Paman I Love You

Paman I Love You

PILY 1 : TAK TERDUGA

...💓Terimakasih sebanyak-banyaknya atas dukungan dan like para pembaca. Tolong nilai novel ini ya, kak😘...

...Terimakasih...

...Author mau persembahkan penghargaan ini buat kalian💓...

...Selamat membaca🙏...

...----------------...

Nadia Adelia gadis berusia dua puluh satu tahun. Mahasiswa tingkat akhir yang hidup sendiri di Ibukota. Dengan bekerja sampingan paruh waktu di sebuah toko, dia harap bisa mencukupi kebutuhan bulanannya, tetapi hidup tidak semudah yang dibayangkan.

Dompetnya kian hari makin menipis, mengharuskan dia mengencangkan ikat pinggang. Jarak kosnya dari kampus hanya lima ratus meter, dia juga menyambi jualan online dan harus pintar-pintar bagi waktu.

Baru kemarin ibu menelpon agar dia tinggal di rumah bibi dari kerabat jauh ibu, awalnya Nadia terus menolak, karena belum pernah bertemu dengan bibinya. Maklum sejak kecil dia hidup dengan kedua orang tua angkat karena ekonomi keluarganya yang sangat minus.

Nadia membaca secarik kertas lusuh setelah turun dari angkot. Kemudian dia mencari alamat rumah yang tertera di kertas itu. Agak kesulitan memang karena berada di suatu komplek perumahan besar. Akhirnya ia sampai di alamat yang ia tuju. E-12 nomer rumah itu dengan dua lantai dan tembok besar. Nadia meletakan tiga tas besar, mengetuk gerbang, dia tidak tahu cara masuknya.

"Permisi!"

Beberapa kali Nadia berteriak, seseorang tetangga menghampiri Nadia agar menekan bel di dekat angka alumunium E-12.

Tidak berapa lama seorang security membuka gerbang setelah Nadia beberapakali menekan Bel.

Security mengantar Nadia ke dalam rumah sambil membantu mengangkat dua tas besar.

Security itu mengerutkan kening heran menatap gadis itu yang celingukan dengan mata berbinar mengagumi setiap sudut rumah, seakan gadis itu tidak pernah melihat rumah mewah.

"Nadia, kamu baru datang, ponakanku."

Nadia menoleh ke balik sofa yang diduduki, wanita berusia tiga puluh tahunan dengan gaya sangat modis, di rumahpun masih berpakaian mahal.

Tidak lama kemudian Nadia diajak makan. Dia pun makan seraya menatap kagum pada wajah tantenya yang sangat cantik.

Makanannya pun enak, tidak salah ibu menyuruhnya tinggal di sini, pasti dia akan makan enak terus tidak seperti biasanya yang hanya makan mie dan nasi, paling bagus ada telurnya. Sekarang dia bahkan bisa makan ayam goreng sekaligus ikan Bakar.

Baru sepiring dia lahap dan akan menambah lauk lagi, suara sepatu pantofel dan suara yang familiar membuat Nadia berpaling ke sudut ruangan saat sang bibi juga memanggil mesra pada sang suami.

Nadia terbelalak dan terbatuk dengan sendok langsung terlepas dari tangannya, dentingan jatuh ke lantai menimbulkan keributan. Tubuhnya membeku dan gemetar.

Guskov berpaling dari kecupan bibir istrinya menatap keributan di meja makan. Dia mendelik dengan apa yang dilihatnya dan hatinya jatuh ke bumi.

"Mas, kenalin ... dia keponakanku," kata Mila Felixia. Wanita berusia tiga puluh itu mendorong lembut punggung suaminya ke dekat meja.

Petir bagai menyambar kepala Guskov Adhitama. Bagaimana mungkin gadis yang didekatinya setahun terakhir adalah keponakannya. Sudah sebulan sang istri bercerita akan membawa keponakannya tinggal di sini, tetapi dia tak pernah mengira gadis itu adalah ...

Bibir Guskov gemetar pada tatapan terbelalak dan malu Nadia. Habislah sudah, dia tidak akan bisa dekat-dekat dengan gadis yang dikaguminya itu.

"Sudah-sudah ayo Mas, makan dulu." Mila menarik kursi di tempat biasa suaminya duduk. "Apa kamu tidak sehat? wajahmu pucat, sayang?"

"A-aku ya aku, sedang tidak enak badan."

Guskov duduk dengan keringat dingin membasahi punggungnya, melirik Nadia dan sempat bersitatap dalam kecanggungan. Dia tidak tahu apa harus menyapa gadis itu yang diam saja. Guskov melirik istrinya yang tersenyum membuka piring dan mengambilkan nasi.

"Tante, aku sudah kenyang, dimana bak cucinya?"

Nadia dengan suara tertahan, tangannya mengepal di atas pangkuan. Pria itu membohonginya, seharusnya dulu dia tak percaya, bagaimana bisa selama ini dia berkencan dengan pamannya sendiri. Bilangnya hidup sendiri tetapi justru .... Ah ini sangat gila.

Hatinya terasa rontok dan sakit di titik bawah tulang rusuk, dia cepat menuju bak cuci dengan tertih dan kepalanya terasa berputar hingga di berpegangan pada meja dapur dan merosot. Kini dia bahkan harus memanggil pria itu dengan sebutan Paman.

