Hari Pertama ke Sekolah

Hari senin, adalah hari yang paling menyebalkan bagi beberapa siswa. Setelah hari minggu mereka berlibur, esoknya mereka harus kembali beraktifitas seperti biasa.

Namun hari senin adalah hari yang menyenangkan bagi Dinda. Dia memang anak yang disiplin tinggi. Berangkat sekolah sebelum jam enam pagi sebelum murid-murid yang lain datang.

" Selamat pagi, Pak." sapa Dinda pada tukang kebun yang sedang menyapu halaman dekat pintu gerbang sekolah.

" Pagi juga, dik. Wah murid baru, ya. Saya kok, baru lihat adik ini masuk."

" Iya, Pak. Saya murid baru. Tapi saya sudah beberapa kali datang ke sekolah ini. Ya, walapun saya juga nggak pernah lihat Bapak."

" Oh iya, Dik. Saya beberapa hari ini cuti karena sakit. Lalu yang mengerjakan tugas saya ketika sakit, itu teman saya."

" O pantas saja, saya belum pernah bertemu Bapak."

" Iya, Dik. Saya sudah lama bekerja disini. Tapi memang beberapa hari saya tidak masuk. Mungkin tidak hanya adik saja, bagi sebagian murid baru disini, saya dikira orang baru."

" Hehe..bisa jadi, Pak."

" Ya sudah, saya tinggal bersih-bersih dulu, Dik. Takutnya pas nanti upacara bendera sudah selesai, pekerjaan saya belum selesai."

" Baik, Pak. Saya juga ingin berkeliling hingga sudut sekolah sambil menunggu yang lain datang." ucap Dinda lalu ia melangkahkan kakinya berjalan sembari melihat-lihat di sekeliling sekolah.

...----------------...

Pukul setengah tujuh, sebagian siswa mulai bedatangan. Juga ada beberapa Guru yang paling rajin datang lebih awal dari Guru lainnya. Dinda dan Rista mendapatkan ruang kelas yang sama. Mereka masuk dikelas VII A.

" Dinda..akhirnya kita satu kelas." ucap Rista sembari memeluk Dinda dengan erat.

" Iya, Rista. Aku juga tak menyangka kita bisa satu kelas." ucap Dinda lalu membalas pelukan Rista.

" Untung saja kamu datang lebih dulu, jadi kamu bisa pilih tempat duduk." ucap Rista.

" Iya, aku memang selalu datang lebih awal. Lagipula kita harus memilih tempat duduk yang kita sukai."

" Iya..terima kasih, Dinda. Ternyata pilihan tempat duduk kita sama."

" Sama-sama, Rista. Aku yakin bukan hanya kita saja yang ingin pilih tempat duduk ini. Tapi kita yang beruntung." ucap Dinda lagi sambil tertawa.

" Hahaha.. Biar saja mereka yang duduk paling depan, pasti mereka sering ditunjuk oleh Guru."

" Hehehe..jangan senang dulu. Walaupun kita di belakang, kita bisa saja ditunjuk juga."

" Nggak apa, yang penting nggak terus-terusan."

" Hehehe.. Rista, Rista.."

" Kenapa, Dinda?" tanya Rista.

" Hehe..nggak apa, Rista."

" Ih..kamu ngetawain aku, ya."

" Enggak..hehe."

" Hemmhh...

Tepat pukul tujuh pagi, bel sekolah berbunyi. Upacara bendera pun dimulai. Semua murid dan Guru memasuki tempat upacara. Dinda melihat di sekeliling mereka. Ia merasa ada yang ganjil. Bary ternyata tak ada di dalam barisan. Ia tahu Bary satu kelas dengannya, namun hari ini dia tak masuk.

" Kemana Bary? Ini kan, hari pertama masuk sekolah. Kenapa dia malah tidak datang? " Dinda bertanya-tanya dalam hati.

" Dinda, ada apa? Apa yang kamu cari, kenapa tengok kesana kemari?" tanya Rista ketika Dinda yang berada di sampingnya terlihat seperti mencari seseorang.

" Oh, anu.. Kamu lihat Bary, nggak? Dia kan, satu kelas sama kita. Kenapa dia nggak kelihatan?"

" Oh.. dari tadi kamu nyari Bary, ya.. Pantas saja, kamu ku lihat tengok kesana-kesana seperti ada yang dicari. Jangan-jangan kamu naksir sama dia." goda Rista.

" Ah..apaan, kenal saja baru beberapa hari sudah dibilang naksir." ucap Dinda kesal karena ucapan Rista.

" Dinda..jika Bary orangnya, tak butuh waktu lama untuk menyukainya. Banyak cewek yang suka kepadanya, kok meskipun baru bertemu sekali. Bahkan belum berkenalan sama sekali. Dia itu orangnya kharismatik. Tampan, kulitnya putih, badannya bagus,dan yang paling penting dia orangnya pintar dan suka bekerja keras."

