Matahari pun terbit bersamaan hilangnya sosok tersebut, Zen pun kebingungan kenapa ia kembali ke gunung, dan siapa sosok yang barusan di lihatnya.
Beberapa saat kemudian, Zen memutuskan untuk meninggalkan tempat itu, Zen turun dari gunung dan berjalan jauh ke barat. Saat Zen sudah cukup jauh berjalan, akhirnya ia sampai di sebuah kota yang cukup ramai dan penduduknya sangat ramah.
"Sepertinya aku bisa membeli beberapa makanan untuk persiapan perjalanan selanjutnya" Ucap Zen sembari melihat barang barang yang di jual di kota tersebut.
"Sepertinya di sana menjual beberapa barang bagus. Sebaiknya aku melihat lihat" Ucap Zen dalam hatinya.
Zen berjalan ke toko dagangan itu dan melihat apa saja yang di jual di toko itu, Zen melihat sebuah tas yang cocok untuk mengisi beberapa perlengkapan.
"Paman, tas yang itu harganya berapa ya??" Tanya Zen.
Paman penjual tersebut pun menjawab pertanyaan Zen dengan ramah.
"Harganya 10 koin perak" Ucapnya.
"7 koin perak gimana paman??" Tanya Zen.
"Tidak bisa 9 paling murah." Ucap Paman penjual tersebut.
"8 deh paman" Ucap Zen memohon.
"Tidak bisa.. 9 koin perak sudah paling murah.." Jelas Paman tersebut.
"Yah.. Aku hanya ada 8 koin perak paman." Ucap Zen dengan wajah sedih.
Paman penjual tersebut pun terdiam sebentar seperti memikirkan sesuatu, tiba tiba paman tersebut pun menjual tas kulit yang Zen ingin kan kepada Zen dengan harga 8 koin perak.
"Ah.. Baiklah.. Jangan beri tahu siapa siapa ya.." Ucap Paman penjual.
"Oke paman" Ucap Zen.
Zen pun sedikit senang, karena ia dapat membeli tas kulit yang ia inginkan, Zen pun membayar 8 koin perak untuk sebuah tas kulit yang cukup rapi buatannya.
"Makasih banyak paman.." Ucap Zen sambil berjalan meninggalkan toko paman tersebut.
"Selamat jalan anak muda!." Teriak Paman penjual tersebut dari kejauhan.
"Huh aku untung 2 perak.. Padahal aku ada 50 koin perak. Maafkan aku paman, aku perlu menghemat" Ucap Zen dalam hatinya.
"Sebaiknya aku menelusuri kota ini, sepertinya akan ada pengalaman baru yang akan ku alami" Zen mulai berjalan mengelilingi kota yang cukup besar tersebut.
"Kota yang indah ramai juga, apakah aku harus menginap di sini?, Jika aku menginap aku setidaknya hanya boleh menghabiskan 10 koin perak dan jika aku tidak menginap aku akan susah beristirahat dengan tenang.."
"Hm..." Zen pun memikirkannya dengan serius agar mendapatkan solusi yang terbaik.
Saat Zen sedang berfikir. Tiba tiba ada kereta kuda yang membawa beberapa anak ke suatu tempat, 3 anak perempuan yang memiliki beberapa luka bekas pukulan di pipi dan lengan mereka. Zen menyadari hal itu dan ia menguntit kereta tersebut.
"Apakah mereka di culik?, kenapa mereka tidak berteriak? Padahal di sini cukup ramai, jika dia berteriak pasti ada yang membantunya. Sepertinya ada alasan lain, sebaiknya aku mengikuti kereta itu" Gumam Zen.
Zen pun mengikuti kereta tersebut ke suatu tempat.
Ternyata kereta tersebut menuju ke beberapa rumah kosong seperti desa yang sudah tidak berpenghuni.
"Hei turun!" Bentak pria yang membawa ketiga gadis itu.
Ketiga gadis itu pun turun dan tidak melawan karena ketakutan.
"Masuk ke sana dan berkerja lah!" Bentak pria itu.
Pria itu pun memasuki sebuah rumah yang sepertinya sudah di buat untuk mengawasi mereka semua yang di bawa agar tidak melarikan diri dari desa kecil tidak berpenghuni tersebut.
"Sepertinya hal buruk sedang terjadi. Apa yang harus aku lakukan? Hm.." Bingung Zen.
Beberapa saat kemudian Zen mendapatkan sebuah ide cemerlang, idenya adalah menyamar, ia memutuskan untuk menyamar agar dapat mengetahui motif pria itu menculik gadis gadis itu.
"Sebaiknya aku menyamar saja agar mendapatkan informasi yang lebih kuat untuk menjadikan bukti bahwa mereka di culik dan di perbudak kan" Gumam Zen.
