PILU 4 SIKAP ABSURD

Suara adu jotos mahasiswa di depan kelas mengganggu konsentrasi Nadia yang yang tengah mengerjakan tugas dengan laptop dan duduk di kursi paling belakang. "Huh, berisik banged si," mematikan laptop dan membereskan buku-bukunya.

"Jangan keluar dulu, Nad." Sera bergidik dan menahan laptop Nadia yang mau ditutup. "Kau tidak lihat mereka, apa."

Nadia langsung menghadap Sera yang memasang wajah khawatir. Nadia melihat seluruh ruangan tidak ada perempuan lagi kecuali dia dengan Sera. "Kenapa kita kejebak sendiri."

"Aku kan mengajakmu keluar sejak mereka dari fakultas seni masuk ke sini, kau melamun dan tak mendengarkanku!"

"Sudahlah, ayo. Cuma lewat, kan." Nadia menggaet lengan Sera berjalan menuju pintu, beruntung mereka berantem di sisi lain.

BRAK!

Seorang pemuda jatuh tepat di depan kaki Nadia. Pemuda yang jatuh dan membentur kursi itu, memandang gadis di atasnya, tampak indah dari sudut bawah. Semua mata tertuju kepada Nadia. Sera yang gemetar ketakutan langsung berlari tetapi dicegat anak fakultas lain, yang di belakang pria itu berdiri tiga pemuda keren yang tersenyum menantang. Mereka semua anak basket yang dipuja-puja, bukannya keren justru menyeramkan.

"Hey, kau mau kemana, hm?" Seringai pria yang menyegat Sera dan wanita itu menelan saliva langsung mundur, mere..mas tali tas yang tergantung di bahu.

"Jangan ganggun dia!" Nadia mundur dua langkah dan menukik tajam untuk menjauh dari pria berkaos putih yang masih terlentang malah menjadikan kedua tangan sebagai bantal dan memamerkan bibir yang tersenyum penuh.

"Orang Aneh!" cibir Nadia dalam hati. Dia sempat menatap, kapten basket yang yang menjadi idola kampus itu. Nadia serong melewati kepala pria itu dan berdiri menangkap tangan seorang pria berjaket biru yang akan memegang wajah Sela.

"Jangan asal menyentuh," geram Nadia sambil mencekal lengan pria itu, di saat semua mahasiswa sekelasnya sudah ngeri menatap Nadia seberani itu pada Dicky.

Sebuah cekalan mencapit tangan Nadia dari arah belakang. Pria berkaos putih langsung menyeret Nadia keluar dari kelas, semua teman-temannya memekik dan menduga pasti Nadia akan mendapat masalah.

Semua mahasiswa langsung memberi jalan dan saling berbisik melihat Nadia yang sedang mengibas tangan dari kapten basket kampus yang memasang wajah dingin. Para Mahasiswi langsung lemas dimabuk kepayang dilewati kapten basket yang memancar bau segar alami badannya.

Tidak ada orang di belakang gedung, pria itu langsung menghempaskan Nadia hingga jatuh ke rumput. Dan pria itu juga berbaring di samping Nadia yang baru duduk dan akan pergi.

Pria itu memangku kaki kanan di atas lutut kiri dengan menggoyangkan kaki, berulangkali. Mata masih tetap terpejam. "Pergi saja!

lalu kamu akan menyesal. Karena kamu akan mencariku? Kau tahu siapa aku?" memperbaiki posisi tangan yang menjadi bantalan.

"Kamu orang aneh, hobinya adu-jotos," gerutu Nadia sambil mengelap laptop dengan hati-hati dari potongan rumput. "Seperti preman," menggerutu kesal diantara rintihan. Jari menusuk tombol on di keyboard dengan cemas dan berkedip seperti burung hantu. Sesekali membersihkan sikut yang kotor dan terasa perih karena menyelamatkan laptopnya agar tidak terbanting, tetapi malah tertindih badannya.

"Ayolah ... " gumam Nadia dan mendesah tiga kali, mengayunkan kelopak mata dengan gelisah, laptopnya terus berlayar gelap. Dia menggendong tas dan berdiri mengempit laptop di ketiak.

"Kamu akan mendapat masalah. Duduk!"

"Hey!" bentak Nadia sambil berbalik pada pria yangmana wajah bengap yang masih terpejam. "Kau lihat! ini ulahmu. Awas kalau laptopku rusak, aku akan menuntutmu tak peduli kau preman atau anak presiden!" kesal Nadia lalu belari menapaki rumput dan setapak mencari stop kontak terdekat.