" Itu kalau cewek lain, kalau aku beda. Mana mungkin aku mudah menyukai orang. Lagipula kita kan, baru menginjak SMP. Aku nggak mau mikir jauh ke situ."

" Menyukai seseorang itu nggak salah, Dinda. Kan, sekedar menyukai saja. Jujur..kamu naksir, kan?"

" Ihh..apaan, sudah.. jangan berpikiran terlalu jauh kepadaku."

Mendengar ucapan Rista, wajah Dinda yang bening tampak memerah. Ia tak tahu atas perasaaannya kepada Bary. Namun ia merasa ada yang kurang, karena sosok laki-laki yang pernah membuatnya bertanya-tanya itu, tak menampakkan dirinya.

Sementara Arista terus-terusan tertawa kecil, sembari melihat ke arah Dinda yang wajahnya tampak memerah. Ia tahu, Dinda sedang menyembunyikan perasaannya. Namun ia tak mau terus memaksa Dinda untuk berkata jujur. Ia tak ingin Dinda menjadi tak nyaman berada di dekatnya.

...----------------...

Jam delapan kurang lima belas menit, upacara bendera telah selesai. Semua siswa masuk ke dalam ruang kelasnya.

Di kelas VII A, Dinda masih merasa tidak nyaman dengan kekhawatirannya. Ia sangat berharap Bary datang. Dengan adanya Bary, Dinda berharap perasaan cemasnya akan hilang. Namun ketika perkenalan dengan murid dan Guru, Bary juga belum menampakkan batang hidungnya. Hal ini membuat Dinda semakin gelisah.

Arista yang melihat sikap aneh Dinda mulai menegurnya. Dengan perlahan dia mencubit lengan Dinda.

" Aduhhh..." teriak Dinda, hingga membuat mata semua murid dan Guru yang sedang memulai perkenalan tertuju kepadanya.

Arista tertawa kecil, namun ia juga merasa tak nyaman karena semua mata tertuju di mejanya.

" Kamu.. Kemari..maju ke depan." pinta Guru Budi, Guru pelajaran bahasa inggris di kelas VII.

" Saya, Pak?" ucap Dinda.

" Iya..kamu, dan teman di sebelahmu."

" Saya juga, Pak?" ucap Rista.

" Iya..kalian berdua maju ke depan."

Dinda dan Rista melangakah maju ke depan. Mereka berdiri di depan papan tulis. Semua mata masih tertuju kepada keduanya.

" Kamu..perkenalkan namamu." ucap Budi kepada Dinda.

" Eh..baik, Pak." ucap Dinda lalu dia segera memperkenalkan dirinya.

" Selamat pagi semuanya, perkenalkan namaku Dinda. Aku berasal dari SD Negeri Mentari. Rumahku tak jauh dari sini. Kurang lebih sekitar tiga kilometer. " Ucap Dinda dengan nada gemetar.

" Jadi namamu Dinda. Baiklah, sekarang selanjutnya. Kamu, perkenalkan namamu."

" Baik, Pak. Selamat pagi semuanya, perkenalkan..namaku Arista. Biasa dipanggil Rista. Aku berasal dari SD negeri Bintang. Rumahku tak jauh dari sini. Aku sekolah disini karena Ayahku bekerja disini." ucap Rista.

" Ayahmu bekerja disini? Bagian apa?" tanya Budi karena Ia tak tahu Ayah Arista, Guru di sekolah tempat ia mengajar.

" Namanya Pak Bagus, masa Bapak nggak mengenalnya?" jawab Rista lalu ia memprotes Budi, karena tak mengenal Ayahnya.

" Oh, Pak Bagus.. Maaf, saya Guru baru disini. Saya baru ditugaskan mengajar hari ini. Baiklah, mungkin saya pernah berkenalan dengan beliau, namun saya masih belum hapal yang mana orangnya.

" Oh, pantas saja." jawab Rista dingin.

" Baiklah, sekarang kalian berdua sudah memperkenalkan diri kalian. Apa kalian sudah berkenalan satu sama lain?" tanya Budi pada Dinda dan Rista.

" Kami bertemu saat pendaftaran, Pak. Kami belum lama kenal." jawab Dinda.

" Pantas saja.. Lalu apa yang kalian ributkan tadi dibelakang? Kalian saling cubit?" tanya Budi sembari menggoda.

Murid-murid yang lain tertawa mendengar ucapan Budi. Susana menjadi gaduh. Tepuk tangan dan sorak sorai memenuhi ruangan kelas VII A.

Dinda yang semula cemas bertambah cemas ketika ia harus di suruh maju ke depan kelas dan semua murid menertawakannya. Ia juga jengkel kepada Rista. Rista lah penyebab dia berada di depan kelas. Pikiran dalam otaknya semakin berkecamuk. Ia seakan ingin lari dari masalah yang sedang ia hadapi, namun ia sadar dirinya tak bisa berbuat banyak.

......................

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!