheila

"Aku akan menerima kekalahanku dengan mudah. Toh ... itu hanya warisan para orang tua yang ... kolot. Apa yang kumiliki saat ini sudah lebih dari cukup. " ucap Erland

Sheila mengangguk dan tersenyum penuh kelegaan.

"Terima kasih , Erland. "

"Bukan masalah . "

Saat mereka sampai di halaman depan rumah , Arion sudah menunggu di teras depan . Keduanya turun bersamaan.Sheila dengan tenang menghambur dalam pelukan Arion dan Erland melangkah masuk ke dalam rumah setelah bertatapan sekilas dengan Arion. Friz menerima keputusan Sheila, dengan restu dari Austin dan Erland sebagai syaratnya. Dan begitu saja, pesta pernikahan sudah mempersiapkan semuanya dengan matang oleh kakek Friz ,yang sama sekali tidak mengirit biaya untuk membuat pesta tersebut menjadi pesta yang paling meriah .

Waktu sepuluh hari pun berlalu dengan cepat.

Tepat di pagi hari sebelum acara pernikahan dimulai . Seluruh anggota keluarga dihebohkan dengan Sheila yang mendadak menghilang dan tidak ada di kamarnya ketika perias mendatangi kamar wanita itu untuk mempersiapkan sang pengantin wanita .

"Oh s**t!! "

"Aku sudah sudah memperkirakan hal ini akan terjadi, " geram Arion dengan kedua tangan mengepal .

Pria itu berbalik, diikuti oleh Friz dan Yasmine yang melangkah ke dalam rumah utama dengan langkah - langkah besarnya. Menuju satu - satunya tujuan .

"Pasti Erland yang menculiknya, Ma. Siapa lagi?! " sergah Arion tanpa sedikit pun mengurangi kecepatan langkahnya ketika mamanya berusaha membantah tuduhan sang putra .

"Itu tidak mungkin , Nak. Erland tak mungkin melakukan hal sejahat itu. "

"Kita lihat saja nanti. " ucap Arion tajam, jika benar maka dirinya tidak akan mengampuni kakaknya itu.

Arion menggedor - gedor pintu kamar Erland. Karena tak terkunci , ia pun mendobraknya . Hanya untuk menemukan kejutan yang besar. Teramat besar. Membuat ketiga orang di depan pintu tersebut membeku .

Bagai tersambar petir wajah Arion memucat pasi dan keterkejutan menyebar ke seluruh permukaan wajah kakek Friz , begitu pun Yasmine yang terkesiap dengan keras .

Ketiganya menatap ke arah tempat tidur. Menemukan Sheila yang berbaring di dada Erland dan keduanya telanjang bulat di balik selimut . Erland tidak menculik Sheila seperti yang Arion pikir, tapi apa yang dilakukan pria itu jelas jauh lebih licik dan bejad. Pria itu telah menodai tunangannya!

Erland terbangun saat mendengar suara pintu terbuka kencang. Tidak ada ekspresi ketakutan, hanya ada ekpresi penuh kemenangan yang membuat Arion kalap melihatnya.

"Tunggu sebentar . " Erland mengangkat tangannya .

Semua orang mematung , mengamati Erland yang mengedarkan pandangan ke sekeliling tempat tidur dengan keheranan penuh . Kemudian pria itu mengambil celana karetnya yang ada di ujung tempat tidur dan memakainya di balik selimut.

"Biarkan aku memakainya sebelum kau menghajarku," ucapnya.

Perkataan santai itu membuat wajah Arion semakin terbakar amarah.

Gerakan dari sisi lain tempat tidur, seketika mengalihkan semua orang. Erangan pelan terselip di antara bibir Sheila . Rasa pusing yang menusuk dan silau cahaya di sekitar perlahan mengembalikan kesadaran Sheila. Matanya mengerjap beberapa kali dan merasakan sesuatu yang serba asing melingkupinya .

Udara yang serasa berderak di sekitarnya , indera aroma yang menyergap penciumannya , dan rasa hangat oleh sesuatu yang membuatnya tak nyaman .

Ia menatap langit - langit yang asing , kemudian terperangah luar biasa menemukan tubuhnya yang dilingkupi selimut tebal sama sekali tak mengenakan apa pun . Tubuh Liana sontak melompat terduduk , selimutnya turun ke perut dan seketika ia menariknya menutupi dada kembali . Sebelum kemudian keterkejutan yang luar biasa menyambutnya , ketika wajah Sheila berputar melihat seluruh anggota Kyler berdiri memenuhi ambang pintu yang terbuka .

Nyaris seluruhnya , karena salah satunya duduk di sampingnya . Dan itulah yang menjadi penyebab utama ekspresi wajah Arion , tunangannya berdiri membeku dengan gurat kemurkaan diselimuti di wajahnya .

"A-apa yang telah terjadi... " pikir Sheila mencoba berpikir tenang, namun matanya sudah mulai berkaca-kaca saat merasakan sesuatu yang berbeda dari tubuhnya.

"Kenapa aku bisa berada disini... "

Berbagai pertanyaan muncul dikepalanya. Rasanya ia ingin menghilang saja sekarang. Bagaimana keluarga Kyler menatap kearahnya, membuatnya malu walaupun dirinya tidak tahu apa yang membuatnya berada disini hingga bertelanjang seperti ini.

Sheila mengeratkan selimut itu kepada tubuhnya yang bergetar menahan tangis. Sambil mencoba mengingat sesuatu. Namun tidak berhasil.

Sheila seperti disambar petir, ketika tatapannya bertemu dengan kepucatan yang melapisi wajahnya sama pekatnya dengan wajah Arion. Dalam sepersekian detik yang terasa seperti selamanya, otak Sheila serasa berkarat ketika mencoba menelaah apa yang tengah terjadi.

"A-rion?? " ucap Sheila kelu

Arion tak bisa lagi melihat keterkejutan yang menyambar seluruh raut wajah Sheila, ditambah seringai licik yang tersungging di ujung bibir Erland benar - benar melenyapkan sisa - sisa kesabaran yang semakin menipis . Ludes seketika. Dan cukup sudah, Arion tak bisa membendung kemarahannya sedetik lebih lama lagi.

BRUKK!!

...BERSAMBUNG...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!