Tetapi Zen masih bingung, bagaimana caranya ia tidak ketauan menyamar oleh pria tersebut.
Zen melihat sebuah lumpur di sebelahnya dan ia pun seketika mendapat ide baru lagi.
Zen memukul wajahnya sendiri dan lengannya dan ia mengambil lumpur dan membuat pakaiannya menjadi kotor agar kelihatan seperti orang desa yang di buang.
"Baiklah sepertinya sudah cukup." Zen berjalan dan berpura pura kesakitan ke desa sambil meminta pertolongan.
"Tolo-ng... Siapapun.. Tolong a-" Zen berpura pura pingsan di tengah tengah desa tak berpenghuni tersebut, di saat yang bersamaan seorang gadis melihatnya yang sedang terkapar.
"Kak!! Bangun!.." Panik gadis itu.
"Kak? sepertinya aku pernah mendengar suara ini. Aku masih harus berpura pura pingsan agar tidak ketahuan" Gumam Zen.
"Kak!!" Tiba tiba pun pria yang menculik 3 gadis itu muncul dan melihat Zen yang sedang terkapar lemas.
"Woi bangun!" Seru pria tersebut sembari menendang Zen.
"Bangun! Bangun!!" Pria tersebut pun tak berhenti menendang Zen.
"Berhenti!! Tolong biarkan aku merawatnya!" Ucap gadis itu memohon.
"Tch lakukan sesukamu! Jangan lupakan pekerjaan yang harus kalian lakukan!!" Ucap pria tersebut.
Gadis itu pun memasuki sebuah rumah dan memanggil teman temannya.
"Hei teman-teman bisa tolong aku sebentar??" Tanya gadis itu.
"Bantu apa??" Tanya temannya kebingungan.
"Sepertinya aktingku berhasil" Gumam Zen.
Gadis itu pun kembali ke tempat Zen bersama dengan teman temannya, "Bantu aku membawa kakak ini ke dalam ruanganku, aku ingin merawatnya." Jelas gadis itu.
"Baiklah.." Jawab teman temannya.
Mereka pun membawa Zen kedalam ruangan sesampainya di ruangan Zen di letakkan di lantai ruangan kosong.
"Makasih ya teman teman sudah membantuku." Ucap gadis tersebut.
"Iya sama sama" Teman temannya pun meninggalkannya dan kembali ke tempat mereka berkerja.
"Kak bangun..." Ucap gadis itu, tetapi Zen tidak bereaksi sama sekali, Zen masih tidak bergerak sedikitpun yang membuat gadis itu sedikit khawatir.
"Sepertinya luka-luka yang di alaminya menyakitkan. Aku akan kembali kak.. Bersabar ya, sampai aku menyelesaikan pekerjaanku." Ucap gadis itu.
Gadis tersebut pun meninggalkan Zen dan pergi ke tempat teman temannya
...-Time skip-...
Malam hari pun tiba, Zen perlahan membuka matanya.
"Hoam... Aku sampai ketiduran." Ucap Zen dan perlahan bangun dari tidurnya.
Tiba tiba seseorang membuka pintu ruangan Zen.
(Cklek)
"Kak!! Kakak udah sadar? Kakak baik baik aja??" Tanya gadis itu sambil menghampiri Zen.
Zen pun melihat ke arah perempuan tersebut dan Zen pun sedikit terkaget, ternyata Perempuan tersebut adalah Liana, adik perempuan Veliona.
"Liana kenapa Kamu bisa ada di sini??" Tanya Zen.
Liana pun terdiam sejenak, beberapa saat kemudian, Liana mulai menceritakan kenapa ia bisa berada di tempat itu.
...-Time skip-...
"Jadi kamu di culik saat tengah malam di desa kemarin dan di jadikan budak sampai sekarang? Apa saja yang mereka lakukan kepada kamu?" Tanya Zen.
"Mereka hanya memaksa kami untuk membuat sebuah hiasan yang bagus, dan menjahit baju yang cantik, untuk mereka jual." Jawab Liana.
Liana : "Tetapi kemarin ada beberapa bangsawan yang datang dan membeli orang serta barang yang ada di sini. Liana ga tau apa yang terjadi selanjutnya." Jelas Liana.
"Ternyata bukan hanya memaksa untuk membuat hiasan dan baju, mereka bahkan akan di jual kepada bangsawan." Gumam Zen.
Tiba tiba Liana menangis yang membuat Zen kebingungan.
"Eh, Liana kenapa??" Bingung Zen.
"Liana hanya takut.. Akan terjadi hal buruk kepada Liana, Liana takut tidak bisa bertemu kak Veliona lagi." Ucap Liana.