Di kamar Nadia menelpon mamanya dengan suara serak akibat habis menangis di bawah bantal. Dia mengabari bahwa sudah tiba di rumah Bibi dan bilang bahwa ia sedang batuk karena ibu menanyakan suara seraknya.

Dua hari di rumah bibi kecanggungan sungguh terjadi, berkali-kali Nadia berpapasan dengan Guskov. Keringat dingin terus membanjirinya acap kali menjumpai Guskov. Sungguh hatinya tersiksa.

Baru enam bulan lalu Guskov menyatakan cintanya dan setelah itu sering menonton dan pergi bersama, bahkan Nadia sempat optimis pada hubungannya. Pria itu yang sangat sopan dan santun. Nyaris, saja dia akan membawa pria itu untuk mengenal kedua orang tuanya. Bukankah ini justru hal memalukan, jika pria itu ternyata pamannya sendiri.

Pagi itu Nadia hendak pergi ke panti, saat itu Guskov juga akan pergi bekerja, awalnya Nadia menolak tetapi sang Bibi justru menyuruh Guskov untuk mengantarnya, dan sialnya pria itu tidak menolak.

Dalam perjalanan, Nadia terus menatap ke luar jendela, bahkan bibinya menyuruh dia duduk di kursi depan.

"Nadia."

Guskov membuka suara setelah beberapa kali membuang nafas sambil mengemudi, terasa begitu sesak, beberapa kali akan berbicara tetapi tak siap menghadapi respon Nadia. "A-pa kamu marah?"

Nadia mendelik dan menekan keras rahangnya. Siapa yang tidak akan marah dengan kebohongan besar doi. Yang benar saja doi! dia benar-benar geli pada diri sendiri. Enggan dia melihat pria itu, tetapi lehernya sudah pegal akibat menoleh ke kiri terus.

"Pa-man," suara Nadia penuh kegetiran.

Ini sangat aneh, rasanya ia mulai gila saat teringat kemesraan setengah tahun belakangan dengan pria yang ternyata telah menikah. Nadia tertawa getir dan mengapa rasanya sakit bukan main.

"A-apa?" Guskov tergagap dan terkesiap dengan panggilan itu, dia meremas stir mobil berusaha tetap fokus. "Tidak perlu memanggil begitu. Maafkan aku, Nadia."

"Seharusnya Paman minta maaf pada bibi bukan minta maaf padaku." Suara Nadia tertahan, tenggorokannya panas seakan tengah dicekik seseorang.

"Nadia ... "

"Tolong hentikan mobilnya," lirih Nadia dan matanya telah memanas, dia tidak sanggup lagi.

"Kita bisa bicarakan ini baik-baik." Guskov meraih tangan Nadia dari pangkuan tetapi langsung ditepis wanita itu yang tampak begitu jijik dengannya.

"Jangan lagi menyentuh saya," pekiknya, dan air mata telah lolos tanpa permisi. Nadia menggoyang-goyangkan gagang pintu yang terkunci, dia menggebrak pintu yang tak mau membuka.

"Buka! buka Guskov!" tangisan Nadia akhirnya pecah. Dia merasa dikhianati pria itu. Betapa jijiknya dia walau hanya bernafas di udara yang sama dengan Guskov.

"Tenanglah Nadia." Guskov menekan kata-katanya, kepalanya sudah mau pecah, dia tidak suka ditekan seperti ini. "Sudah kubilang kita harus bicara."

"Apa ada yang harus kita bicarakan lagi?!" Nadia meringis dan menoleh tajam menatap

Guskov yang langsung menepikan mobil mendadak di area larang parkir hingga suara decitan rem terdengar. "Cepat buka!" pekik Nadia dan dia menjauh dari tangan Guskov yang memegang dagunya.

"Tenanglah Nadia, aku menyayangimu aku tak bohong!" Mata Guskov memanas.

"Omong kosong! Kau itu pamanku sekaligus suami dari bibiku. Teganya kau membohongiku, Guskov! Kau itu sudah menikah dan bukan pria lajang!"

"Sayang, maafkan aku."

"Berhenti memanggilku seperti itu, menjijikan! dan aku takkan tinggal di rumah itu."

"Tidak. Kau harus tetap tinggal di rumah." Bentak Guskov seketika dengan mata berapi-api. Tubuh Nadia gemetar ketakutan mendapati wajah merah padam itu dan tak pernah mendapati Guskov berlaku kasar. Pipi Nadia yang berlinang diusap perlahan oleh Guskov yang mendesis. Guskov menarik dirinya dan duduk lebih tegap, tak tega mendapati air mata itu lalu menekan tombok kunci.

Klik!

Nadia langsung keluar dari mobil dan Guskov meninju setir berkali-kali menatap nanar pada punggung Nadia yang lalu menyetop angkot di depan.

Terpopuler

Comments

🦊⃫⃟⃤Haryani_hiatGC𝕸y💞🎯™

🦊⃫⃟⃤Haryani_hiatGC𝕸y💞🎯™

Karya yang bagus kak, sukses selalu ya Kakak, semangat

2023-02-26

2

Mom Yara

Mom Yara

bagus kak

2023-02-26

1

Baby_Miracles

Baby_Miracles

bagus, iklan dan bunga meluncur

2023-02-26

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!