Reno membuka matanya dan melihat cara berlari perempuan itu dan terkekeh. "Kau pasti akan akan mendapat masalah, Nadia ..." menyeringai dan dipandangi cerahnya langit biru siang itu.

Kapten basket itu berniat bolos kelas kali ini. Si..alan dia ingin membalas pukulan anak bisnis itu, tetapi ketika melihat wanita cuek tadi yang terlihat diantar Ernest tadi pagi.

Yang menjadi topik hot sekampus-dia lebih memilih melawan anak-anak culun nanti. Dia bersama Dicky sahabatnya sempat mengatur untuk menganggu wanita yang bersama Ernest, ternyata kebetulan wanita itu di sana.

.

"Udah bisa nyala belum?" Sera condong ke Nadia yang di samping, sedang berusaha menyalakan laptop. "Tugas kita kan di situ, masa iya kita harus mengulangi?" bergidik ketika membayangkan mengerjakan sampai jam tiga pagi.

"Uhh ... " Nadia menggigit tangan kiri yang mengepal di depan mulut. "Tugasku juga semua di sini. Aku akan bertanggung jawab kok, Sera."

"Kamu sih, aku sudah melarangmu melewati mereka, kau justru menarikku."

Ernes yang memasuki kantin sendirian dengan pandangan menjelajah ke segala arah dan mendapati satu perempuan yang dicarinya. Dia duduk berhadapan dengan perempuan yang belum menyadari keberadaanya. "Nadia," membalik laptop itu, "kenapa?" diutak-atik laptop itu. "Mati ya?"

"Itu gara-gara Reno mendorong Nadia lalu laptopnya tertimpa- hmmm." Sera melepas bekapan tangan Nadia dati mulutnya, dan menahan kedua tangan Nadia di dada. "Biarin Ernest tahu, aku kan ikut rugi karena ini, kalau nilaiku jelek gimana!"

"Sera, aku kan sudah bilang minta maaf, aku akan bertanggung jawab sebelum waktunya dikumpulkan," gereget Nadia, karena Ernest jadi mendengar semuanya, mulut Sera emang sangat ember.

"Reno? hah preman sok kecakepan itu?" Ernes mendesah, saat mendengar dua perempuan itu yang masih bertengkar. Reno menutup laptop dan mencabut stop kontak, dia menenteng di tengah kebisingan kampus dan disusul Nadia yang sempat dibentak Sera.

Semua mata menatap ke arah Nadia yang terus bercakap dengan Ernest-primadona kampus yang dinobatkan sebagai 'pangeran dingin' membuat para pria dan perempuan iri setengah mati.

Pasalnya Ernest bermata sipit itu sama sekali tidak mau didekat pria-perempuan sekadar untuk berteman, pria cantik seperti 'opa korea' itu selalu menyendiri berkutat pada hpnya. Banyak mahasiswa yang sakit hati bila berbicara dengan Ernest karena takkan dilirik apalagi dijawab.

Laptop Nadia telah masuk konter untuk diperbaiki. Ernest lalu membawa Nadia ke apartemen dengan motor sport merah, setelah di konter bertemu Shelin sahabat dari Ernest dari fakultas Seni.

Nadia yang membutuhkan laptop menerima tawaran Ernest untuk meminjam laptopnya di apartemen milik Ernest. Tanpa waktu lama Nadia dan Shelin akrab, dan mengerjakan tugas di masing-masing laptop di depannya, ketika Ernest masih membuat aplikasi game di komputer.

*

Deringan ponsel Nadia di meja kamar mengganggu Ernes yang masih membuat aplikasi game, ketika dua perempuan memasak mie instant di dapur, Ernest berjalan dan melirik nama 'Guskov'

Dia jadi teringat pada Nadia yang memanggil paman tua. Mengangkat gatal dan berniat mengerjai, hatinya sudah girang bukan main. "Halo .... paman tua apa kabarmu?" Ernest mendengar ******* marah dari kalimat Guskov di balik telepon. Ernes berkata santai: "Aku kan sudah bilang ini hpnya di kamar, kakiku lelah habis olahraga. Jadi tunggu dia selesai untuk membuatkan ku makanan dan dia akan kembali ke kamar setelah itu."

"Apa yang kau lakukan di kamar, bodoh!" geraman Guskov dengan nafas pendek.

"Memang apa yang dilakukan pria-permpuan di - KAMAR? apa kamu mau tau. Yakin?" Ernest menahan tawa, dia heran pada sikap absurd paman Nadia, seperti sebuah kecemburuan daripada sikap khawatir keluarga pada umumnya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!