"Tenang aja, aku akan memastikan kamu selamat dan membawamu kembali kok.." Ucap Zen.
"Bener ya kak Zen?" Ucap Liana yang masih sedikit menangis.
"Iya benar, percaya aja sama kakak. Kakak pasti akan membawa kamu pergi dari sini, apapun caranya" Ucap Zen sambil mendekati dan mengusap air matanya.
Zen pun melihat isi ruangan, dan kebingungan, kenapa tidak ada kamar mandi di ruangan itu, Zen pun bertanya kembali kepada Liana.
"Liana apakah ada tempat untuk mandi??" Tanya Zen.
"Ada kak.." Jawab Liana.
Zen pun di bawa ke sebuah sumur.
"Di sini kak, kami mandi di sini.." Jelas Liana.
Zen sedikit terkejut dan kesal, karena ternyata selama ini, semua Perempuan yang di culik dan di bawa kesini, menjadi bahan tontonan saat mereka mandi.
Zen pun melihat ke sebuah rumah yang di masuki oleh laki laki tersebut sebelumnya, dan ia melihat kalau laki laki tersebut sedang tertawa bersama dengan temannya.
Zen pun masih bersabar dan menahan emosinya, ia pun memutuskan untuk mandi di sumur itu.
"Baiklah.. Makasih Liana.. Kalau begitu aku akan mandi dulu.." Ucap Zen.
"Baik kak.. Kalau begitu aku akan pergi membersihkan ruangan untuk tempat tidur kak Zen." Ucap Liana.
"Ah sekali lagi terima kasih liana.. Maaf merepotkan." Ucap Zen.
Liana pun pergi kembali ke ruangan.
Zen pun membuka pakaiannya, ia hanya menggunakan celana lalu mandi pada saat yang bersamaan dengan luka luka di tubuhnya yang seketika pulih.
(Wosh wosh)
Seorang teman Liana yang mendengar suara air dan penasaran suara air dari mana asalnya.
Dia pun keluar dan melihat Zen yang sedang mandi dan tubuhnya yang memiliki luka tebasan di punggungnya, gadis tersebut pun terkejut melihat Zen yang memiliki luka seperti itu.
Di saat yang bersamaan, Zen merasa ada yang mengintipnya dan ia spontan langsung melihat ke belakang, dan ternyata tidak ada siapa siapa.
Sesaat sebelum Zen melihat gadis tersebut, ia terlebih dahulu bersembunyi dan langsung kembali ke dalam ruangannya.
Setelah selesai mandi, Zen pun kembali ke ruangan Liana.
"Kak Zen, silahkan istirahat.." Ucap Liana dengan sopan.
"Makasih Liana" Ucap Zen.
Zen pun tiduran di kasur yang sudah di bersihkan oleh Liana, sedangkan Liana melanjutkan lukisannya.
"Kamu pandai melukis ya liana.. Lukisan mu sangat bagus." Ucap Zen memuji.
"Eh engga juga kak.." Ucap Liana.
"Maaf ya kak, sebentar lagi aku akan selesai.." Ucap Liana.
"Iya lanjutkan saja, aku tidur duluan ya.." Zen pun tidur, beberapa saat kemudian Liana yang sudah selesai pun ikut tidur.
...-Time skip-...
Pagi hari pun tiba, Zen dan Liana yang sedang membersihkan ruangan mereka tiba tiba di datangi oleh pria yang menendang Zen sebelumnya
"Hei bocah! Sini kau! Ikut aku!" Perintahnya.
"Aku??.." Tanya Zen.
"Iya kau! Sini!" Bentak pria tersebut dengan keras.
"Ba-baik!.." Zen mengikuti keinginan orang tersebut dan mereka pun pergi ke dalam hutan.
"Mulai sekarang! Kamu akan berkerja menebang pohon di sini! Jangan berniat untuk melarikan diri! Kau tidak akan bisa lari dari kami!" Bentak pria itu.
"Ba-baik!..." Zen pun menebang pohon di hutan tersebut dan pria itu pun meninggalkannya.
"Huh.. Akting ku masih berjalan sesuai rencana sampai hari ini.. Aku akan terus menjalankan rencana ku agar tidak membuat masalah besar" Gumam Zen
"Apa yang terjadi di akademi ya?? Semoga tidak terjadi hal buruk di akademi." Ucap Zen sembari menebang pohon.
...~Bersambung~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Mamat Stone
yang penting komen to 😁😁😁
2023-09-16
0
𝙍𝙮𝙪𝙪 𝘼𝙯𝙖𝙩𝙝𝙤𝙩𝙝
... *Wajah Gelap* Nguli ya bang?
2023-07-16
1